19 - mudah diucapkan, namun hanya ucapan.

Start from the beginning
                                    

"Kau ini apa-apaan?!" Ucap suara khas milik sang pembantu kucing.

"Hey-hey sudahlah, aku hanya.. teringat sesuatu.. kupikir lebih baik membersihkan kepalaku dan pergi ke misi" jawab Taufan, menenangkan partnernya yang hobi ngomel itu.

"Taufan, aku terkejut dengan pergantian jadwal yang mendadak ini" , ucap suara yang berat, penuh dengan wibawa dan aura dingin yang khas.

Taufan tersenyum, manik safirnya melirik, ia menatap manik merah milik sang lawan bicara. Jari nya mengusap antingnya untuk memutuskan komunikasi dengan Revan.

"Hehe aku kan moody an" , jawabnya santai.

Manik ruby itu menatap Taufan yang terlihat pucat dan lelah, "yah, baguslah, besok juga jadwalku padat jadi lebih baik sekarang." Ucapnya, memutuskan untuk tidak mempertanyakan apa yang terjadi pada pria didepannya ini.

"Tapi kau dapat menjalankan tugas dengan baik kan?" Tanyanya.

Taufan tertawa kecil, "diantara semua misiku, bukannya hanya satu yang gagal?" Tanya nya dengan tawa dingin.

Ya, sisi ini. Sisi yang membuat orang-orang yang meremehkan nya karena keramahannya tersadar.

Tersadar bahwa Taufan adalah agen kelas kakap.

"Kapten, datanya sudah kukirim. Tinggal jalan saja kan?" Tanya Taufan sambil menyentuh layar hologram dengan jari lentiknya.

Kapten Kaizo mengangguk.

Misi ini, misi yang ia dan Taufan ambil ini, misi yang bahkan tidak diberikan kepada Agen S kecuali dalam kondisi mendesak.

Misi-misi inilah yang memenuhi hari-hari baru Taufan.

°•°•°•°

"Gempa, apa kita harus selalu menjauh dengan Taufan seperti ini?" Tanya Blaze sambil meneguk minuman bersoda nya.

Gemoa terdiam, "tentu tidak begitu.."

"Lalu.. kenapa kita tak dapat kembali seperti dulu?" Tanya Thorn.

Gempa terdiam, mata nya tertuju pada wajah sang kakak yang berada di kejauhan, wajah dingin dan serius itu, ia masih ingat hari dimana Hali menghina Taufan.

Hari dimana Gempa, sebagai adik kembar mereka, tidak melerai mereka.

Namun memori nya pun mengajaknya mengingat kembali kejadian di masa lampau, dimana.. 'dia' mati karena tindakan gegabah Taufan.

"...akupun berharap bisa kembali seperti dulu." Ucapnya lirih.

Kata-kata yang mudah diucapkan. Namun hanya sekedar ucapan, dan tidak pernah lebih dari itu.

"Taufan, kau bodoh ya?!" Omel suara wanita yang dekat dengan mereka.

Ying yang sedang istirahat setelah latihan bersama sang elemental bersaudara itu kini terlihat marah namun juga panik.

"Hey, hey, aku tidak selemah itu, tak perlu memperbesar masalah" , ucap suara dibalik telefon yang cukup nyaring untuk dapat terdengar oleh mereka.

Atensi Gempa kini terpaku pada suara itu.

"Aku memperbesar masalah? Kau yang selalu membuat masalah! " Omel Ying.

"Kau sudah kembali dari misi kan? Aku akan ke gedung B sekarang, jangan lari kau. Lukamu harus diobati secepatnya, mengerti?" Ucap Ying , dengan sigap ia mengambil cardigan dan tasnya lalu bergegas untuk meninggalkan tempat latihan divisi S.

"Belum sempat Blaze membuka mulut untuk bertanya pada Ying, Ying yang terlihat sangat panik itu menggunakan kuasanya untuk pergi dengan cepat.

Gempa entah kenapa merasakan hal yang buruk, ia menatap Hali, Hali terlihat mengernyitkan dahi, seakan khawatir akan sesuatu.

Mungkin ini insting saudara kembar.

Namun mereka..selalu berusaha mengabaikan insting itu.

°•°•°•°

"Waktu kau bilang perutmu lecet, maksudmu adalah Luka tembak di perut, apa kau gila?!" Tanya Ying sambil dengan cekatan membersihkan permukaan kulit Taufan menggunakan alkohol.

Taufan tertawa kecil, tentu saja itu membuat lukanya tertekan dan membuat ia merasakan sakit, "hey, namanya juga misi. Hal seperti ini wajar." Ucapnya lirih.

Ying selalu jengkel dengan sahabatnya yang satu ini. Tak ada satupun dari anggota tubuh Taufan yang menunjukan bahwa ia terlihat baik-baik saja.

Kaki dan tangannya dingin, wajahnya terlihat sungguh pucat, bibirnya hampir kehilangan seluruh ronanya.

Belum lagi perut yang memiliki luka bolong berdiameter tiga cm itu dibanjiri dengan darah.

Taufan yang terlalu lelah karena kurang tidur, dan juga terlalu lelah karena misi yang berat itu, juga terlalu lelah karena.. luka diperutnya. Ia memutuskan untuk menutup matanya sejenak.

Jarang-jarang ia dapat tidur nyenyak, ini adalah kesempatan, iya kan?

// Author's note //

Sebenarnya ya,aku gatau aku nulis apaan, banjiri aku dengan komen pls

Update 2 chap ah aji mumpung masuk ramadhan

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Where stories live. Discover now