meski sedang di situasi genting, bisa-bisanya minju sempat terkekeh dengar felix yang terkejut seperti itu lihat dia memasukkan sandi pintu apartemen chaewon.
"lo gak tau ya, fel? lowkey pacar gue tuh chaewon, bukan hyunjin."
"gak usah ngelucu. udah bisa masuk belum?"
"iyaa iyaaa bentarrr,"
minju menunggu pintu berdering, lalu segera membukanya dan masuk.
felix mendahuluinya, memperhatikan seisi apartemen yang udah mulai agak kosong dengan beberapa barang di dalam kardus.
"chaewon? chaewon lo di siniii???"
minju menoleh, sedikit tertegun melihat felix yang berteriak berusaha mencari saudari tirinya itu. meski sepertinya nihil karena ngga ada satupun tanda-tanda eksistensi kim chaewon.
felix kelihatan frustrasi. dia ngga sempat merapikan diri atau mencuci muka sejak kemarin karena sibuk mencari chaewon, adiknya.
minju sama sekali ngga melihat si dingin lee felix seperti yang diceritakan chaewon. dan alasan mengapa ia sangat merasa canggung bersama saudaranya itu.
"gue buat salah, ju. chaewon hilang dari pengawasan gue. gue udah ngecewain ibu sama papa."
bahkan kalimat penyesalan itu terdengar begitu menyedihkan di telinga minju. pertama kali lihat felix begitu berekspresi sendu, menjambak rambut-rambutnya menghukum diri.
chaewon, lobilang felix bener-benercowokcuekjelmaan es? andaisekaranglo tau chae, dia kehilanganlosekarang. dia ngerasabersalahnggabisa jaga lo.
minju melipat bibir. kini berjalan memasuki kamar chaewon yang sebagian kosong. barang-barangnya udah dipindah ke rumah.
cuma ada ranjang polos, dengan meja kosong dan rak di pojok dinding. memang ngga ada tanda-tanda kalau chaewon di sini.
"eh? lix lo harus ini!"
minju menjerit heboh memanggil felix yang segera mendekat. gadis itu mulai berkaca-kaca, mengangkat sebuah kertas yang sengaja disobek.
"lo nemu di mana!?"
"di sini," minju menunjuk meja, "itu masih baru gue yakin. kertasnya masih bersih ini..."
felix langsung merampas kertas itu dan membukanya dengan tangan bergetar. minju mendekat, ikut membaca.
yang kemudian sama-sama melemas, dalam waktu berbarengan melengos, membuang napas dengan sesak. sibuk dengan pikiran masing-masing, entah apa.
"gue gak nyangka, bang changbin ambil serius ide gila gue." ujar felix pelan, memijat pelipis, sembari diam-diam menghapus jejak airmatanya.
minju menepuk-nepuk pundak felix, sekedar menenangkan cowok itu. tapi tersentak ketika hpnya berdering, tampilkan kontak hyunjin yang menelepon.
"ya, jin? gimana? udah nemu tanda-tanda kak changbin?"
"aku sama jisung gak nemuapapun. lemarinyakosong. dan... kita nemuinbrosur travelling ke new york. kamu sama felix gimana? nemusesuatu gak di apartemenchaewon?"
"kita dapet surat. kayaknya chaewon tau, kita bakal nyariin dia ke sini." minju mendengus pelan, "udah dulu ya jin? kamu kalo mau ke sini sekarang aja. ini felix udah gak bisa ngapa-ngapain."
"oke. aku otw langsung sama hanjis."
"hm, tiati."
minju kembali menatap felix. menangis tanpa suara, masih merasa sesak.
"so... they decide to leave?"
ᝰ
gue tau secepatnyabakal ada yang nemuin surat ini. tapigueharap, itu minjuatau felix.
