O2. Sojung Kim ੭ु

700 100 67
                                    

Sekarang Delia diantar Seokjin ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Seoul. Karena takjub, Delia jadi tidak berkedip sama sekali.

Memang kelihatannya tidak jauh berbeda dengan pusat perbelanjaan di London sana, tapi entah kenapa Delia benar-benar merasa takjub karena atmosfer yang tempat ini berikan terasa berbeda.

"Berpikir untuk makan siang, Delia?"

Delia mengerjapkan matanya sebentar sebelum menatap Seokjin di sampingnya―tatapan yang lumayan dingin yang bisa Delia berikan. "Apa ada tempat makan yang rasa makanannya luar biasa, Seokjin?"

"Tentu saja," jawab Seokjin. "Ini, kita sudah sampai." Seokjin tersenyum kemudian mempersilakan Delia untuk masuk terlebih dahulu.

"Kalau begitu kenapa bertanya lagi tadi, padahal kau sudah menuntunku ke tempat makan," cibir Delia.

Sementara yang dicibir, hanya tersenyum dan terkekeh. Delia adalah perempuan yang lumayan ... galak.

Sekarang mereka sudah duduk berhadapan, menunggu pesanan yang sebentar lagi akan tersaji. Delia memandang Seokjin kesal karena sedaritadi, Seokjin tidak berhenti tersenyum.

"Kau memang seperti ini, ya? Selalu tersenyum untuk menakut-nakuti orang, termasuk aku?"

Seokjin spontan membelalakan matanya. "Aku? Tersenyum? Untuk menakut-nakuti orang?"

Delia mengangguk. "Memangnya kau tidak sadar kalau senyumanmu itu justru terlihat menyeramkan?"

"Tapi semua orang bilang kalau senyumanku manis, dan wajahku tampan, perpaduan ras Korea dan Inggris."

"Kurasa mata orang-orang yang bilang seperti itu mengalami gangguan."

"Tapi temanmu juga bilang begitu. Dia bilang kalau aku adalah keturunan Inggris dan Korea yang paling sempurna wajahnya," kata Seokjin lagi.

"Janessa maksudmu?"

Seokjin mengangguk. "Iya, Jisoo Kim."

"Kalau begitu nanti malam aku akan bilang padanya untuk pergi ke dokter ahli mata sesegera mungkin."

"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk kesehatan matanya. Kupikir karena dia mungkin terlalu sibuk bekerja di sini, penglihatannya jadi agak kabur ... dan akhirnya menilai wajahmu sebagai wajah laki-laki tampan."

Seokjin terkikik. "Kau tahu, ucapanmu itu terlalu jahat untukku."

"Itu biar kau sadar kalau kau itu sama sekali tidak tampan," balas Delia.

"Kalau begitu terimakasih sudah diingatkan ya, Delia."

"Oh, ya. Tapi jangan berterimakasih saja, beri aku hadiah seperti ... makan siang gratis misalnya?"

"Tentu saja."

メメメ

Sekarang Delia bersama Seokjin pergi ke pasar malam. Dengan tujuan mencari jajanan malam di pinggir jalan kota sebenarnya.

Seokjin meninggalkan mobilnya di tempat parkir, kemudian membawa Delia pergi ke salah satu stan makanan yang menjual sate tteok.

"Aku ditraktir lagi?" tanya Delia pada Seokjin yang sedang menyantap sate tteoknya.

"Tidak. Kali ini bayar sendiri," jawab Seokjin singkat.

Delia tiba-tiba mengubah raut wajahnya. "Tapi aku belum menukar mata uang. Bagaimana ini?"

Seokjin lagi-lagi terkikik. "Jangan khawatir, Delia. Kali ini aku traktir lagi. Tapi lain kali jangan lupa traktir aku, ya?" Seokjin berbicara sembari memberikan sejumlah nilai mata uang korea pada penjual sate tteok yang satenya kini mereka makan.

Seoul Escape; SowjinWhere stories live. Discover now