Hukuman

133 26 25
                                    

Selamat membaca❤️

SMK Cakrawala, salah satu sekolah menengah kejuruan favorit di Nganjuk. Dengan enam jurusan yang digemari para perempuan membuat yang bersekolah ini mayoritas perempuan. Ada si laki-laki tapi hanya beberapa saja. Halaman luas dan banyak ruang kelas serta ruang praktik membuat murid tak kehilangan tempat atau menyewa gedung buat belajar atau acara-acara sekolah lain. Di sekolah ini juga, Tamara menuntut ilmu. Lihat saja, sangking rajinnya disaat semua sudah memulai pelajaran, dia berkutak dengan buku perpustakaan. Dia tak sendiri karena seorang Abde, anak akuntansi turut membantunya.

"Cantik, maaf ya, gara-gara aku, kamu jadi kena hukuman," ungkap siswa berkulit sawo matang, dengan rambut hitam dan berjambulnya. Tak lupa lesung pipi penambah manis, Abde Wiratama namanya.

Tamara hanya menatap sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya. Menata buku di setiap rak dengan rapi. Yah, inilah dia, rajin bukan?

"Cantik, kamu marah ya sama aku? Beneran, tadi aku sengaja taruh sana biar deket sama kamu, nggak ada niat lain kok. Jangan marah dong," ucap Abde lagi dengan jujur sambil mengejar Tamara yang menata buku di rak belakang.

Tamara tak menggubris sama sekali. Dia malah terus saja melanjutkan pekerjaanya, membersihkan rak yang berdebu, mengambil tumpukan buku, dan menata rapi. Sedangkan Abde, tak lelah untuk mengikuti Tamara dan bicara akan alasannya.

"Selesai," ujar Tamara ketika telah menaruh tumpukan terakhirnya.

Bertepatan mengambil ransel, datanglah wanita muda dengan rambut lurus rapinya. Guru baru penjaga perpustakaan yang makin killer dari penjaga sebelumnya.

“Sering-sering buat kerusuhan ya, biar saya tidak perlu repot-repot membersihkan. Silahkan kembali ke kelas," ujar Ardila —penjaga perpustakaan.

Tamara tersenyum dalam langkahnya yang berjalan maju keluar. “Enak banget jadi Anda, kerja sedikit bayaran selalu. Enggak malu sama murid? Yang di sekolah diberi pelajaran dirumah diberi pekerjaan rumah.”

"Cantik! Can, tunggu! Mari bu," pamit Abde dan langsung berlari mengejar Tamara.

"Murid kurang tata krama ya gitu jadinya,"gumam Ardila.

"Cantik! Tunggu lah, aku kalau lari terus nanti capek, terus sakit dan bahkan tak ada di dunia ini gimana? Siapa yang jagaiin kamu?" tanya Abde yang sudah berhasil menyamakan langkahnya dengan Tamara.

Tamara tetap melanjutkan langkahnya sambil bicara tegas. “Terus gue peduli? Udah pergi sana jangan ikutin gue."

Baru satu langkah, dia harus berhenti karena cekalan dipergelangan tangan, siapa lagi kalau bukan Abde pelakunnya. 

"Cantik, kamu itu tantangan bagiku. Tantangan yang sulit untuk kudapatkan, dan aku tidak akan menyerah sebelum tahu jawaban perasaanku. Jadi, aku akan mengejar cintamu terus dan terus," ungkap Abde dengan tekad yang kuat.

Tamara menghempaskan cekalan tangan Abde dan menatap malas. "Emang gue permainan Truth Or Dare? Tantangan yang lo bisa dapet dengan mudah? Udah deh mending lo cari cewek lain. Banyak kok yang mau sama lo, cowok berlesungnya akuntansi!"

Abde tersenyum dengan manis lalu bertanya. "Kalau mau ku sama kamu gimana?"

Tamara berbalik. "Dan gue bodoamat!"

Labirin hidup Tamara |TERBIT Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt