Kalau cinta, Ya Bilang Cinta (1)

Mulai dari awal
                                    

Raja melirik pada mereka sebentar kemudian menatap Luna. "Mau dibagiin kemana?"

"Disekitar sini aja sih. Soalnya kita ke sini bawa motor, nggak bawa mobil, karena nggak punya juga sih," Luna tertawa pelan. "makanya sengaja pilih daerah yang di dekat warung nasi.

"Oh..." Raja mengangguk pelan.

"Lo sendiri... mau ngapain?" tanya Luna.

Bukannya menjawab pertanyaan Luna, Raja malah mengambil kotak nasi itu dari kedua tangan Luna hingga membuat gadis itu mengernyit bingung.

"Gue bantuin. "cetus Raja.

"Eh?" gumam Luna terkejut. Tapi dia tidak sempat menolak bantuan Raja karena saat ini Raja sudah beranjak meninggalkannya, mengikuti beberapa teman Luna yang lain.

Luna menatap punggung Raja lekat. Selama ini, di matanya Raja adalah lelaki cuek yang lumayan menyebalkan. Tapi melihat apa yang Raja lakukan saat ini membuat senyuman Luna perlahan terlihat begitu saja.

Luna mendesah panjang sebelum bergegas menyusul Raja. mereka menyusuri jalan untuk memberikan kotak nasi itu pada orang-orang yang terlihat membutuhkan di sekitaran tempat itu.

Raja bertugas membawa susunan kotak-kotak nasi itu sedangkan Luna membagikannya pada orang-orang. Raja bahkan menambahkan tiga ratus kotak lagi ketika kotak nasi yang Luna dan teman-temannya miliki habis. Membuat Luna terperangah tak percaya.

Pekerjaan mereka memang jadi jauh lebih lama dari biasanya, tapi mereka malah terlihat bahagia karena bisa menyenangkan hati lebih banyak orang lagi.

Semua itu terlihat dari senyuman Luna dan teman-temannya, sementara Raja, yeah... wajahnya masih semuram biasanya sekalipun dia baru saja melakukan satu hal yang luar biasa.

Ketika pekerjaan mereka selesai, Raja memilih duduk di bawah pohon rindang di atas trotoar. Dia terlihat menyeka keringat di dahinya sambil mengibas kerah kausnya karena merasa gerah.

Kemudian sebuah botol mineral muncul di hadapannya. Raja menengadah ke atas, menemukan senyuman Luna yang tulus.

"Buat lo." ujar Luna.

Raja mengambil botol mineral itu kemudian meneguk isinya. Lalu Luna juga menyerahkan sebuah kotak nasi pada Raja.

"Lo pasti belum makan." Ujar Luna.

Raja melirik kotak nasi itu sebentar kemudian mengambilnya. Luna tersenyum tipis, lalu duduk di samping Raja sambil memangku kotak nasi miliknya sendiri.

Mereka membuka kotak nasi mereka masing-masing lalu mulai menyantapnya.

"Makasih ya, Ja. Lo... udah mau bantuin gue sama yang lain."

"Hm."

"Gue nggak nyangka, walaupun lo kelihatannya jutek dan... sedikit menyebalkan," Luna melirik Raja sambil mengulum senyumnya saat mengatakan itu. "tapi ternyata lo orang baik."

"Apaan sih, gue cuma bantuin bawa kotak nasi dari tadi." Cebik Raja.

"Sekaligus jadi donatur yang dermawan. Yang tadinya bagiin seratus kotak nasi, jadinya empat ratus kotak nasi."

Raja menolehkan wajahnya ke samping, menatap Luna yang sedang menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Luna sedang menatap ke satu arah sambil tersenyum tipis, membuat Raja ikut menoleh ke arah itu.

Mereka sedang melihat sepasang suami istri yang merupakan Tunawisa, sedang memakan nasi kotak yang mereka berikan berduaan.

"Terkadang ya, Ja, gue... suka malu sama diri gue sendiri setiap kali ketemu sama orang-orang seperti mereka. Walaupun orangtua gue bukan orang yang berada, tapi mereka selalu mencukupi kebutuhan gue, sampai gue nggak pernah kekurangan apa pun. Tapi, tetap aja gue sering banget ngeluh dan nggak menghargai apa yang udah gue punya. Padahal... di tempat lain, banyak banget orang-orang yang nggak seberuntung gue, kaya mereka."

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang