Epilog

4.8K 726 122
                                    

02 Desember 2019

Lelaki itu beranjak berdiri dari salah satu makam yang baru ia kunjungi dengan dua temannya. Melangkah santai menuju salah satu makam yang sosoknya masih sangat ia rindukan.

"Sore, Na."

Sapaan lelaki itu keluar diiringi senyum tipis. Walaupun tak mendapat balasan apa pun, lelaki itu terus bicara dengan beragam topik.

"Dengan adanya lo, gue percaya hantu itu ada."

"Dengan perginya lo, gue juga percaya kalo masa depan emang cuman Tuhan yang tau."

"Dengan adanya lo, gue sama ayah udah bisa seakrab dulu."

"Dengan perginya lo, gue sadar gimana sakit hatinya cewe-cewe yang dulu ngejar gue."

"Lo tau, Na? Gue masih ganteng, sama kayak dulu. Lo masih sama kayak dulu juga 'kan, Na?"

"Dengan adanya lo, gue bisa ketemu sama keponakan gue. Ngomong-ngomong, hari ini dia ulang tahun. Menurut lo, apa hadiah yang bagus buat dia?"

"Dengan perginya lo, gue paham kalo lo gak akan pernah kembali lagi."

"Udah mau setaun aja lo pergi, gimana kabar lo di sana? Seneng bikin gue nahen kangen di sini hm?"

"Gue, Garda. Cowok terganteng dan satu-satunya cowok yang pernah disukai Hana Sabita, hari ini resmi berniat untuk cari cewek baru, cemburu gak?"

"Gue udah beneran ikhlas sekarang, Na, tapi bukan berarti gue bisa lupa sama lo. Damai selalu, Na. Gue sayang sama lo, banget."

Tepukan pelan pada bahunya membuat Garda tersadar, sedari tadi ia hanya bicara pada makam yang mana ia tahu dirinya tak akan mendapat respon apa pun.

"Miris gue liat lo, sekalinya suka langsung meninggoy," ucap lelaki yang tadi menepuk bahu Garda, Devo. Di sampingnya berdiri seorang Jesicca, mereka sudah dari tadi beranjak dari makam Vivi dan pergi ke makam Hana, menemukan Garda yang tengah bicara sendiri.

"Kampret lo!" hardik Garda. Devo terkekeh pelan, sedih juga melihat temannya yang setahun ini berubah menjadi sad boy itu.

"Pulang, yuk!" ajak Jesicca, tangannya menggenggam tangan sang kekasih, Devo. Tidak perlu saya ceritakan bagaimana dua insan itu bisa bersatu, terlalu panjang, dan saya takut Garda marah karena merasa iri.

"Gue duluan, Na. Kalo gue kangen lo, gue balik lagi nanti," ucap Garda

Tiga remaja itu pergi meninggalkan area pemakaman, meninggalkan banyaknya sosok-sosok yang masih terjebak.

Salah satu sosok itu menatap mereka dengan senyuman manis, bayangannya memang sudah memudar, hampir tak terlihat. Namun, baru kali ini ia akan benar-benar kembali, setelah lelaki yang ia sukai bisa mengikhlaskannya.

"Hana pergi dulu, Gar."

👻👻👻

BENERAN TAMAT.

UDAH, YA. SEKIANNN.

GATAU MAU NGETIK APA LAGI. POKOKNYA TERIMA KASIH YANG BANYAAAAAAAAAKKKKKKKKK BUAT KALIAN YG BERSEDIA MEMBACA SAMPAI AKHIR.

SEMOGA KEBAIKAN SELALU MENGIRINGI HIDUP KALIAN.

UDH KYKNYA, YA.

JUMPA LAGI DI CERITA YG LAIN:)

"Akhir dari segala kisah tidak pernah didefinisikan dengan bahagia secara penuh, atau sedih dengan amat mendalam. Semua akhir selalu punya porsi bahagia dan sedih yang seimbang, dan akan lebih baik lagi jika semua dihadapi dengan senyum keikhlasan."

-Tanda Bulan.

"MEREKA" ADA ✔️Where stories live. Discover now