5|panggilan alam

16 12 8
                                    

Setelah acara makan siang bersama keluarga Sean selesai,Rere berniat akan pamit pulang pada Wenda. Ia harus menyelesaikan pekerjaan rumah secepatnya,karena besok harus sudah dikumpulkan.

"Tan..Rere pamit pulang ya" Rere menyalami punggung tangan Wenda.

Wenda mengelus sebentar pucuk kepala Rere. "Iya,pulangnya di antar Sean ya.."

Rere hanya mengangguk. Lagian ia tak enak menolak,dan pastinya ia tak punya ongkos untuk pulang. Lupa membawa dompetnya,hehe..

Sean datang dari arah tangga seraya memakai hoodienya. Menyeret lengan Rere begitu saja,tanpa berpamitan pada Wenda.

"Eh..kak,pamit--

"Kelamaan"

Rere menghela napas. Lalu ia menoleh,tak lupa tersenyum dan mengucapkan salam. Masih di posisi ia di tarik paksa seperti kerbau.

"Nih helm. Jangan protes karna hari ini gue pakai motor matic,soalnya si Dodit lagi di bengkel" ucap Sean seraya memberikan helm.

Gadis itu mengernyit dahinya tak paham.

"Dodit,motor sport gue yang waktu itu" Sean tahu arti dari raut wajah Rere,jadi ia lebih dulu memberi tahu sebelum Rere menanya.

Rere mengangguk. "Lagian,ngapain juga aku protes? Malah aku senengan pakai motor matic daripada motor sport. Ribet!"

"Kalo menurut gue,enakan pakai motor sport. Bisa gaya!" Sean menaik turunkan alisnya.

"Gaya digedein!" entahlah,mengapa Rere bisa seberani ini.

"Harus! Di pelajaran fisika aja,gaya di hitung"

"Hmm,terserah"

Rere naik. Mencengkram erat hoodie Sean agar dirinya tak terjatuh.

"Pegangannya kayak gini. Sekalian modus sih.." Sean membawa tangan Rere menjadi melingkar di pinggangnya.

Sedangkan Rere membulatkan matanya,dan menarik lengannya yang melingkar di pinggang cowok kang ghibah itu.

"Modus kok bilang-bilang,aneh!"

"Oke,kedepannya gue bakal modus tapi nggak bilang-bilang ke lo"

"Silahkan. Aku tau kok,gerak-gerik buaya darat lagi modus"

"Masa? Gue nggak percaya tuh"

"Ya..terserah!"

Sean sudah bersiap menyalakan mesin motornya,dan langsung melesat meninggalkan pekarangan rumahnya.

Di tengah perjalanan..

Rere bingung.

Mengapa Sean sedari tadi memegangi perutnya dengan tangan kiri?

Kan,bisa membahayakan nyawa mereka dan nyawa pengendara lainnya.

Sudah Rere tegur padahal,tapi cowok itu hanya 'hah' 'hah' saja. Penyakit budegnya kumat mungkin,itulah karma suka ghibahin orang. Jangan ditiru!

"Kak,kenapa sih?" tanya Rere dengan berteriak tepat disamping telinga Sean.

"Hah? Apa sih Re? Suara lo kebawa angin,nggak nyampe ke kuping gue"

Nah kan,nah kan..

"KAKAK KENAPA?!"

"Aduh,jangan teriak juga kali!" protesnya.

Gak teriak,pasti Sean gak dengar. Kalau teriak,cowok itu malah protes. Rere harus ottoke?

Akhirnya,mereka sampai di rumah Rere. Dengan tergesa-gesa,Sean masuk ke dalam tanpa izin pada gadis itu. Tak tahan soalnya,sudah kebelet!

"Ohhh,gue tau! Tuh anak pasti kebelet beol. Ckckck" Rere menggelengkan kepalanya.

Ia berjalan santai memasuki rumah. Menemui Revan yang tengah memainkan ponselnya di ruang tengah.

"Van,sepi banget. Pada kemana?"

"Eh,kakak. Itu..mamah,papah,sama bang Regan abis makan siang tadi langsung ke rumah nenek. Ada yang mau diomongin katanya,dan Revan nggak boleh ikut" jawab Revan masih fokus pada ponselnya.

Rere mengangguk. Ikut duduk di samping adiknya.

"Kak,"

"Umm?"

"Tadi bang Sean kenapa? Dateng-dateng nanyain kamar mandi,terus mukanya juga merah gitu"

"Dia kebelet BAB,kali"

"Oalah..pantes kayak lagi nahan sesuatu. Hahahah" Revan tergelak.

Enam menit kemudian..

"Huh,lega!"

Lantas Rere dan Revan menoleh.

"Eh,adek ipar. Kayaknya belom pernah ketemu" Sean menghampiri Revan,menepuk pelan bahu cowok rambut pirang itu.

"Loh,kan tadi udah ketemu. Pas bang Sean nanya kamar mandi" 

"Maksud gue dua hari lalu,"

Ih,apasih..gak danta. batin Rere.

Revan mengangguk kikuk.

"Oh ya bang,suka main ps gak?" tanya Revan seraya mempersiapkan alat-alat untuk bermain play station.

"Suka lah,ya kali enggak"

"Kak,mau minum apa?" tanya Rere. Ia berinisiatif membuatkan minum untuk calon suaminya. Anjay,calon suami.

Seketika Sean mengembangkan senyumnya. "Jus jeruk! Pas banget gue lagi haus"

"Gue nggak ditanyain nih kak? Calsum nya aja yang ditanyain" Revan melengkungkan bibirnya.

Rere berkacak pinggang. Matanya mengarah pada satu gelas Boba yang masih penuh. "Itu,apaan yang masih penuh? Buang-buang minuman nanti mubazir"

"Tuh,dengerin calon bini gue. Canda calon bini"

Rere memutar kan bola matanya malas,lalu pergi menuju dapur.

To be continued.

Vomentnya gaiseuuu,hehe😃

Fiveteen Место, где живут истории. Откройте их для себя