31 : Kepingan Terakhir (Ending)

4.4K 665 129
                                    

"Tidak semua rahasia bisa terungkap, terkadang semesta selalu mengambil milik kita tanpa menjelaskan apa rahasia yang tersembunyi dibalik kepingan terakhir itu."

👻👻👻

Pasar malam.

Di sinilah Hana dan yang lainnya berada. Cukup ramai dengan manusia dari berbagai kalangan umur, ada banyak kelompok remaja selain mereka di sini.

"MAIN ITU, AYOK!!" pekik Devo sembari menunjuk pada salah satu permainan, memancing ikan mainan.

"Dih ogah, yang lain deh, Dev. Itu buat bocil, anjir!" tolak Jesicca mentah-mentah.

"Kan emang masih bocil, gak usah sok merasa tua!" balas Devo.

Jesicca merotasikan bola matanya, lelaki yang satu ini memang tidak pernah waras.

"Main aja kalo mau, Dev," kata Hana berusaha menengahi.

"Nah, kayak Hana dong. Daripada si tepos, sok merasa tua banget, giliran dikata tua malah ngamuk," sindir Devo, tentu saja sindiran itu ia tujukan pada Jesicca.

"DEVO MATI AJA LO, ANYING!" teriak Jesicca berusaha mengejar Devo, tiga remaja lainnya hanya memandang dua remaja yang masih berlarian itu.

"Mau main apa?" tanya Satria pada Garda dan Hana.

Hana mengedikkan bahunya. "Terserah, ngikut aja."

"Ck, dasar cewek," batin Satria, kebetulan Garda juga membatinkan hal yang sama.

"Itu aja, gimana?" tanya Garda sembari menunjuk satu permainan, bianglala.

Hana mengangguk, lalu melangkah terlebih dahulu untuk mengantri tiket. Disusul oleh Garda dan Satria.

Antrian yang cukup panjang membuat Satria memutuskan membeli makanan ringan terlebih dahulu, membiarkan dua insan itu mengantrikan tiket untuknya.

Hiruk pikuk pasar malam terdengar dari segala penjuru, menemani Hana dan Garda yang kini hanya terdiam diselimuti kecanggungan tanpa ada yang berani untuk membuka obrolan.

"Ekhem, berdua aja, yang ketiga nanti setan." Bukan Satria, bukan Garda, bukan juga Hana, yang bicara tadi tak lain adalah hantu Alex.

"Ya, setannya kamu, Lex," gumam Hana sepelan mungkin. Sedikit terkejut akan kehadiran hantu itu di sini.

"Lo ngomong sesuatu?" Sayangnya, telinga Garda terlampau tajam.

Hana tergagu. "Ah, emm ... itu, ini cantik gak?" Hana tak tahu lagi, ia hanya menunjukkan jam tangan Vivi sembari menanyakan pendapat Garda. Suara tawa hantu Alex dapat Hana dengar dengan jelas.

"Cantik, sama kayak yang make."

Krik krik krik

Hana berani bersumpah, sedetik setelah Garda mengatakan hal itu tiba-tiba saja terasa sepi, suara orang-orang jadi tidak terdengar di telinganya. Lalu kemudian, suara hantu Alex mengambil atensinya.

"Geli banget gombalannya, keju," kata hantu Alex.

"Hana? Lo denger yang gue omongin?"

"Apa? Kamu ada bilang sesuatu?" Hana balik bertanya, entah sejak kapan pipinya jadi terasa panas.

"Oh, bukan apa-apa, lupain."

"Padahal mau denger gombalannya lagi," batin Hana sedikit kecewa.

"Coi, itu dipanggil dari tadi, lo berdua lagi kena virus budek?" Satria tiba-tiba muncul dan menepuk bahu mereka, memilih berjalan membeli tiga tiket dibanding menunggu respon dua temannya yang entah ada masalah apa.

"MEREKA" ADA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang