"Iya kenapa?!"

Rani kehilangan kesabarannya. "Andrea! Kamu pikir bagaimana jadinya jika seorang perempuan mengejar seorang pria? Wanita itu takdirnya di dapatkan dan di kejar. Bukan mengejar, dan perasaan kamu pada Bagus, bukan menjadi pihak yang menguntungkan. Kamu akan menderita!"

"Kenapa?"

Rani sekali lagi menahan kekesalannya. "Karena Bagus adalah tunangan dari adik pacarku! Puas?! Sekarang aku beritahu segalanya agar kamu tahu!"

Andrea diam tak bereaksi lagi, kenapa juga ia tak kepikiran jika kemungkinan Bagus memiliki kekasih?

"Kamu ini ngada-ngada, ya, Ran? Dan apa tadi kamu bilang? Kamu punya pacar? Kok nggak bilang?!" tanya Andrea kesal.

Rani tersenyum tipis. "Belum saatnya, aku ngomong begini jantungan setelah dengar kamu suka sama Bagus. Sementara, aku ketemu dia di rumah pacarku, notabenenya dia tunangan dari Kiki, adik pacarku!"

Andrea menganga tak percaya. "Kamu nggak bohong, kan, Ran?"

"Mana bisa aku bohong! Setelah lihat dia antar kamu pulang aku shock setengah mati!"

Andrea kehilangan semangatnya, ia lesu setelah mendengarkan apa kata Rani. Lalu, siapa tadi? Kiki? Tunangan Bagus? Ah, pria itu memang selalu bersikap manis padanya!

"Jangan-jangan, kamu yang baper sama dia, ya?" tebak Rani.

Andrea mengangguk dengan polosnya, bibirnya mengeriting membentuk pola sedih. "Sudah kubilang, kan.. Pantas saja akhir-akhir ini kamu malah sering nanya pendapat cowok yang aneh-aneh."

"Itu beda!" jawab Andrea kesal.

"Apanya yang beda?"

"Orangnya."

"Maksudnya?"

Ah, Andrea menggigit bibirnya kesal, masa iya dia harus menceritakan segalanya pada Rani? Termasuk Arya?

"Itu.. Aku.."

"Tadi kamu bilang ada cowok lain selain Bagus. Siapa?"

Andrea menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dan ia tak bisa mengelak lagi. "Itu.. Aku.. Tadi siang,"

"Apa?" tanya Rani penasaran.

"Pak Arya bilang dia suka sama aku," jawab Andrea pelan.

Rani tersedak oleh nasi gorengnya untuk kesekian kalinya. Andrea memang terlalu polos dan jujur, tapi ini bukan prank, kan?

"Arya Atmodjo?"

Andrea mengangguk lagi. "Bukannya kamu bilang kamu jadi sekretaris dia?"

Andrea menggeleng. "Sudah di gagalkan kontraknya."

"Kok begitu?"

"Pokoknya panjang ceritanya! Dia tadi siang malah minta aku buat jadi pacarnya, Ran!"

Rani membulatkan matanya takjub. "Ndre? Are you okay?"

Andrea mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Rani. "Ya, I'm okay, Ran. I know I'm silly and ugly, I can relate about that. Masa sih, seorang Arya Atmodjo suka sama aku, Ran? Aku nggak bisa percaya sama sekali."

Kini Rani yang dibuat menganga oleh Andrea. Seorang Andrea mendapatkan umpan lebih baik daripada Bagus. Jika Andrea adalah dirinya, maka Rani tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan menjawab IYA pada saat itu juga pada Arya Atmodjo.

Tapi, sekali lagi Andrea adalah gadis yang tidak percaya diri. Andrea payah dalam membaca dirinya sendiri. Tidak bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya sendiri.

Harus Rani akui, Andrea itu cantik. Tanpa polesan makeup, natural dan tidak pernah tersentuh hal-hal modern pun gadis itu sudah cukup. Hanya saja, gaya Andrea terlalu monoton, dan dia selalu mengikuti apa yang Ibunya katakan tanpa mau melawan Ibunya.

Dari balik kacamata hitam besar yang Andrea pakai, terdapat mata cokelat besar dan bulu mata yang begitu lentik. Tidak sepatutnya Andrea rendah diri dan menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Buktinya, seorang Arya Atmodjo pun tertarik akan keunikan Andrea.

"Terima," celetuk Rani tiba-tiba.

Mata Andrea membulat. "Hah?"

"Terima Arya Atmodjo. Kapan lagi, Ndre? Plis, kamu.. Itu beruntung banget."

Andrea menggelengkan kepalanya, seenaknya saja Rani ini. "Aku bahkan nggak kenal dia. Di hari pertama aku datang ke rumahnya, dia sudah suruh aku masak ini itu, aku dijadikan pelayan sama dia! Kayaknya dia cuman mau manfaatin aku doang!"

"Nah ini! Kamu itu negatif thinking banget deh, Ndre. Kenapa kamu susah-susah kejar Bagus kalau dia udah ada yang punya? Arya Atmodjo nangkring dan dia suka sama kamu!"

Andrea berdecih, ia tak bisa membayangkan bagaimana jika ia menjadi pasangan dari Arya Atmodjo yang sempurna itu?

"Aku nggak bisa, Ran.. Aku nggak berani."

"Apa yang bikin kamu takut sih, Ndre?"

Andrea menghela napasnya. "Jadi pacar dari Arya Atmodjo pasti menguras hati banyak, belum lagi pikiran. Kayaknya, punya cowok sempurna kayak Arya Atmodjo bisa bikin aku stress. Cewek cantik banyak, dan kenapa Arya harus lihat aku? Di saat dia bisa memilih siapapun yang dia mau, dan lagi-lagi.. Kenapa harus aku?"

Rani mendesah, ia kesal menjelaskan beberapa kali betapa beruntungnya Andrea. "Kalau soal itu, aku pun nggak bisa jawab. Hanya Arya Atmodjo yang tahu, kenapa dia memilih kamu sebagai kekasihnya, Ndre."

Iya, kan? Kenapa harus aku? Yang biasa-biasa saja diantara perempuan luar biasa di dunia ini?

Iya, kan? Kenapa harus aku? Yang biasa-biasa saja diantara perempuan luar biasa di dunia ini?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now