Kelap Kelip Lampu Malam

3 0 0
                                    


Untuk apa takut pada perubahan?

Untuk apa takut jikalau hidup kita berubah?

Bukankah berubah itu adalah suatu proses yang harus manusia alami setiap harinya?

Takut pada perubahan artinya takut kepada kehidupan itu sendiri. Kehidupan ini semuanya soal perubahan. Detik demi detik berubah, menit demi menit pun berubah, hingga akhirnya tahun ke tahun juga selalu berganti. Lalu untuk apa kita takutkan perubahan itu?

Tidak ada gunanya juga kan kita takut pada hal seperti itu.

Benakku selalu menggila di kala malam hari tiba. Berjalan-jalan dengan langkah tegas di atap apartemen ini adalah hal yang tidak boleh terlewat setiap malamnya. Sesekali aku menghirup nafas panjang sembari memejamkan mata, lalu aku kembali berjalan-jalan kembali dengan ide baru.

"Takut dengan perubahan itu wajar. Semua orang akan mengalaminya. Bahkan kau yang malam ini menanyakan hal itu dalam benakmu pun pasti takut dengannya." Jawab seorang lelaki yang secara tiba-tiba naik juga ke atap apartemen ini.

Wajahnya sangatlah berkharisma, ditambah pula dengan rahangnya yang tegas, badan tingginya, dan juga rambutnya yang tersisir rapi, menambahkan kesan bahwa ia adalah seorang yang berintelektual tinggi. Ia berjalan lurus lalu duduk tepat di pinggir apartemen ini, sembari menatap jauh ke depan, ke sisi apartemen yang mempertunjukkan betapa indahnya warna lampu kota di malam hari.

"Lalu, apakah orang harus terus terkungkung dalam ketakutan itu? Tidak kan? Orang yang terus terkungkung dalam ketakutan justru adalah mereka yang telah kalah sebelum bermain. Oleh sebab itu, aku berkata tidaklah perlu kita takut kepada perubahan." Jawabku dengan nada yang cukup keras, cukup untuk membangunkan orang yang tinggal tepat di bawah aku berdiri.

"Bahkan sekarang kau pun telah takut kepada perubahan itu sahabat. Dengan perkataanku yang begitu lugas di awal tadi, aku sudah merubah perspektifmu."

Jawabannya benar-benar berbeda denganku. Aku menjawabnya dengan nada yang keras, sementara ia bahkan tidak memberikan perlawanan sedikitpun. Nada yang ia keluarkan betul-betul lembut dan halus seperti sutra.

Aku terdiam.

Kata-katanya dalam membalas pernyataanku benar-benar menohok. Ia memang benar. Wajarlah manusia ini takut kepada perubahan, manusia kan memang selalu ingin hidup dalam kestabilan, semuanya akan mengalami ini. Bahkan aku sendiri pun mengalaminya saat ini.

Tanganku pun mendingin. Gairah berpikir malam itu telah dibuyarkan hanya dengan 2 penjelasan singkat darinya. Udara dingin yang tadinya tidak berasa pun semakin menyucuk tubuhku. Perubahan dalam diriku sendiri, benar-benar membuatku takut. Sama persis dengan apa yang dikatakannya.

"Mengapa kau diam berdiri di sana saja? Sini duduklah di sampingku! Aku mau menunjukkan sesuatu padamu."

Aku pun melangkahkan kaki mendekatinya. Ia tidak banyak berbicara lagi kala itu, matanya hanya memandang lurus ke depan. Sesekali nafas panjang dihirupnya dan sesekali pula ia membuang nafas itu.

Aku pun duduk bersila di sebelahnya. Aku ikuti segenap kegiatan yang ia lakukan kala itu. Mataku, kutujukkan kepada gemerlap lampu kota yang berkerlap-kerlip.

"Inilah sahabatku, kebenaran daripada hidup. Manusia tidak akan pernah siap dengan perubahan, entah besar ataupun kecil. Oleh sebab itu, takut kepada perubahan adalah hal yang wajar, karena semua orang menginginkan kestabilan. Akan tetapi, apa yang aku tunjukkan malam ini juga perubahan yang tidak perlu kau takutkan. Yaitu berubah dari sesuatu yang tidak tenang menjadi tenang. Aku tahu isi kepalamu, selalu penuh dengan ketidaktenangan dan pemikiran yang bergairah. Tetapi, kau tidak pernah mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dan pikiranmu itu bukan? Itu semua terjadi karena kau tidak tenang." Jelasnya kepadaku. Matanya tetap tertuju kepada gemerlap lampu kota, bahkan kata-katanya pun masih sangat lembut dan menenangkan.

Ia benar. Jiwa dan pikiranku hanya menggurita kesana kemari, tetapi tidak pernah ada jawaban yang aku dapatkan. Mungkin setiap hari aku selalu berpikir seperti itu karena aku sebenarnya takut. Aku selalu takut dengan jawaban dari pertanyaanku, sama halnya aku takut dengan perubahan.

Akan tetapi, malam ini aku menemukan jawaban. Aku tidak perlu takut akan semua perubahan, tetapi aku hanya perlu menerima perubahan itu dan menjadi tenang seutuhnya.

Malam itu, kuhabiskan sisanya kepada gemerlap lampu kota yang masih kupandang dengan fokus penuh. Ah, tenangnya bisa seperti ini. Betapa bahagianya diriku bisa bertemu dengan kebenaran seperti dia.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mirror On The DesktopWhere stories live. Discover now