"Nggak usah urusin gue, urusin aja diri lo sendiri." Revin menatapnya sinis, kemudian melengos pergi menuju kamarnya.

Raline menggeram dongkol. Menggaet tasnya dan bingkisan-bingkisan yang sudah ia siapkan dari dalam kamar. Kemudian buru-buru pergi.

"Kak, sarapannya?" Rendrian bertanya ketika Raline melengos pergi. "Itu apa kak? Bingkisan dari mana? Kak?"

Namun Raline mengabaikannya.

[.]

"Raline, rambut lo kok bisa cantik banget gitu sih?"

"Kulit lo juga mulus banget, bikin insencure."

"Gue cewe, tapi serius kok bisa sih lo cantik banget Lin? Kagum banget."

Mendengar pujian teman-teman sekelasnya, Raline mengusap tengkuknya tersipu. Tersenyum malu.

Saat ini sedang jam kosong, guru pelajaran fisika tidak masuk karena sakit. Karena itulah para gadis itu duduk berkumpul di meja Raline.

"Enggak kok, kalian lebih." sanggah Raline sembari tersenyum anggun.

"Sifat lo juga anggun banget lagi, wajar sih satu kelas langsung suka lo. Padahal baru aja masuk di Satya Bangsa," celetuk Geyzia yang duduk di sebelah Raline sama kagumnya dengan yang lain.

"Bukan satu kelas aja kali, Gey. Satu sekolah, anjir. Hampir semuanya naksir Raline cowok-cowoknya," timpal Dea.

Raline menutup mulutnya, terkekeh malu. "Bisa aja."

"Emang bener kali, Lin. Contohnya aja tuh!"

Raline menengok ke luar pintu kelas, memergoki anak laki-laki kelas sebelah yang diam-diam mengintip dari luar. Langsung saja kabur begitu Raline menatapnya.

"Cih, cupu. Ganteng doang, ditatap dikit kabur," cibir para gadis itu sembari tertawa.

"Raline, udah ada kelompok Biologi belum?" tanya Alan, ketua kelas mereka.

Raline menggelengkan kepalanya. "Belum."

"Mau sama gue nggak?" tawar Alan pelan, menyambut sorakan cie dari teman sekelasnya.

"Nggak usah mau, Lin! Alan sibuk ngeband, ntar lo dikacangin lagi." Yovan, si badboy perusuh kelas mengompori. Alan mendelik.

"Mending masuk kelompok gue aja." Yovan mengedipkan sebelah matanya, menyambut sorakan lain untuknya.

"Syirik aja lo pada sama orang ganteng!"

"Nggak, nggak, nggak!" Geyzia berseteru. "Raline punya gue! Jadi Raline masuknya kelompok gue aja."

"Yeu! Kelompok lo kan udah penuh, Gey. Jangan maruk deh. Orang maruk pacarnya beruk!" cibir Yovan lalu tertawa. Geyzia menggerakkan tangannya seakan ingin mencakar wajah Yovan saat itu juga.

"Masuk ke kelompok Sena aja, Lin. Kurang satu anggota juga," ujar Sheryl.

"Emang boleh?"

"Ya boleh lah. Sena pasti iya-iya aja. Asal jangan Si Tara, yang ada lo dibabuin kalo satu kelompok sama dia."

Yang dimaksud Tara itu adalah gadis tinggi berambut panjang dan lurus yang sedang menatap cermin di meja nomor dua. Konon katanya Tara anak donatur dan juga model, karena itu terlihat sedikit angkuh.

"Sen, Raline mau masuk kelompok lo nih. Boleh nggak?" tanya Dea agak sedikit berteriak.

Sena yang duduk di pojok paling depan mengangguk. "Boleh kok."

"Tuh, boleh kan."

Raline tersenyum, manggut-manggut

"Kalau enggak, satu kelompok aja bareng Radian."

Hipokrit ✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum