08 : Belakang Sekolah

4.3K 810 272
                                    

"Teman gak selamanya akan jadi teman, suatu hari nanti dia bisa jadi musuh kita. Begitupun sebaliknya."

👻👻👻

"GARDA!"

Teriakan yang berasal dari dalam kelas, langsung membuat Hana dan Jesicca mempercepat kaki mereka untuk masuk ke dalam ruangan yang jaraknya tinggal beberapa langkah lagi. Ketika sampai, nampaklah suasana kelas yang ramai tanpa guru. Vivi, Devo, dan Garda tengah menjadi pusat perhatian di ruangan itu.

Posisi Devo berada di antara Garda dan Vivi. Vivi seperti berusaha mengambil handphone miliknya yang ada di tangan Garda, sedangkan Devo menghalangi Vivi agar tak bisa mengambilnya. Semua murid tertawa akibat ulah mereka yang seperti anak kecil tanpa menanyakan mengapa sosok Garda bisa ikut ambil andil dalam kejahilan Devo.

"Garda! Balikin atau aku bilangin mamah mertua!" ancam Vivi.

"Mertua lo siapa?" tanya Devo.

"Mamahnya Garda, dong."

"Mimpi lo," ucap Garda tak terima atas ucapan Vivi.

Mungkin karena sudah jengah dan tak ingin terlibat lebih jauh dari aksi kurang kerjaan Devo yang tak sengaja ikut melibatkan dirinya, Garda mengulurkan tangannya yang memegang handphone Vivi, berniat mengembalikan kepada sang empunya.

Vivi yang melihat gerak gerik Garda pun langsung merebut handphonenya dan memeluk sosok itu. Semua yang ada di ruangan itu langsung terdiam, bahkan yang dipeluk pun hanya bergeming di tempatnya. Suasana yang tadinya ramai menjadi sunyi senyap seperti kuburan.

"Jalang."

Suara itu berasal dari mulut Jesicca. Semua orang langsung menjatuhkan pandangan mereka ke arah Jesicca, kemudian sebagian dari mereka berbisik-bisik kepada teman yang ada di sebelahnya.

"Lo bilang apa barusan?" Vivi berkata sembari melepas pelukannya, menatap tajam ke arah Jesicca.

"Usia lo masih muda, gak mungkin fungsi telinga lo udah menurun, 'kan?" sarkas Jesicca.

"Oh, emang kenapa kalo gue meluk Garda? Lo cemburu?" Vivi menyilang kedua tangannya di depan dada, memasang ekspresi seakan menantang gadis bernama Jesicca itu.

"Lo gak malu udah sembarangan meluk cowok? Gak punya etika lo?"

Ucapan itu ditujukan untuk Vivi, tetapi bukan Jesicca yang mengucapkannya, melainkan Garda. Emosi Vivi kian terlihat dari semakin memerahnya wajahnya. Lalu dengan sinisnya dia berkata, "Haha, lebih buruk jalang atau pembawa sial? Orang yang bisanya cuman ngasih pengaruh buruk buat orang lain! Lebih buruk mana?!"

"Siapa yang lo maksud?" Kali ini Devo yang bicara.

Vivi menunjuk Jesicca. "Dia." Kemudian menunjuk Hana. "Dia juga."

"Lo ja–jangan fitnah! Kita berdua gak bisa ngeliat setan! Kita berdua gak punya mata batin!" sangkal Jesicca sebisanya.

"Ups, keceplosan ya? Gue gak bilang lo bisa lihat setan tuh, see, semua orang bisa bedain muka orang munafik kayak gimana!" sindir Vivi.

Lagi, sebagian dari mereka yang menonton percakapan hari ini berbisik-bisik dengan teman sebelahnya, Hana masih diam. Dia tahu apa yang mereka bicarakan, pastinya bukan sesuatu yang positif.

"Buat lo!" Vivi menunjuk Hana. "Dia ini udah bersekutu sama setan! Temenan aja sama setan! Jangan gampang ketipu sama muka polosnya!"

Semua orang yang mendengar ucapan Vivi langsung kaget bukan main. Di zaman sekarang sudah jarang adanya persekutuan dengan setan, tetapi ternyata hal itu masih ada dan terjadi di sekolah mereka.

"MEREKA" ADA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang