CONFESS

111 100 57
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya di bagian pojok bawah kiri⭐
Terimakasih kerja"Trus gue naik apa Fa? Lo kalau mau anter yang bener dong, gak kek gini caranya!" Sentak Senja kesal. Bagaimana tidak mau kesal untuk ke berapa kalinya? Bayangkan Fajar bawa motor yang hanya bisa diduduki 2 orang sementara, tempat itu sudah diisi oleh adiknya.


"Diem dulu," Titah Fajar lalu segera mengambil dompetnya, diberikannya uang selembar uang berwarna biru.

"Puas?"

"Trus kembaliannya? Buat gue kan? Pastinya Lah! Gue kan udah mau jadi temen adek lo kan, kan?" Tawar Senja dengan sorot mata binar dan alis yang naik bergantian.

"Beli makan bertiga," Jawab Fajar singkat membuat semangat hidup Senja pupus.

"Ngeselin lo!" Dumelmya lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari taksi yang lewat.

Tidak menunggu lama, terlihat taksi yang akan jalan ke arahnya. Senja segera melambaikan tangannya,

"Taksi! Sini lo!" Ujar Senja dengan nada memalak, yang percuma saja karena orang itu berada di mobil.

Fajar hanya bisa menghela napas sabar menghadapi sifat tidak santai Senja. Mungkin ia harus membiasakan diri agar relinganya tidak merasa terusik lagi.

"Gue masuk dulu, biar gue suruh ikutin motor lo," Saran Senja lalu dibalas anggukan Fajar.

Saat ingin membuka pintu, tiba tiba Faja beranjak turun dari motor Fajar, "Faja yang naik taksi aja gimana? Diluar panas Kak!" Tawarnya dengan nada sedikit memaksa sambil mengipas ngipasi wajahnya seakan sedang kepanasan.

"Alesan lo bocil, udah diem biar gue aja," Tolak Senja namun dengan cepat Faja segera berakting sedih.

"Kak! Kak Senja gak mau ngalah, padahal umurnya lebih tua dari Faja," Ujar Faja mengadu kepada Fajar. Kalau Fajar sudah bertindak pasti Faja pikir Senja tidak akan melawan perkataan Kakaknya. Haha, biar ia dipikir otak kriminal, hanya ini satu satunya jalan agar bisa melihat wajah kesal Senja yang menurut Faja lucu tidak seperti 'perempuan kebanyakan' yang seumuran dengan kakaknya saat berada di depan Fajar dan Fajar.

"Fajar!" Sentak Senja menyadarkan Fajar dari pengelabuan adiknya.

Fajar segera menyapa tajam Senja seperti tidak ingin ada bantahan, "Naik," Singkatnya seperti tidak bersemangat.

Senja menghentakkan kakinya kesal dengan mengurucutkan bibirnya tanpa sadar. Tanpa menghiraukan tatapan sinis siswi siswi lain, Senja segera merampas helm lain milik Fajar.

"Nih uangnya! Awas kalau kembaliaannya buat jajan!" Ancam Senja berbisik agar Fajar tidak mendengar.

"Udah," Ujar Senja memberi tanda bahwa ia sudah siap. Menunggu beberapa saat, Senja tidak merasa motor bergerak.

"Kok belum jalan Fa?"

"Bentar,"

Fajar segera melepas jaketnya ya g daritadi terlihat kesusahan karena jasnya tersangkut di jaketnya. Setelah melepasnya, ia melemparnya ke belakang.

"Pake,"

"Buat?"

"Nutupin,"

"Buat?"

"Paha lo,"

Mendengar kata vulgar dari Fajar, Senja segera mencubit pinggang Fajar hingga sang empu mengaduh kesakitan.

"Vulgar lo ya! Diajarin siapa lo?!" Sentak Senja sedikit keras.

"Cepetan pake! Mau lo diliatin cowok cowok kelaperan?" Sahut Fajar tidak kalah kesal.

LAUTAN LASHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang