O13. (Bahagia) Bersama Seokjin ੭ु

461 88 69
                                    

Sojung berlari kecil dengan tawa rianya. Dia menekuk lututnya dan tersenyum sembari mengamati penyu-penyu kecil yang baru menetas berjalan ke arah laut.

Seokjin ikut menekuk lututnya. Dia juga ikut mengamati penyu-penyu kecil itu dan berusaha mencari paham tentang apa yang membuat Sojung begitu ceria ketika bertemu dengan penyu-penyu tersebut.

Sojung menatap Seokjin. "Mereka lucu, ya?"

Seokjin tersenyum. "Iya!"

Sojung meraih tangan Seokjin. Dia menarik tangan Seokjin supaya mengikuti langkah kakinya. "Hati-hati, jangan sampai kau menginjak penyu itu!"

Lagi-lagi Seokjin mematuhi apa yang baru saja diucapkan Sojung. Begitu juga saat dia duduk, menghadap ke arah laut dengan kaki yang diluruskan.

"Aku boleh pinjam pahamu 'kan? Sebagai tumpuan untuk kepalaku."

Tanpa enggan Seokjin mengangguk. "Jadi ... kau mau mulai cerita dari mana?"

Sojung terkikik karena Seokjin terdengar seperti sangat tertarik untuk menyimak ceritanya. "Dari awal permasalahan ini terjadi," jawab Sojung yang setelah itu langsung mengubah raut wajahnya menjadi cukup serius.

"Kau tahu tentang bullying yang selalu ramai diperbincangkan di jenjang sekolah?"

Seokjin mengangguk.

"Percaya atau tidak, itu yang membuatku merasa semakin tertekan."-Sojung menatap dalam ke arah mata Seokjin yang tengah menatapnya dari atas-"Dari kecil, aku dikenal banyak orang sebagai kembaran Twyla ... dan dari kecil aku dikenal sebagai perempuan yang selalu tidak diinginkan."

"Kau tahu bahwa anak kembar tidak selalu punya sifat yang sama, dan karena perbedaan itu aku jadi dijauhi bahkan dibully oleh teman satu kelas," cerita Sojung yang kini matanya menampilkan kilat air mata.

"Twyla adalah gadis lucu, periang, dan selalu mudah bergaul dengan orang asing. Sementara aku bukan seperti itu, aku sedikit lebih tertutup, penampilanku bahkan jauh lebih buruk dibanding Twyla ... dan mungkin karena itu juga temanku jadi menarik rambutku yang selalu terurai, mendorongku dengan sengaja sampai ... sampai akhirnya aku membentur ujung meja. Saat itu aku merasakan bahuku benar-benar sakit, tapi tidak ada yang percaya dan menganggapku berlebihan bahkan wali kelasku sekalipun."

Sojung mengingat dengan jelas saat kejadian itu. Saat di mana dia justru dimarahi oleh wali kelasnya karena bersikap berlebihan.

"Bahuku benar-benar sakit, Miss! Dia mendorongku dengan sengaja dan sangat kuat!"

"Tapi Delia, ini sudah jelas buktinya. Bahumu tidak kenapa-kenapa, tidak ada luka memar!"

"Aku bukan terluka karena ditinju, Miss! Tapi aku terluka karena jatuh membentur meja!"

"Delia, cukup bersikap berlebihan! Miss akan panggil orang tuamu!"

"Panggil saja sana! Aku sama sekali tidak takut karena aku merasa benar!"

"Delia!"

Sojung merasa air matanya dihapus oleh seseorang, dan orang itu ternyata adalah Seokjin. "Jangan menangis," katanya penuh kepedulian pada Sojung.

Sojung mengubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan Seokjin. "Saat itu Twyla berusaha menghiburku. Walaupun dia berteman dengan orang-orang yang membullyku, dia tetap menyayangiku karena aku adalah sebagian dari dirinya," kata Sojung, "Orang tuaku benar-benar dipanggil ke sekolah, dan saat sampai di rumah aku dinasihati oleh ibu, 'Kalau memang benar kau dibully oleh teman-temanmu di sekolah, harusnya kau bisa lebih sabar lagi. Kita ini bukan orang yang punya segalanya, Delia. Kita harus pandai bersabar,' begitu katanya."

"Untuk hari pertama, oke, aku turuti nasihat ibu. Aku terus berusaha untuk sabar. Tapi untuk hari-hari berikutnya ... aku tidak bisa. Aku mengaduh lagi pada ibuku, tapi dia tetap mengucapkan kata yang sama. Pokoknya tiap kali aku mengaduh, ibu hanya bilang, 'sabar, sabar, sabar dan sabar' itu sama sekali tidak membantuku, Seokjin!"

Sampai sini Seokjin mengerti apa yang Sojung ceritakan. Dia terpaksa berdiri lagi saat Sojung mengajaknya berdiri.

Mereka berjalan beriringan dan masih setia ditemani oleh cerita lama Sojung.

"Belum lagi ditambah masalah keluarga kami. Ayah dan ibuku sering sekali bertengkar karena masalah ekonomi. Dulu, keluarga kami memang sering sekali mengalami krisis ekonomi. Aku yang posisinya sebagai kakaknya Twyla, merasa punya tanggung jawab untuk menutup telinga Twyla tiap kali ayah dan ibu marah-marah dengan bahasa yang kasar serta lumayan dewasa."

"Lalu yang menutup telingamu siapa?" tanya Seokjin.

Sojung mengangkat bahunya. Dia menatap Seokjin dan tersenyum pedih. "Tidak ada. Aku selalu mendengar suara pertengkaran mereka, dan selalu bilang semua akan baik-baik saja pada Twyla."

"Tapi harusnya kalian saling menyemangati dan melindungi satu sama lain. Kalian harus bisa berbagi suka-duka bersama," kata Seokjin, "ini terlalu tidak adil untukmu."

"Aku tahu itu ... bahkan sampai sekarang aku masih harus mengalah. Tapi ... aku berusaha untuk ikhlas. Apapun yang akan membuat Twyla bahagia ... aku akan berikan untuknya, termasuk Kevin."

"Kau tahu ... kau itu orang baik, Sojung," ucap Seokjin dengan senyuman bangganya.

Sojung terkikik. "Memangnya selama ini kau berpikir bahwa aku itu jahat?"

"Iya ... habisnya kau galak!"

Sojung merubah raut wajahnya lagi. Menatap Seokjin tajam dan mencebikkan bibirnya. "Aku tidak galak!"

"Iya, kau galak!"

"Tidak!"

"Galak!"

"Oppa, Eonnie! Mau bakar kerang dan ikan sama-sama? Aku dan Yewon baru saja membeli kerang dan ikannya!" seru Yuna dengan suara lumayan keras karena jarak yang ternilai cukup jauh.

"Jangan berkencan lama-lama! Ingat kalau kita ini sedang liburan bersama! Di sini juga ada aku dan Yuna, tahu!" sambung Yewon dengan suara yang keras pula.

"Berisik! Kalian ini mengganggu saja!" balas Seokjin tak kalah semangat teriaknya.

"Oppa, Yewon benar! Jangan terus berdua begitu! Pantai ini bukan milik kalian berdua!" timpal Yuna lagi.

Sojung yang merasa tidak enak pada Yuna dan Yewon langsung menarik lengan Seokjin pergi ke arah di mana Yewon dan Yuna berada.

"Mau kemana?" tanya Seokjin bingung.

"Kembali. Kita harus menemui Yuna dan Yewon lagi," jawab Sojung.

"Harus sekali menarik lenganku begini?" tanya Seokjin sembari melirik lengannya yang dipegang Sojung.

"Habis mau bagaimana?"

"Setidaknya gendong aku," jawab Seokjin yang justru langsung dihempaskan tangannya oleh Sojung.

"Yang ada harusnya kau yang menggendongku!" balas Sojung.

"Jadi kau mau kugendong?"

Sojung mengangguk dan tepat setelah itu Seokjin berdiri tekuk lutut memunggungi di hadapannya. Sojung langsung naik ke atas punggung Seokjin dan memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat.

"Sudah naik?" tanya Seokjin.

"Ya sudah!"

"Tapi kenapa aku tidak merasakan beban apapun?"

"Hey, jangan begitu! Itu namanya body shamming!" protes Sojung kesal.

Seokjin tertawa sedikit. "Iya, maaf. Aku hanya bercanda, serius!"

"Yasudah kalau begitu jalan! Jangan bicara terus!"

Seokjin mengangguk patuh. Dia berjalan cepat ke arah kanan dan ke kiri seakan sedang membawa Sojung terbang. Sojung yang benar-benar takut sekarang menjadi tertawa saat Seokjin melakukan bualan-bualan kecil dalam perjalanan mereka.

メメメ

Catatan Penulis:
Jadi guis, ada yang tau Seokjin minta maaf berapa kali sama Sojung seiring berjalannya alur cerita sampai sini?😌

Seoul Escape; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang