Extra Part

1K 57 40
                                    

"Menyiksa orang lain, itu tidak akan membuat rasa sakitmu hilang. Itu hanya akan memperparahnya."

---------------------------------------------------------

Di sudut ruang sel tahanan, terdapat seorang lelaki yang sedang duduk sendirian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sudut ruang sel tahanan, terdapat seorang lelaki yang sedang duduk sendirian. Dia memeluk kedua kakinya. Tatap matanya kosong lurus ke depan. Rambutnya sedikit berantakan. Jika dilihat dari raut wajahnya, dia tampak menahan amarah.

David.

Dialah lelaki yang berada dalam sel tersebut. Berada dalam penjara tidak membuat ia sadar akan kesalahannya. Rasa bencinya pada sosok bernama Gatra semakin terpahat dalam hatinya.

Gatra yang membuat dirinya tersingkir dari keluarga Surya Bagaskara. Gatra pula yang membuat dirinya hidup bersama perempuan sederhana bernama Sinta.

Entah sudah berapa kali David menyiksa Gatra. Melihat raut wajah Gatra meringis kesakitan membuatnya senang. Kini, dia telah berstatus sebagai narapidana percobaan pembunuhan.

"Andai aja malam itu gue nggak ditangkap polisi, lo udah mati di tangan gue dan tepat di depan gue. Mati berdarah karena pisau yang gue bawa. Gue nyesel pernah nolongin lo waktu lo kesakitan di rumput belakang sekolah. Lalu kita sama-sama kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit, disitu sebuah fakta terbongkar kalau gue sebenernya bukan anak kandung Papa Surya dan Mama Windy." David bermonolog sendiri. Monolognya pelan namun menakutkan bila didengar orang lain.

"Gue sama lo anak yang tertukar. Enak banget lo ganti posisi gue sebagai anak orang kaya. Sedangkan gue anak kandung janda miskin macem Bu Sinta. Jauh sebelum gue kenal lo, hidup gue enak. Gue mau apa aja diturutin sama mereka. Gue punya segalanya. Mobil mewah, motor keren, kamar sendiri yang gede, dan sebagainya. Sampai. akhirnya lo dateng, Gatra. Lo merebut semua yang gue miliki. Lo bahagia di atas penderitaan gue. Gue benci sama lo. Sangat benci. Muka lo aja yang polos tapi lo tuan perebut."

Bagi David, menyiksa Gatra adalah suatu kepuasan. Gatra pantas menjadi tempat pelampiasan amarah untuknya. Suara Gatra yang mengerang kesakitan terdengar merdu untuk David.

"Gue kangen dengar suara kesakitan lo. Suara kesakitan yang merdu buat gue. Gue benci lihat lo bahagia. Gue benci lihat lo disayang keluarga lo yang sesungguhnya."

Tiba-tiba ada salah satu polisi yang membuka pintu sel untuk David.

"David, ada yang ingin bertemu kamu."

Tanpa bertanya siapa yang ingin bertemu dengannya, David berdiri dan melangkah menemui orang tersebut dengan didampingi polisi menuju tempat yang biasa dipakai tamu untuk menemui narapidana.

Ternyata tamu tersebut adalah Sinta. Sinta teramat merindukan David. Maka dari itu dia menjenguk David.

Ekspresi David semakin dingin kala melihat Sinta datang menjenguknya. Dengan terpaksa David duduk berhadapan dengan Sinta.

Same (End)Where stories live. Discover now