27. WAITING

3.1K 198 5
                                    

Main Cast: Alice, Tristan

===========================

Apa kalian tahu bagaimana rasanya tidak dianggap? Tidak dihargai? Dan tidak dipedulikan? Apa lagi terhadap orang yang telah mencuri hatimu, yang membuatmu menyerahkan cintamu seluruhnya. Jika kalian tahu. Apa kalian bersedih? Berteriak? Menangis?

Saat ini, Alice hanya bisa mengurut dadanya pelan, hanya bisa mematung. Sudah berapa lama dia duduk di kafé menunggu dan terus menunggu kedatangan seseorang. Beberapa menit sekali dia menengokkan kepala ke arah pintu masuk, berharap sosok yang ditunggu-tunggunya akan hadir, memberinya senyum, dan meminta maaf kepada Alice karena telah membuatnya menunggu begitu lama. Tapi, seperti menit-menit sebelumnya, dia di kecewakan. Sosok itu tak pernah datang. Harapan Alice kembali jatuh setiap kali melambung tinggi.

Alice memandang suram cake blackforest di atas meja di depan wajahnya. Hampir 5 jam dia menunggu seorang diri. Di kafe itu hanya ada dia serta beberapa pelayan yang tersisa. Menatapnya dengan raut kasihan yang kental. Semua pelanggan sudah pergi. Sudah selesai dengan kegiatan mereka, berbeda jauh dengan Alice yang masih setia berharap dan menunggu.

Menunduk malu, jarinya bermain-main di atas pahanya. Menengok jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya.

12.00pm.

Ini sudah lewat dari jam perjanjian.

Seharusnya 5 jam lalu Alice bahagia. Alice tertawa.

Seharusnya 5 jam yang lalu dia tidak sendiri, seharusnya ada seseorang disampingnya, memeluknya.

Tidak ada.

Tidak akan ada Alice. Berhentilah berharap. Dia tidak mungkin datang. Sudah cukup kau menyakiti dirimu sendiri, sadarlah dia tidak ada.

"Permisi, maaf mengganggumu!"

Seorang pelayan menepuk pundak Alice. Pelayan ramah berwajah tampan dengan name tag yang tersemat di kiri bajunya, John. Tersenyum ramah memamerkan pesonanya yang hangat kepada Alice.

"Maaf kafé kami akan segera tutup." Tuturnya tidak enak. Menggaruk kepalanya, dia benar-benar salah tingkah.

Wajah Alice memerah karena malu.

"Maaf! Aku akan segera pergi." Alice berdiri, membungkuk dalam, dan mengambil tas birunya di samping tempat yang dia duduki. Dia segera melangkah jauh, tidak ingin menampakkan wajahnya yang total memerah.

"Hei... barangmu..." John menegur Alice. Mengangkat bungkusan cake dalam kotak rapi yang berpita ungu.

"Buang saja. Itu sudah tidak ada gunanya."

.

.

Alice memainkan ponselnya. Berkali-kali mengirim pesan singkat. Dia sudah mencoba menelepon beberapa kali dan tidak diangkat.

"Tristan..." keluh Alice melihat layar ponselnya. Tidak ada message sama sekali.

Alice berjalan tiada henti, hingga kakinya membawanya ke sebuah gedung agensi tempat Tristan bernaung.

Alice memandangi gedung itu. Masih berharap jika sosok Tristan muncul di hadapannya. Hari ini mereka berjanji akan merayakan ulang tahun Tristan bersama. Hari ini adalah kencan mereka setelah hampir 5 bulan tidak bertemu. Hari ini hari yang dinanti-nanti Alice hingga dia tidak bisa tidur semalaman karena terlalu gugup.

Mempererat lilitan syal yang melingkar dilehernya, Alice mendekap tubuhnya. Udara sangat Dingin. Bulan desember salju turun dengan deras. Alice masih setia menunggu di depan gedung,

Romance Suspense Short Story Collection [END]Where stories live. Discover now