13 - Dia Kembali

794 95 13
                                    

Sebulan nyatanya sangatlah cepat untuk seorang Gatra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebulan nyatanya sangatlah cepat untuk seorang Gatra. Semuanya berjalan dengan baik. Sekolahnya, keluarga, temannya, dan perasaannya. Maksud dari perasaan, adalah Tania. Yap, gadis itu masih setia menjadi sahabat untuk Gatra.

Meski tidak terlalu sering bertemu akhir-akhir ini. Tugas Tania numpuk segudang, itu alasan Tania kala diajak iseng oleh Gatra untuk sekedar nongkrong makan ketoprak seperti waktu itu.

Tania itu sekarang jadi ketua OSIS. Jadi Gatra memaklumi Tania yang menjadi super sibuk dan tidak ada waktu untuk Gatra. Tapi, Tania tidak semudah itu melupakan seorang Gatra. Senggang sedikit saja, Tania akan menyempatkan diri untuk menemuinya. Itulah Tania.

Hari ini, tepat hari minggu. Pikir Gatra, ia ingin bersenda gurau seharian penuh dengan keluarganya. Tapi nyatanya, meski hari minggu, semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Gatra merasa jenuh, pembantu rumahnya baru saja pulang ke rumah karena pekerjaannya yang sudah rampung.

Keluarga kaya itu memang tak mengharuskan pembantu rumahnya untuk tetap tinggal dirumah itu bersama mereka. Sekiranya kerjaan semua di rumah sudah rampung, Bi Minah—pembantu di rumah Gatra—itu diperbolehkan pulang. Dan kebetulan rumah Bi Minah tak jauh dari komplek perumahan elit tersebut.

Gatra mendesah keras. Rasa bosannya makin membumbung tinggi hingga rasanya ia ingin kabur dari rumah itu. Niana sibuk dengan tugas skripsinya.

Surya sibuk dengan meetingnya sedangkan Windy sibuk dengan acara arisan dengan beberapa teman kelompoknya di sebuah mall. Windy bilang tadi kepada Gatra.

Kriekkk ...

Derit pelan pintu dapur terdengar pendengaran. Tapi itu hanya berlaku bagi sang pelaku, tidak dengan Gatra yang berada di dalam kamarnya yang terletak di lantai dua.

Setelah menyelusuri sekeliling dan memastikan tempat itu sepi, langkah seorang pemuda berbadan kekar itu beranjak maju mengarah ke suatu tempat.

Rumah itu masih sama seperti dulu. Puluhan tahun dia tinggal disini, dibesarkan dan disayang oleh semua penghuni tanpa terkecuali.

Kontan saja suasana rumah megah itu menimbulkan denyut aneh dalam batinnya. Perasaan meringis pilu menatap nanar tiap sudut rumah yang dulunya menjadi tempatnya pulang.

Pemuda itu menggelengkan kuat kepalanya. Menepis semua kenyataan pahit yang sudah tergariskan untuknya.

Tujuannya kesini bukan untuk membangkitkan lagi kenangan masa lalunya. Bukan perih itu. Bukan kenangan sialan itu yang ia inginkan saat tiba di rumah besar itu.

Senyum smirk-nya terbit. Wajah sendu itu berubah menyeringai layaknya seekor singa yang sudah mendapatkan titik sasarannya.

Tanpa di komando lagi, langkah kaki David terarah keruangan atas. Dimana tempat itu adalah kamar miliknya. Masih ingat bukan, jika David pernah tinggal di rumah ini? Jadi dia pasti tahu, bagian mana yang sering dikunci atau tidak. Jadi David masih leluasa.

Same (End)Where stories live. Discover now