Andrea menatap Kaia dari cermin. "Aku nggak pernah pakai parfum, Kai."

Kaia membulatkan matanya tak percaya. "Serius lo?"

Andre mengangguk. "Iya Kai, kenapa memang? Penting sih memang buat perempuan pakai parfum, tapi aku memang alergi sama alkohol, kalau pakai parfum kadang, kulitku langsung ruam. Makanya aku pun pilih-pilih soal body lotion."

Kaia menatap pernak pernik Andrea yang ada di meja rias. Ya, bisa di lihat.. Lotion bayi, memang memberikan pengaruh apa?

"Tapi.. Wangi lo itu aneh, Ndre. Kayak wangi teh hijau yang baru diseduh air panas, campur bunga lily, ah entahlah gimana gue jelasinnya. Ini semua ruangan udah bau-nya lo banget!" komentar Kaia.

Andrea mengangkat alisnya. "Oh ya? Kok aku nggak sadar ya aroma tubuh aku itu kayak apa."

"Ya jelas lo nggak bakal bisa cium badan lo sendiri. Udah sini, astaga.. Body lo oke juga." kata Kaia yang kini sudah takjub melihat body Andrea dalam balutan dress merah itu.

Andrea malu, tentu saja. Ia sudah menyiapkan cardigan sewaktu-waktu cuaca malam akan berubah menjadi dingin.

"Aku belum pernah pakai baju sebagus ini sebelumnya.." lirih Andrea.

Kaia mulai memakaikan moisturizer pada kulit wajah Andrea. "Ndre, perusahaan nggak bakal rugi kalau anggarannya buat lo cantik begini, beuh! Gue yakin, pulang dari Ball nanti lo gandeng konglomerat ganteng satu. Pilih si pengusaha pesawat aja, Ndre. Ya nggak apa-apa sih, duda juga."

Andrea berdecak malas. "Aku tahu siapa yang kamu maksud. Anak calon Presiden Indonesia."

Kaia mengangguk. "Iya, eh sekali-kali undang lah dia ke Menajam Langit, Ndre. Gue pengen banget ketemu sama dia."

"Siapa sih, namanya? Adam, Adam Prananta, kan?"

"Yap! Dan Bapaknya Ken Maxwell Prananta yang terhormat. Gila ya, kandidat pilpres tahun ini beneran bakal panas banget, Ndre."

"Ah, untung aja Menajam Langit bukan program untuk membahas politik negara." gumamnya sambil melihat wajahnya yang tengah di poles sesuatu oleh Kaia.

Kaia tertawa lagi. "Well, program Eyes Talking itu sudah mencakup membahas soal negara, Ndre. Sudah lima tahun acara itu berjalan di FGM."

"Produsernya siapa?" tanya Andrea penasaran.

"Hmm, dulu sih.. Ada produser dari kalangan luar, Ndre. Tapi sekarang di ganti sama Zac Pradipta. Tahu, nggak?"

Andrea mengangguk sambil memejamkan matanya menunggu hasil akhir. "Tahu, pernah ketemu beberapa kali di lift."

"Cuman gitu doang?"

"Iya, memang kenapa sih, Kai?"

Kaia terkekeh pelan dan meminta Andrea membuka matanya. "Dia mantan gue, Ndre."

Andrea membulatkan matanya terkejut. "Apa?!"

"Nggak lama, kok." jawab Kaia santai sambil membuat matanya melebar karena maskara yang tengah diaplikasikan. " Cuman dua minggu, Zac itu the real bajingan. Tapi anehnya, cowok bajingan bakal selalu di kenang sampai kapanpun. Lo harus pinter pilih cowok ya, Ndre."

"Dih, aku sih nggak terlalu peduli soal cowok." balas Andrea.

"Lah, lo kan belum aja nyoba. Sudah, coba kita lihat hasil akhir. Sori ya, Ndre. Ini makeup simpel banget." kata Kaia yang baru saja selesai menutup lipstiknya itu.

Andrea menatap wajahnya sendiri di kaca dan ya.. Hasil polesan Kaia memang tidak tebal, namun hanya menambah rona di pipinya yang membuat wajah Andrea seakan hidup dan fresh.

The Player VS The Playing | TAMAT✔Where stories live. Discover now