15 - Penyesalan & Kemarahan

1.1K 77 20
                                    

Pemuda dengan tubuh kurus layaknya kulit membungkus tulang itu makin mengenaskan terlelap di atas brankar rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemuda dengan tubuh kurus layaknya kulit membungkus tulang itu makin mengenaskan terlelap di atas brankar rumah sakit. Setelah beberapa saat yang lalu membuat semua orang kalang kabut olehnya, kini napas lega masih bisa mereka hembuskan. Setidaknya dia masih mau mempertahankan detak jantungnya sampai saat ini.

Hampir satu jam lebih para tim medis berkejaran dengan waktu yang seolah menarik nyawa anak itu, akhirnya dengan segala usaha dan keyakinan nyawa itu mampu mereka rebut kembali dari kejamnya waktu. Meski entah sampai kapan mata itu terpejam. Setidaknya masih ada secercah harapan bagi seluruh keluarga.

Masih dalam ruangan intensif, Gatra terus dipantau oleh para tim medis. Keadaannya memang tak begitu parah, tapi mengingat penyakitnya para dokter selalu was-was.

Dengan Tania di sisinya, Gatra masih betah dalam pejamnya. Enggan sekali menyambut Tania yang selama ini menjadi super sibuk karena baru saja menjabat sebagai ketua osis. Gadis itu masih setia pada tempatnya memeluk lengan tangan Gatra dan menangis.

"Maafin gue, Ta, gue gak bisa jagain lo kayak dulu. Sumpah, gue nyesel pernah nyalonin diri jadi ketua OSIS." Kata Tania.

"Gue kira, gue bakalan kalah. Makanya gue iseng-iseng ikutan berhubung banyak yang support termasuk elo kan. Tapi malah gue yang menang dan ternyata jadi ketos itu gak enak."

Bahkan sampai detik berlalu dengan cepat Tania masih bermonolog seorang diri. Berbicara dengan orang yang tak sadar kan diri. Sebut saja Tania stress atau lebih parahnya gila. Banyak hal yang ia lewatkan mengenai Gatra. Pemuda idamannya. Padahal dulu ia pernah berkata untuk Gatra tidak bosan dengannya, karena dia akan selalu ada untuknya. Tapi sekarang malah dia yang melanggar. Tania yang menjauh dan mementingkan tugasnya sebagai ketos.

Andai waktu bisa diputar, bolehkah Tania menjadi orang biasa saja? Bukan seseorang yang penting di sekolahnya? Banyak memang pengalaman baru yang Tania peroleh. Dari menjadi dewasa dan mandiri. Tapi bukan seperti ini juga. Jadi Tania intinya serba salah.

"Gue mohon, sadar Ta. Gue kangen sama lo. Gue... Gue janji lagi deh sama lo buat selalu ada di samping lo. Kita makan ketoprak bareng lagi. Ehh? Btw gue baru sadar kalo laper Ta." bego Tania.

Entah setan apa yang bersarang di tubuhnya saat ini? Bisakah kutuk dia untuk tidak masuk lagi ke tubuh Tania? Kenapa itu garing sekali, Tuhan? Kelamaan menangis di samping Gatra membuat Tania lupa kalau seusai pulang sekolah dia tadi langsung kesini. Menangis tergugu sampai lupa kalau belum makan siang.

Pagi tadi, Windy menghubunginya. Memberi tahu bahwa kondisi Gatra kembali menurun dan saat ini berada di rumah sakit. Awalnya Tania tak ingin berangkat sekolah. Tapi Windy menasehatinya bahwa kondisi Gatra saat ini sudah lebih baik dari pada semalam. Jadi dia tak perlu terlalu mengkhawatirkannya sampai harus membolos.

Niana pun begitu. Selang beberapa menit Gatra dibawa kerumah sakit dia sampai di rumah dan menemukan kondisi rumah yang sepi dengan mobil Surya yang tidak ada di garasi. Buru-buru dia menelpon sang ayah, Surya. Saat itu juga dia datang menyusul.

Same (End)Where stories live. Discover now