Andrea memantapkan hati dan mandi, ia mengganti pakaian kerjanya dan memakai baju pilihan Kaia.

Niatnya tidak buruk kok, Andrea hanya ingin melihat kehidupan dari jendela yang berbeda. Kaia wanita bebas yang selalu melemparkan penat akibat pekerjaannya dengan cara yang berbeda.

"Gorgeous!" puji Kaia ketika melihat Andrea baru saja keluar dari kamar mandi.

Andrea menutup dadanya sendiri. Sementara Kaia terus menelisik tubuh Andrea dari atas hingga bawah.

"Mantep banget sih, An! Body lo!"

Andrea memutarkan bola matanya dengan jengah. "Aku pakai sweater aja deh!"

"Lo mau dikira orang sakit?!"

Andrea berdecak kesal. "Ya gimana dong! Ini seksi banget!"

"Nggak, An!" Kaia menarik lengan Andrea agar duduk di kursi meja riasnya. "Ini nggak keterlaluan kok, lo mau pakai heels atau boots?" tawar Kaia.

Andrea menggeleng keras. "Flat shoes aja deh."

Lagi-lagi Kaia menggeleng, ia membuat rambut panjang Andrea yang panjang sepinggul itu terurai, menyisirnya dan sedikit memblow agar terlihat bervolume.

Satu hal yang Kaia sukai, wajah Andrea yang mulus bagaikan porselen. "Gue mau buat lo yang lebih berani sekarang, by the way dimana kacamata lo, An?"

"Pecah,"

"Hah? Pecah beneran?" tanya Kaia terkejut.

Andrea mengangguk. "Iya,"

"Kok bisa?"

"Ada kejadian sial tadi."

Ah, sebenarnya bukan sial. Hanya saja hati Andrea terasa panas melihat pria yang ia... Benci setengah mati sangat baik hati pada setiap wanita.

Andrea menutup matanya dan membiarkan Kaia melakukan sesuatu pada matanya. Jadi, ia menganggap semua kekesalannya malam ini lari pada ajakan Kaia. Itu lebih tepatnya.

Setengah mati ia kesal pada Arya, pria itu tidak mengabarinya. Tidak mengirim pesan singkat, ataupun mengganggunya. Tidak ada Arya yang bawel dan menyebalkan!

"Buka mata lo," kata Kaia.

Ia membuka matanya dan melihat penampilan dirinya di cermin kali ini. Makeup bold, dengan tatanan yang lebih berani. Lipstik berwarna maroon itu membuat bibir Andrea yang tebal semakin tebal saja. Eyeliner pada matanya dibuat sangat runcing menampilkan kesan tegas dan berani.

"Kaia.. Kok muka aku jadi serem?" rengek Andrea.

Kaia menghela napasnya kesal. "Ini bukan serem, An. Udah deh, yang lihat kan orang lain! Bukan lo! Ayok cabut!" ajaknya.

Andrea berdiri dan melihat dirinya yang kali ini sangat berbeda. "Kai.."

"Sudah, jangan ngerengek terus kayak anak kecil. Barangkali, lo ketemu jodoh di party sana!"

"Mana ada jodoh ditempat kayak begitu?!" timpal Andrea.

Kaia mengangkat bahunya. "Who know? Sudah, pakai tuh heels keren banget dah teman gue!" puji Kaia.

Andrea hanya bisa menuruti Kaia. Ia memakai heels hitam sebagai paduan sempurna untuk kakinya. Entah kenapa, ukuran tubuhnya dan ukuran kakinya dengan Kaia memiliki ukuran yang sama. Seolah-olah, Tuhan sudah menakdirkan Andrea agar bersahabat dengan Kaia.

...

...

Bar yang Kaia maksud adalah tempat cafe yang sudah dirubah menjadi tempat untuk party merayakan ulang tahun teman Kaia yang baru saja berkenalan dengan Andrea.

The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now