Part 25 - The Power of Ruby

11.4K 626 14
                                    

Ruby’s POV

Aku tersadar dari pingsanku. Sial, penyihir itu membuat ku pingsan setelah membawaku pergi. Gelap yang dapat kulihat. Sepertinya Rheva masih belum sadar. Bahkan Rosana juga belum sadar. Oke, aku yang akan mengambil alih untuk saat ini.

Aku bertukar shift dengan Rheva. Pertukaran sepihak ini menguras tenagaku. Aku mengamati ruangan ini. Ini kamar. Kamar siapa ini? Kamar ini dipenuhi oleh aroma citrus. Tunggu dulu, citrus? Jangan bilang aku ada di Blue Moon Pack.

Akh, kenapa jadi seperti ini. Apakah pria tadi suruhan dari Gerald. Tunggu. Itu tidak mungkin. Penyihir itu menginginkan kekuatanku. Jadi tidak mungkin jika ia suruhannya. Lupakan. Yang penting aku harus keluar dari sini.

Aku mencoba untuk keluar dari kamar ini. Sial, terkunci. Aku mengamati sekeliling. Balkon. Aku menuju balkon. Aku berada di lantai 3. Hmph, kenapa dia memilih kamar di lantai yang tinggi sih.

Aku berhitung. Sepertinya aku bisa melompat ke lantai dua. Aku melihat ada balkon juga di sana. Oke, aku kembali masuk. Mengambil apapun yang bisa ku gunakan sebagai tali. Aku mengikat salah satu ujung kain yang kutemukan pada pagar balkon.

Oke siap. Aku mundur beberapa langkah, memegang ujung kain yang satunya. Dengan cepat aku berlari dan melompat.

TAP

Aku mendarat dengan mulus di balkon lantai dua. Aku bersyukur disini tidak memiliki warrior yang banyak seperi Reflect Moon Pack, meski ada beberapa di bawah. Aku yakin mereka tak melihatku.

Aku memasuki kamar melalui balkon. Syukurlah tidak terkunci. Aku langsung beralih ke pintu. Terbuka. Oke, aku langsung mencari jalan. Gosh, banyak orang disini. Sepertinya mereka para omega. Bagaimana ini.

Tiba-tiba aku melihat ada seorang omega datang ke arahku. Dengan cepat aku bersembunyi. Mungkin itu ide bagus. Sesaat ia melewatiku, aku langsung membuatnya pingsan. Tentu saja aku baik hati tidak membunuhnya. Dengan cepat aku berganti pakaian dengan pakaian omega.

Penyamaran selesai. Aku berjalan menuruni tangga. Mencari pintu keluar. Aku memilih pintu belakang. Ku rasa di sana aman. Ku mohon tidak ada yang mengajakku bicara.

Hei kau’ sebuah suara menginterupsiku.

“Ah ya!” kataku reflek, aku menoleh ke kanan kiri, tidak ada yang mendekat.

‘Hehehe, maafkan aku Ruby.’ Itu Rheva. Awas saja kau. Akan kubunuh kau nanti.

‘Jika aku mati kau juga mati, bodoh. Kemana pikiran logismu

‘Ah iya.’ Aku melanjutkan berjalan keluar mansión.

‘Dimana kita?’

‘Blue Moon Pack’

‘Jangan bilang.’

‘Iya. Ini pasti perbuatan Gerald’

Aku membuka pintu belakang. Namun sesuatu yang tak terduga menyambutku. Di sana ada Gerald dan penyihir itu. Aku membelalakkan mataku. Kenapa dia bisa tau posisiku.

“Sudah ku duga kau akan melewati tempat ini, dear.”

Aku mengeraskan rahangku. Dengan cepat aku mengeluarkan cakarku dan langsung menyerang mereka. Dengan mudah mereka menghindar. Sial. Penyihir itu menyerah punggungku dengan sihirnya. Kena telak. Gerald juga menyerangku. Dengan cepat aku menghindar.

Dua lawan satu, heh? Sungguh pertarungan yang sangat adil.

‘Ruby, aku akan membantumu. Kekuatanku akan mengurangi rasa sakitmu.’ Aku mengangguk.

‘Aku juga’ Itu suara Rosa. Syukurlah dia sudah sadar.

Aku kembali berdiri. Kulihat Penyihir itu mulai menyerangku lagi. Aku mengucapkan sebuah mantra. Perisai tak kasat mata muncul di hadapanku menghalau serangan penyihir itu. Di sisi lain. Gerald terlihat mendekat. Aku langsung menyerangnya dengan sihir angin.

Pertarungan ini. sangat tidak adil. Aku mulai kuwalahan menghadapi dua serangan sekaligus. Pertahananku sedikit terbuka, dan itu langsung dimanfaatkan oleh Gerald. Dengan cepat ia memelukku, membuatku tak bisa bergerak.

“Apa yang—” Gerald mencium bibirku.

Secara bersamaan, penyihir itu mulai mengambil kekuatanku lagi. Tubuhku menegang. Rasa sakit ini, sungguh sangat menyakitkan. Aku hendak berteriak, namun Gerald menahan suaraku dengan lumatannya.

Rosa dan Rheva berteriak di dalam sana. Rasa sakit ini bahkan sampai ke dalam tubuhku. Tak berapa lama kemudian penyihir itu menghentikan aktivitasnya. Gerald juga melepaskan ciumannya.

‘Ruby, hah hah, bertahanlah. Kita harus bertahan. Semua bergantung pada kita.’

Mendengar kalimat itu. Sudah dipastikan Rosa pingsan di sana.

“Hahaha, kekuatan ini. Akhirnya menjadi milikku. Kau sudah boleh membawa gadis itu, Gerald.”

Tubuhku luruh ke tanah begitu saja. Sial. Kesadaranku mulai hilang. Aku melihat penyihir itu memasukkan kekuatanku ke dalam dirinya. Apakah ini akhirnya. Tiba-tiba gelap menghampiriku.

‘Rheva, maafkan aku’

Tbc.

***

😵😵

Rafael : Thor. Author. Bangun!! Kenapa kau ada disini?
Author : Uhk.. dimana aku?
Rafael : Mansion penyihir. Kenapa kau bisa ke sini? Dan juga kau terbang dari langit?
Author : Aku..
Rafael : Ada apa?
Author : Aku.. Aku tidak bisa ingat😱
Rafael : ...
Author : Yang ku tau saat ini Rheva dalam bahaya.. Segera temukan dia, Rafael!
Rafael : 💢
Rafael : MEMANG ITU YANG SEDANG KU LAKUKAN SEJAK TADI💢
(Author pun babak belur dipukuli oleh Rafael)

Aw aw aw aw
Silahkan baca spoiler part..
Part berapa selanjutnya??
Entah lah..
Part ...
... Aku harus pergi dari sini ...
... Mataku menatap tajam ke arah Gerald...
... Gerald menatapku dingin...
... Gerald semakin merapatkan tubuhnya...

Aaaa..
Bagaimana ini??
Sepertinya spoilernya ikut kacau..😵🤕
Ah, yang terpenting.. jangan lupa vote dan komen ya..🤕

Wizard Wolf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang