Tuan Muda Gila 11

3.5K 230 0
                                    

POV: Dina

Hampir setengah hari Bu Rina dan Bi Iyem belum kunjung kembali hingga kegabutan melanda hati ini. Rasa bosan yang mulai menghantui tidak ada yang bisa aku perbuat hanya berbaring dan berbaring.

Hingga ketukan pintu 'tok tok tok' membuat ku langsung berlari membuka handle pintu kamar ku melihat dibalik pintu tersebut yang ternyata adalah Bi Iyem yang tengah tersenyum.

"Heh! Bi Iyem," sapaku dengan merangkul langsung bahu Bi Iyem. Sok akrab!.

"Hehehe Non Dina kenapa toh? Senyum senyum?" tanya Bi Iyem menatapku dengan menerjapkan matanya.

"Hmmm, gak papa kok!" Aku langsung melepaskan rangkuanku dari baju Bi Iyem dengan senyum malu malu.

"Oh iya non, non Dina dipanggil sama nyong dibawah." kata Bi Iyem.

"Yaudah kita turun sama sama yah Bi," Aku langsung menggandeng tangan Bi Iyem membawanya turun bersamaku.

°°°

"Ada apa toh Bu?" Aku langsung duduk di dekat Bu Rina yang tengah duduk diruang tengah.

"Dina," Bu Rina langsung menatapku sembari tersenyum.

"Nak? Apakah tadi Sheila datang kemari?" tanya Bu Rina sembari mengelus perlahan puncak kepalaku.

"Iya bu tadi Sheila datang, tapi untungnya ada Denis yang mengusirnya." jawabku di sertai senyuman.

"Bagus lah kalau tidak entah apalagi yang akan dilakukan Sheila kepadamu," gumam Bu Rina.

"Oh iya Bu, apakah Dina boleh bertanya?" tanyaku.

"Tentu saja boleh Nak," ucap Bu Rina.

"Bu bagimana Denis dan Sheila bisa berpacaran sedangkan Denis begitu membenci Sheila?" tanyaku terlihat Bu Rina dan Bi Iyem langsung terlihat gugup mendengar pertanyaanku.

"Hmm soal itu..." Bu Rina menggantungkan ucapannya dan melihat sekeliling ruangan seperti mencari cari sesuatu.

"Ada apa Bu?" Diriku semakin penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Bu Rina kepadaku.

"Ibu tidak tau nak, kenapa Denis membenci dan begitu acuh dengan Sheila." Jawab Bu Rina.

"Tapi nak waktu Denis dan Sheila masih berpacaran Denis begitu mencintai Sheila hingga suatu pengkhiatan yang terjadi diantara mereka yakni Sheila yang suka berselingkuh dibelakang Denis namun sampai sekarang Denis belum mengetahuinya." Jelas Bu Rina.

"Jadi kenapa Ibu tidak memberitahu Denis Bu, soal pengkhianatan Sheila." tanyaku kembali.

"Ibu takut Nak, Ibu diancam oleh Sheila jika Ibu memberitahu Denis soal perselingkuhannya." Kata Bu Rina.

"Emang Ibu diancam apa?" Tanyaku.

"Dia akan tak segan segan melukai Denis ataupun kau Nak, Ibu takut kehilangan kalian." Air mata Bu Rina langsung keluar hingga membuatku terkejut.

"Eh! ibu kok nangis sih?" Aku langsung merangkul Bu Rina memeluknya dalam dalam.

"Jangan tinggalin Ibu yah Nak," Bu Rina membalas pelukan ku.

Namun tiba tiba suasana damai buyar saat mendengar suara teriakan.

"Dina!" Suara teriakan perempuan dari luar rumah.

"Dina dimana kau!" Suara tersebut semakin nyaring hingga melihat sosok perempuan itu yang tak lain adalah Sheila.

"Sheila?" Aku langsung melepaskan pelukan ku ketika melihat Sheila di ambang pintu dengan tangan mengepal dan mata yang memerah.

"Dasar jalang!" Sheila langsung menarik hijab ku kearahnya hingga kami saling berhadapan.

"Beraninya kau merebut Denis dari ku!" Sheila langsung mencekikku tanpa ampun membuatku sesak napas.

"Sheila hentikan Nak," Bu Rina berusaha melerai namun tenaga nya sudah tak kuat melawan Sheila.

"Nak!" Bu Rina menangis histeris saat melihat diriku sudah susah dalam bernapas.

"S-heila lepaskan Aku," terasa udara mulai menipis dadaku begitu sesak.

"Mati kau Dina!" Sheila mengeratkan cekikannya.

"Hahahah, dasar jalang!" Sheila tertawa puas melihatku menderita. Namun aja in terhenti.

"Sheila!" Suara lantang menggema dibelakang tubuh Sheila hingga membuat Sheila menoleh dan ternyata itu adalah Denis yang baru saja pulang dari bekerja. 'Plakk' suara tamparan menggema diseluruh penjuru rumah hong cekikan Sheila terlepas dari leher ku membuatku jatuh tersungkur ke lantai.

Aku hanya bisa menangis meraba leher ku yang begitu sakit sedangkan Bu Rina langsung memeluk menenangkanku.

Apa apain ini?!" Denis langsung melototkan matanya ke arah Sheila yang masih menatapnya dengan mata yang memerah. Sedangkan diriku yang sudah tersungkur ke lantai dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

"Kau yang apa apaan Denis?!" Air mata Sheila langsung jatuh sembari menatap diriku dengan tatapan ingin membunuh.

"Berani nya kamu menamparku didepan Dina!" pekik Sheila sembari menunjuk diriku yang masih menangis syok seraya memegang lehernya yang ditutupi hijab.

"Apa kau sudah gila Sheila?! Kau hampir saja  membunuhnya!"

"Aku memang sudah gila dan semua itu karna mu Denis! Karna kau!" bentak Sheila dengan tangisan.

"Pergi sekarang kau dari sini!" usir Denis langsung menatap Sheila dengan tatapan menahan amarah.

"Dan aku sungguh muak dengan drama mu!"

"Aku mencintai mu Denis," lirih Sheila. Namun Denis tak menghiraukan ucapannya hingga penjaga rumah menyeretnya keluar.

Denis perlahan memijat pelan pelipisnya frustasi sedangkan Bu Rina masih menenangkan Dina yang masih saja menangis.

"Sudah yah Nak, sudah." Bu Rina masih saja memeluk Diriku yang duduk diatas lantai sembari mengelus puncak kepalanya yang dibalut hijab.

Denis langsung mengacak ngacak rambutnya dan beranjak pergi tanpa berkata kata meninggalkan kami untuk melepaskan penat di tubuhnya.

POV: Author

Namun langkahnya terhenti saat Dina jatuh pingsan dipelukan sang Ibu.

"Dina!" lirih Bu Rina sembari menepuk nepuk pipi Dina.

Denis segera berbalik arah melihat Dina yang sudah tak sadarkan diri. Segera Denis mengangkat badan mungil Dina ala bridel styel.

"Cepat bi hubungi dokter!" perintah Denis yang langsung mempercepat langkahnya menuju kamarku sedangkan Bu Rina mengikuti mereka dari belakang.

"Baik Tuan," Bi Iyem segera mengambil telpon rumah menghubungi dokter keluarga mereka.

°°°

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Denis sembari menghampiri dokter yang keluar dari kamar Dina.

"Dia baik baik saja pak, hanya saja syok dan tekanan udara yang membuatnya pingsan." jelas dokter.

"Dan ini resep obatnya tolong ditebus pak," sambung kembali sang dokter seraya menyodorkan sebuah kertas kearah Denis.

"Baik dok," Denis langsung mengambil kertas tersebut.

"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap sang dokter.

"Mari saya antar dok," kata Denis.

Sedangkan Bu Rina dan Bi Iyem sudah ada didalam kamar Dina yang masih belum sadar dengan alat bantu pernapasan melekat di hidungnya.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang