18 - Bunuh Diri

1.1K 78 29
                                    

Siapa yang tidak menangis bila di posisi Windy saat ini? Setegar apapun itu, pasti akan menangis juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siapa yang tidak menangis bila di posisi Windy saat ini? Setegar apapun itu, pasti akan menangis juga. Sejak kemarin malam, Gatra terus mengamuk. Mengusir siapapun yang akan mendekat.

Membuang begitu saja obat juga makanan yang disediakan perawat. Bahkan selang infus sudah terkapar begitu saja di sisi ranjangnya. Meninggalkan bekas luka di punggung tangan Gatra.

Gatra menolak apapun yang akan masuk ke dalam tubuhnya. Itu bentuk protesnya pada dirinya sendiri. Gatra merasa dirinya adalah penyebab David dipenjara dan pasti menderita di balik jeruji. Dingin, hanya beralaskan tikar tipis dan harus berbagi dengan narapidana lainnya.

Banyaknya tekanan membuat Gatra melukai dirinya sendiri. Dia lelah hidup berlama-lama dalam tubuh rusak itu. Gatra sampai mencakar-cakar kulit tubuhnya sendiri.

Luka memarpun ada di setiap bagian tubuhnya. Mengenaskan memang. Gatra mengecam dirinya sendiri. Meski semua orang berkata kalau ini semua bukan salahnya, tapi semua terasa percuma.

"Sudah, Ma. Jangan nangis terus," tenang Niana. Gadis dengan setelan baju kantor itu terlihat begitu dewasa dan telaten menenangkan Windy yang terlihat kacau.

"Gatra ..."

Windy menangis sesegukan. Hal yang benar-benar di luar pemikirannya. Dia pikir Gatra akan bahagia jika David pergi dari kehidupan Gatra, putranya akan bahagia. Tapi ternyata justru sebaliknya. Gatra menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi pada David.

Di dalam kamar rawat, Surya sedang merengkuh kuat tubuh Gatra supaya anak itu tidak bisa bergerak lagi. Tangannya ia simpan kuat didepan dadanya kemudian memeluknya dengan protektif.

Gatra tak habis-habisnya mencakar tubuhnya sendiri sampai luka tercetak di sekujur tubuhnya. Lebam pun menjadi penghias di tubuh ringkihnya.

Tubuh kecil Gatra tampak mengenaskan dengan tidak terjamah apapun. Gatra tidak makan, juga tidak tidur. Terus menggumam dalam pejam maupun saat terjaga. Gatra benar-benar menyiksa tubuhnya sendiri.

Gerakan berontak kembali Gatra ciptakan kala sesak terasa. Surya benar-benar menahannya. Membuat Gatra terdiam disana meski napas terengah-engah.

"Lepas, aku yang salah," lirih Gatra. Lelah berteriak mengusir Surya nyatanya membuat tenggorakannya menjadi perih saat berucap. Tenaganya pun sudah terkuras habis. Pasalnya sejak kemarin malam Gatra terus mengamuk.

"Jangan begini, Nak. Ayah mohon," suara Surya bergetar meredam tangis. Sakit, lebih sakit melihat putranya seperti ini dibanding dipukul dan dilempari barang oleh Gatra.

"Bukan Gatra yang salah," tenang Surya.

"Aku mau mati aja, lepas."

Surya makin erat memeluk Gatra. Jangan, bukan kalimat itu yang Surya harap. Penuh keputus asaan. Dan jujur itu bukan harapan Surya. Tangis Gatra tak kunjung mereda. Anak itu masih menangis meski air isakannya sudah terlerai.

Same (End)Where stories live. Discover now