Tuan Muda Gila 06

3.7K 275 0
                                    

Hampir sebulan aku tinggal di kampung mengurusi kematian kedua orang tuaku dan entah bagaimana kabar Denis sekarang. Pada hari ini aku akan pulang kembali ke Ibukota melihat keadaan Denis.

"Terima kasih pak sudah memperbolehkan saya tinggal dirumah bapak." Selama sebulan ini Pak Samat telah mengijinkanku tinggal di rumahnya.

"Sama sama nak, lagi pula nak Dina sudah saya anggap seperti anak saya sendiri." Jelas Pak Samat.

"Kalau begitu Dina berangkat dulu yah pak, assalamualaikum." Aku langsung menyalimi tangan Pak Samat lalu beranjak menaiki bus yang sudah ingin berangkat.

"Waalikumsalam nak, hati hati yah." Peringat Pak Samat.

•••

Kini aku sudah sampai dikediaman Denis yang terlihat masih sama saja. Ah! Kan cuman pergi satu bulan bukan satu tahun.

Aku mulai melangkah masuk kedalam rumah melihat para penjaga yang tengah tersenyum kearahku menyambutku dengan baik. Terlihat Bu Rina dan Bi Iyem sedang berada diruang tengah dan melihat wajah mereka yang begitu sedih.

"Assalamualaikum!" Aku memasuki rumah.

"Waalaikumsalam!" Jawab ke ruang serentak.

"Nak! Tolong Denis!" Aku sungguh terkejut saat Bu Rina berlari kepadaku sembari memelukku dengan erat.

"Ada apa dengan Denis Bu?" tanya yang masih kebingungan dengan situasi saat ini.

"Denis nak.." Bu Rina terisak tak bisa melanjutkan kata katanya. Akupun segera berlari menaiki anak tangga dengan cepat menuju kamar Denis.

•••

Terlihat Denis sedang memeluk kedua lututnya dan memasukkan kepalanya disela sela lututnya.

"Denis?" Aku memanggilnya namun tak ada sahutan hanya terdengar. " Temanku kemana?" Aku sungguh bersalah kepada Denis kenapa dulu aku tak memberitahunya sebelum aku pergi.

"Denis!" Air mata ini sudah tak terbendung lagi, aku langsung memeluk Denis dengan erat melepaskan rindu yang sudah membebani hati ini.

"Teman?" Denis langsung menyadari kehadiranku dan langsung memelukku dengan erat sembari terus menangis.

"Hiks Hiks, Denis rindu Teman!" Ucap Denis.

"Teman juga rindu dengan Denis." Aku mengeratkan pelukan ku yang.

Suara tangisan sudah tak terdengar yang hembusan napas yang bisa kudengar dari telingaku. Aku melepaskan pelukanku melihat Denis yang sudah tertidur dengan pulasnya.

Aku pun merebahkan tubuhnya ke pahaku sembari mengusap usap pelan pipinya. Ada rindu begitu berat diwajahnya. Mataku mulai berat tubuhku mulai goyah rasa kantuk yang menyerang membuatku tertidur dengan  posisi bersandar dibadan kasur.

•••

Samar samar cahaya matahari memasuki ruangan melalui jendela kamar Denis. Aku mulai membuka mataku dengan pelan melihat sekeliling kamar dan mataku tertuju pada seorang lelaki yang tengah tertidur dipahaku.

"Denis." Aku mulai menepuk nepuk pipinya dengan perlahan.

Mata Denis mulai terbuka terlihat sebuah senyuman awal pagi yang begitu manis.

Aku langsung berdiri terasa pahaku ingin patah rasanya.

"Teman mau kemana?" tanya Denis.

"Mau turun kebawah." Jawabku tanpa menoleh kearahnya. Denis pun berdiri mengikutiku dari belakang. Namun langkah ku terhenti saat menemui Sheila yang berdiri didekat dan menatapku dengan tatapan horor.

"Berani banget loh yah!" Sheila memulai masalah lagi.

"Aduh, apalagi sih mbak?" Tanya ku dengan melipat tanganku didepan dadaku.

"Loh tuh jangan sok gak tau deh!" Pekik Sheila.

"Hadeh." Aku langsung berjalan melewatinya namun tiba tiba saja Sheila berlari ingin mendorongku bukan aku yang terjatuh malah Denis yang terjatuh karna melindungiku.

"Denis!" Denis terjatuh terlihat beberapa kali kepalanya terbentur.

"Denis!" Aku berlari menuruni anak tangga dengan cepat melihat ke ada Denis yang sudah berlumuran darah segar.

"Hiks Hiks, Denis." Lirihku yang langsung mengangkat kepala Denis ke pahaku.

"Denis!" Bu Rina berlari kearahku.

"Astagfirullah Tuan!" Begitu juga dengan Bi Iyem.

"Kamu jahat Sheila!" Melihat Sheila yang tengah mematung dan tak bisa berkutik lagi.

"Ayo nak kita bawa Denis ke rumah sakit." Ucap Bu Rina.

•••

"Denis bertahan yah!" Aku menggenggam erat tangan Denis.

"Tolong  pihak keluarga tunggu disini." Ucap sang suster yang langsung menutup pintu ruangan UGD.

Aku langsung duduk dengan rasa masih syok dengan kejadian yang menimpah Denis akibat ulah Sheila.

Terus  menangis  hanya itu yang kulakukan berdoa dalam hati berharap Allah masih menolong Denis.

Hampir 2 jam diriku menunggu melihat pintu ruangan UGD belum kunjung terbuka lebar. Namun tiba tiba saja ruang tersebut terbuka menampakkan dokter yang menangani Denis keluar.

"Keluarga pasien?" Tanya menghampiri kami.

"Saya ibunya dok." Ucap Bu Rina.

"Begini Bu, kondisi anak Ibu sekarang koma hanya Allah yang bisa menolongnya. Jelas dokter.

Seketika lututku begitu  rapuh berdiri membuatku jatuh ke lantai. Sedangkan Bu Rina hampir terjatuh dan untungnya Bi Iyem menahan tubuhnya.

Kenapa Allah begitu tak adil padaku baru saja sebulan kedua orang tuaku meninggalkanku sendiri dan sudah ada orang yang kucintai terancam nyawanya.

•••

2 minggu sudah aku menemani Denis yang tak kunjung sadar dari koma.

"Denis cepat bangun yah," Aku membersihkan dirinya dengan menghuni kain basah.

"Dina rindu Denis." Sambungnya kembali dengan air mata.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang