14 : Pertemuan Kakak Adik

3.9K 685 320
                                    

"Bang."

Kata itulah yang keluar dari mulut Garda. Hana hanya terdiam menatap dua makhluk beda alam di hadapannya.

"Lo kok bisa liat gue?" tanya Hantu Antonio. Hana mengangkat tangannya yang kini sedang bertautan dengan tangan Garda membuat hantu Antonio mengangguk paham.

"Hai, Tam," panggil hantu Antonio berusaha tersenyum.

"Apa gue bisa meluk lo, Bang?" tanya Garda tiba-tiba.

"Kalo bisa juga gue udah meluk lo dari awal ketika gue sadar gue udah meninggal hehehe," ucap Hantu Antonio diiringi dengan tawa canggung.

Hana merasa iba dengan adik kakak di hadapannya saat ini, kerinduan terpancar dengan sangat jelas dari mata mereka. Sebegitu menderitakah berpisah dari orang yang kita sayang?

"Maafin gue bang, belum bisa jadi adik yang baik buat lo."

"Harusnya gue yang minta maaf karena belom bisa jadi abang yang berguna buat lo. Udah ah, lo kok jadi lebay gini, sana pulang udah mau sore. Buat lo, tolong bantu gue balik ke alam gue, di sini bukan tempat gue." Hana yang turut diajak berbicara oleh hantu itupun hanya mampu merespon dengan anggukan pelan.

"Gue juga akan bantuin lo, Bang," ucap Garda yakin. Hantu Antonio hanya menunjukkan senyum lalu menghilang seketika.

"Gue sayang lo, Bang." Sangat pelan, hampir tidak terdengar. Namun, telinga tajam Hana mampu menangkap kalimat yang keluar dari mulut Garda itu.

Hana dan Garda diselimuti oleh keheningan, netra Garda masih setia menatap ke tempat berdiri hantu Antonio tadi, atau lebih tepatnya tempat melayang hantu Antonio tadi. Walaupun di sana sudah tidak terlihat apa pun lagi.

"Garda."

Garda tersadar dan menatap ke arah Hana. "Kenapa?"

"Lepas dong, sakit," pinta Hana pada Garda untuk melepaskan tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Garda.

"Sorry, tangan lo kecil banget habisnya." Garda melepas tangan Hana.

"Gak mau ngucapin terima kasih?" sungut Hana.

"Iya, makasih banyak, Na," ucap Garda dengan senyum tipis yang tiba-tiba timbul.

"Ini beneran Garda?" Hana memicingkan matanya membuta Garda terkejut mendengar pertanyaan Hana barusan.

"Kenapa? Ada yang salah?" Kerutan pada dahi Garda timbul sebagai bukti atas kebingungan lelaki itu.

"Tumbenan senyum, aneh aja rasanya."

Garda hanya tertawa kecil mendengar ucapan Hana, ia tidak menjawab apa pun dan langsung melangkah menuju parkiran, Hana hanya bisa mengekor di belakangnya.

👻👻👻

"Na, lo udah mikirin cara supaya abang gue gak terjebak lagi?" Garda bertanya setelah motornya bergerak meninggalkan area sekolah, membawa Hana yang kini duduk di jok belakang motornya.

"Lagi diusahakan, aku sama Jesicca lagi mikirin caranya."

"Jadi yang tau bukan cuman lo doang? Gimana ceritanya Jesicca bisa tau?"

"Besok aja ceritanya, hari ini capek banget rasanya, terlebih lagi Vivi–"

"Jangan dipikirin," potong Garda, "udah takdirnya, dan gue yakin bukan lo yang jadi penyebab kematian dia."

Pipi Hana memanas, entah apa yang lelaki di depannya ini gunakan hingga bisa membuat pipi Hana menjadi seperti kepiting rebus.

"Ma–makasih."

"MEREKA" ADA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang