10 👑 HILANG

75 28 1
                                    

Krystal melahap kue beras yang ada di tangannya. Ini adalah kue beras terenak yang pernah ia makan! Yah, maklum saja, akhir-akhir ini dia hanya memakan mie instan. Lidahnya hampir mati rasa dibuatnya.

"Astaga, pelan-pelan Krystal." ujar Edward ketika gadis itu tersedak kue beras.

Krystal tertawa kecil ketika Edward berusaha untuk mengelap bibirnya. "Edward, ini enaakk sekali!!" ucap Krystal sambil terus tersenyum.

Edward menggelengkan kepalanya lelah. Dia kewalahan dengan Krystal karena gadis itu ternyata energik sekali. "Kau ini sudah di kepala dua, tapi tingkahmu seperti anak umur 2 tahun." gumamnya.

Krystal tak memedulikan gumaman Edward. Dia tidak pernah sebebas ini sebelumnya. Krystal akan memanfaatkan hari ini untuk bersenang-senang sepuasnya.

"Apa itu?" tanya Krystal ketika melewati sebuah kedai makanan unik.

"Ah, itu corndog. Sebuah sosis yang dilumuri tepung dan berisi keju mozzarella, lalu digoreng." Edward mengalihkan pandangannya. "Kau mau?" tawarnya.

"Aku mau! Aku juga akan membelikannya untukmu. Sekarang, aku yang akan mentraktirmu." ujar Krystal.

Edward mengangguk dan menunggu Krystal untuk membeli makanan itu. Dia duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari sana sambil mengamati Krystal. Merasa Krystal cukup aman, membuat Edward mengalihkan perhatian pada ponsel di tangannya.

Edward membalas semua pesan yang ada di ponselnya. Sudah lima menit Edward membalas semua pesan, namun Krystal tidak kunjung kembali. Edward menaikkan wajahnya. Matanya mencari Krystal di kedai makanan corndog itu.

Edward berdiri dan menghampiri kedai itu. "Maaf, apa kau melihat perempuan yang ada di sini?" tanya Edward kepada penjual itu.

"Oh, ya. Dia tadi membeli corndog-ku dan pergi bersama temannya."

Teman? Edward membatin. Teman siapa? Apa Krystal bertemu dengan temannya? Tapi seharusnya mereka tidak jauh dari sini. Edward kebingungan mencari Krystal. Bagaimana bisa dia pergi tanpa berkata apapun dengannya dulu.

Edward mencoba menghubungi Krystal dengan ponselnya, namun nihil-tidak ada balasan. Edward mencoba kembali untuk meneleponnya, namun tetap tidak ada balasan. Jantungnya kini berdegup kencang.

"Jangan-jangan ...." Edward berlari ke dalam mobil dan menancap gas, menuju kantornya. Dia berkali-kali terjebak lampu merah yang membuatnya hampir frustasi. 15 menit kemudian, dia tiba di kantor. Edward langsung meminta temannya untuk melacak ponsel Krystal.

"Ya ampun, kau ini merepotkan sekali." decak temannya itu.

Edward membacakan nomor ponsel Krystal dan temannya itu langsung melacaknya. Laki-laki itu mengerutkan kening. "Aneh," gumamnya.

"Apa ada masalah?" tanya Edward.

Laki-laki tersebut mengangguk. "Ya. Ponselnya tidak bisa dilacak. Kau benar membacakan nomornya 'kan? Nomor itu tidak bisa ditemukan. Mungkin kartu nomornya dilepas dan dibuang, jadi ponselnya tidak bisa dilacak."

Edward menepuk dahinya. Sekarang dia harus bagaimana? Menelepon George tak akan ada gunanya.

"Apa ada masalah?" Sekarang temannya itu balik bertanya.

Edward mengangguk lemas. "Ya. Temanku menghilang. Padahal aku tadi bersamanya."

Laki-laki tersebut mengangguk dan berdiri dari duduknya. Dia membuka laci dan mengeluarkan banyak kertas dari sana. Kertas tersebut ia sebar di atas meja. Hal itu membuat Edward mengangkat wajahnya.

"Apa ini?" tanyanya.

"Kau tahu, akhir-akhir ini ada banyak kasus orang hilang." Laki-laki itu mengambil sebuah kertas. Di sana terdapat wajah seorang perempuan lengkap dengan identitasnya. "Dia hilang pada bulan November lalu." Laki-laki itu meletakkannya dan mengambil kertas lain. "Dan dia menghilang pada bulan Desember lalu."

"November? Tapi itu lima bulan yang lalu." ujar Edward. Dia tidak menyangka ada orang yang menghilang selama lima bulan.

"Bukan hanya mereka berdua. Tapi ada banyak sekali. Anehnya, mereka menghilang pada tanggal ganjil. Benar-benar tidak habis pikir."

Edward menatap kertas yang bertuliskan orang hilang tersebut. Apa benar yang dikatakan oleh temannya ini? Ponsel Edward seketika berbunyi nyaring. Di sana tertulis 'GEORGE' dan hal itu membuat Edward panik. Bagaimana jika dia tahu bahwa Krystal menghilang?

"Ya?"

"Ah, apa kalian berdua sedang bersenang-senang? Aku menekan bel rumah Krystal dan tak ada seorang pun yang keluar. Ponsel Krystal juga tidak bisa dihubungi."

"Ah, ya kami sedang di luar."

"Di mana? Tolong kirimkan lokasimu. Aku membawa banyak bir untuk kita berempat. Kau, aku, Krystal, dan Arthur."

Edward menggigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Halo? Baklah, aku akan kembali kemari pukul enam sore saja. Selamat bersenang-senang kalian berdua!"

Sambungan telepon terputus. Edward meletakkan ponselnya dengan lemas. Bagaimana jika George tahu bahwa Krystal diculik? Apa masuk akal jika Edward bercerita, Krystal sedang membeli corndog lalu tiba-tiba menghilang? George pasti akan mengejekanya.

Pintu kantor terbuka dan seorang pria masuk ke dalam. "Edward? Apa yang sedang kau lakukan?"

Edward menghela napas. Dia masih tidak berbicara apapun sampai akhirnya Arthur bertanya pada temannya. Temannya itu menceritakan semuanya, dan ketika dia menyebut nama Krystal, ekspresi Arthur berubah. Arthur mencengkeram bahu Edward dan menatapnya tajam.

"Apa kau gila?!" teriaknya. "Bagaimana bisa Krystal diculik dan— astaga." Arthur mengusap kasar rambutnya. "Aku harus menelepon George."

"Jangan!" Edward melarang.

"Kau sudah gila?!" teriak Arthur.

"George akan marah."

"Memangnya kenapa?! Lagipula itu salahmu. Dia juga harus tahu."

Edward mengambil ponsel Arthur. "Jika George tahu, dia akan marah. George mati-matian melindungi Krystal karena dia keturunan Dewi!"

Arthur berdecak, "Kalau kau tahu itu, kenapa kau tidak menjaganya tadi?!"

Pertengkaran mereka berhenti ketika teman mereka melerainya. "Kalian ini seperti anak kecil saja. Ini di kantor." ucapnya.

Edward mengembalikan ponsel Arthur. Napasnya sudah mulai tenang sekarang. Berbeda dengan Arthur yang seorang temperamen. Dia masih marah, dan ngedumel tidak jelas.

Edward tahu dia salah. Dia hanya butuh waktu untuk menjelaskan kepada George. Sampai tiba-tiba alarm di kantornya berbunyi nyaring.

- LUCKIEST GIRL ALIVE -

LUCKIEST GIRL ALIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang