28 : Gadis yang Trauma

3.5K 554 46
                                    

"Anak anda mengalami trauma berat akibat pelecehan seksual yang ia dapat. Namun, beruntung tidak terdapat luka ataupun bagian yang rusak pada organ vitalnya. Di beberapa tubuhnya, terdapat luka yang cukup dalam, harap diperhatikan agar tidak terjadi infeksi."

"Saran saya, jangan biarkan putri anda berkeliaran sendiri. Selalu temani, usahakan dengan orang tuanya, atau teman perempuan. Sepertinya dia akan memberikan jarak kepada lawan jenis, karena anda orang tuanya, saya rasa hal itu tidak akan terjadi pada anda."

Ucapan dari dokter yang merawat Hana hari itu terngiang di benak Andre, ditatapnya sang putri yang tengah memandang sendu ke arah jendela mobil, menampakkan tiap bangunan dan pepohonan yang mereka lewati.

Tepat sepuluh hari Hana tidak masuk sekolah setelah dia berhasil ditemukan. Selama itu pula, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut gadis itu.

Ah, ada. Beberapa kata yang Hana ucapkan kemarin.

"Pa, Hana mau sekolah. Hana sudah belajar untuk ujian susulan, besok bisa tolong antar Hana?"

Bahkan kemarin Nina pun menangis seakan Hana adalah bayi yang baru belajar bicara.

Satu tepukan pelan pada bahunya menyadarkan Andre dari lamunan, ditatapnya sang putri dengan penuh kebingungan.

"Sekolah Hana terlewat, Pa."

Kalimat itu langsung membuat Andre tersadar dan tertawa sumbang, kemudian memutar mobilnya. Sedan hitam itu terhenti di depan gerbang sekolah mereka, Hana keluar diikuti oleh Andre.

"Papa antar sampai ke dalam, ya?" tawar Andre yang dihadiahi anggukan oleh Hana.

Hana mendekatkan dirinya pada Andre tatkala mereka menjadi pusat perhatian. Tatapan para murid itu tak bisa Hana mengerti sama sekali.

"Hiks ...."

Satu isakan lolos dari mulut Hana membuat Andre mengeratkan rangkulannya pada pundak Hana.

"Hei, anak Papa kenapa?"

"T–takut, nanti ... hiks."

"Shutt, anak Papa kuat, mereka sudah diadili, Sayang. Tenang, ya," ucap Andre.

Emosi dalam diri Andre langsung memenuhinya ketika tiga iblis itu muncul di benaknya. Kepala sekolah, Pak Firman, dan lelaki yang tak ia kenali. Ia sudah bernapas lega, karena setidaknya hukuman yang mereka dapatkan sesuai dengan kelakuan mereka.

"Jangan nangis, Papa pergi dulu ,ya. Semangat ujiannya! Nanti mau dijemput?" ucap Andre sembari mengusap wajah Hana dengan ibu jarinya. Hana hanya mengangguk, kemudian masuk ke ruang kelasnya yang sudah terisi cukup banyak murid.

Andre memunculkan kepalanya di pintu kelas, tatapannya bertemu pada Jesicca. Tanpa suara ia mengatakan kalimat yang dapat ditangkap oleh Jesicca.

"Tolong jaga Hana, ya."

Jesicca mengangguk, kemudian Andre berlalu. Jesicca melihat Hana yang berjalan menunduk kemudian tersenyum.

"Pagi, Hana! Gue kangen banget sama lo, aura jomblo gue ketara banget pas gak ada lo," ucap Jesicca kemudian merentangkan tangannya berniat memeluk temannya, Hana mundur seketika.

"M–mau ngapain?" tanya Hana pelan.

"Ah, gak ngapa-ngapain kok." Jesicca menarik tangannya kembali. "Udah belajar, 'kan?" tanyanya.

Hana mengangguk kaku. "Udah, Jes. Emm ...."

"Kenapa, Na?"

"M–masih ada materi yang belum aku pahami, kamu mau bantu aku?" tanya Hana terbata sambil menatap manik mata Jesicca.

"MEREKA" ADA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang