17 - Rasa Bersalah

952 75 11
                                    

David dipenjara atas tuduhan percobaan pembunuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

David dipenjara atas tuduhan percobaan pembunuhan. Tentu Gatra sudah mengetahuinya. Harusnya Gatra senang, karena mulai saat itu dia akan aman. Tak perlu takut dicelakai lagi oleh David.

"Kok murung terus sih, sayang," interupsi Windy. Dua hari dirawat di rumah sakit cukup membuat Windy tertahan di tempat itu. Wanita itu rela meninggalkan pekerjaannya.

Untung ada Niana, anaknya itu cukup bisa diandalkan. Meski belum wisuda, tetapi Niana bisa meringankan bebannya untuk mengontrol pekerjaannya di kantor selama Windy tinggal untuk merawat Gatra.

"Jangan salahin diri kamu terus, dong, sayang."

Windy sudah duduk di sisi putranya dan mengusap punggung ringkih itu. Si bungsu hanya terdiam. Pandangannya lurus ke depan. Dia nampak tidak menghiraukan ucapan bundanya.

"Gatra ... harusnya kamu seneng, dong, kamu udah aman sekarang. David udah ditangkap. Nggak akan ada yang mencelakai kamu lagi." Gatra masih terdiam. Windy dibuat gelisah akan sikap si bungsu. Entah apa yang ada di pikirannya.

"Bunda," tanpa menunggu lama akhirnya Gatra membuka suara.

"Ada apa, sayang?"

"Bunda, ini semua salahku. Aku yang udah bikin David dipenjara. Aku juga yang udah rebut semua yang dia miliki selama ini. Aku salah. Makanya David benci sama aku."

"Gatra, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Kamu itu korban. Kamu nggak salah."

"Kenapa, sih, aku sama David jadi anak yang tertukar? Andai waktu bisa diputar, pasti sampai saat ini aku masih tinggal sama Bunda Sinta, sedangkan David masih hidup layak bersama kalian. David nggak akan benci sama aku kalau dia masih tinggal sama kalian."

Windy seakan tak mampu mengucapkan apa-apa lagi. Dia hanya bisa memeluk Gatra untuk memberinya kekuatan.

"Maaf, selama ini aku nyusahin kalian semua. Aku tahu diri. Aku penyakitan. Aku nggak sesehat anak-anak di luar sana. Aku nggak bisa melindungi bunda dan kakak."

"Bunda yang harusnya minta maaf, Nak. Bunda nggak bisa selalu ada buat kamu di saat penyakit itu datang. Tapi kamu harus ingat. Ayah, bunda, kakak sangat menyayangi kamu apa pun kondisi kamu."

"Bagaimanapun, bunda nggak akan biarin Gatra sendirian sekarang. Bunda sayang sama Gatra. Bunda mau Gatra sembuh."

"Aku capek, Bun," lirihnya. Dalam dekapan Windy Gatra menangis dalam pejam. Sensasi pening menyerang kepalanya secara tiba-tiba saat emosinya tak terkontrol seperti saat ini. Gatra benci jadi dirinya sendiri. Tuhan, ajak aku kembali.

Windy mengusap rambut belakang Gatra dengan lembut. Menciptakan sensasi nyaman untuk Gatra. Pening di kepalanya seolah tergantikan dengan rasa penuh kasih sayang yang Windy berikan kepadanya.

Gatra terlelap dalam dekapan Windy. Menyadari akan bobot tubuh putranya yang bertumpu penuh padanya, Windy mengangkat kepala sang putra yang meringkuk dalam pelukannya.

Same (End)Where stories live. Discover now