03 : Tampan, tetapi Dia ...

5.8K 995 437
                                    

"Tampan sih, tapi kan gak tau wujud aslinya kayak gimana."

👻👻👻

"Yakin, Lex, gak mau ikut?" tanya Hana.

Masih terlalu pagi saat mulut Hana terbuka untuk menawarkan hantu Alex agar ikut bersamanya. Hari pertama kemarin cukup memberikan kesan menyenangkan bagi Hana.

"Gue lagi mager, lain kali aja, gue mau ketemu tante kunti dulu." Hantu Alex berkata sembari siap melayang menembus jendela rumah Hana.

"Yaudah, tapi janji ya kapan-kapan dateng ke sekolah Hana, di sana temannya pada baik," ujar Hana senang.

"Bagus kalo gitu," ucap hantu Alex tersenyum ikut senang, lalu kemudian sosoknya benar-benar menghilang di balik jendela kamar.

Hana sedikit memacu kakinya lebih cepat untuk menuruni anak tangga, semangat yang tak biasanya ia rasakan sebelum berangkat sekolah kini melekat pada gadis itu, menjadi bukti betapa hangatnya sekolah baru yang ia tempati.

Nina yang melihat anaknya melewati meja makan tanpa mengambil sesuap makanan untuk sarapan sontak mengernyit heran. "Hana! Sarapan dulu."

"Gak mau, Ma, Hana pengen cepat sampai ke sekolah. Papa, sarapannya jangan lama-lama," ucap Hana setengah berteriak dari luar rumah.

Nina mengernyitkan dahinya heran atas sikap Hana pagi ini, pandangannya beralih menuju Andre, suaminya. Yang ditatap hanya mengangkat bahunya, tanda bahwa dia juga tak tahu apa pun mengenai sikap Hana pagi ini.

Andre memakan sarapannya dengan sedikit terburu-buru, tak ingin membuat putrinya menunggu terlalu lama. Selesai sarapan, Andre langsung masuk ke mobil dan duduk di balik kemudi. Menatap sekilas kepada putrinya sebelum akhirnya mobil itu bergerak keluar dari pekarangan.

"Gimana sekolahmu?" tanya Andre memecah keheningan yang telah menyelimuti sekitar tujuh menit.

"Baik, Pa."

"Bagus kalau begitu."

Hana hanya tersenyum, dirinya tidak mengalihkan pandangannya dari jendela mobil sampai mobil hitam itu sampai di depan gerbang SMA Rajawali.

"Hana sekolah dulu, Pa," ucap Hana sembari turun dari mobil, Andre hanya mengangguk.

Hana keluar dari mobil dengan senyum sumringah, dia berjalan menuju kelasnya, senyumnya membalas sapaan dari orang-orang yang menyapanya.

Kehadiran Hana di sekolah itu cukup menarik perhatian, terutama kaum adam. Pipi tirus, bulu mata lentik, bibir mungil, kulitnya yang putih, dan tak lupa tinggi badannya masuk ke dalam rata-rata anak kelas 11 SMA. Mungkin itulah yang membuat kaum Adam menatap Hana seperti kaum Hawa menatap cogan baru di sekolah.

Hana tak melepas senyum dari wajah cantiknya hingga dia masuk ke kelas dan melihat Vivi yang duduk di samping Garda, gadis itu hanya melirik sebentar dan langsung menuju bangku yang berada tepat di belakang Garda dan Vivi.

"Ini buat Garda, tadi mamah aku yang masak," ucap Vivi sembari menyodorkan kotak makan, tetapi Garda menggeleng.

"Gapapa, gak usah malu, makan aja."

"Gak."

"Makan ya, isinya nasi goreng."

"Gak."

"Buat gue aja, Vi." Vivi menoleh dan tampaklah Devo yang sedang tersenyum nakal.

"Ogah, mending gue makan sendiri," kata Vivi, kemudian gadis itu menjatuhkan pandangannya ke belakang, tepat ke arah Hana yang tengah memberikan senyumnya.

"MEREKA" ADA ✔️Where stories live. Discover now