Part 17 - The Little Brothers

13K 753 16
                                    

Sesuai janjiku..
Minggu ini aku update 3 kali..
Setelahnya tunggu waktu kalo ada luangnya ya..
Tak usahain seminggu tetep update kok
Happy reading

***

Rosana's POV

Aku sedang duduk di balkon kamarku-maksudku kamar Rafael. Aku sedang memikirkan perkataan dari Bibi Cristal. Emmm, pasti kalian penasaran kenapa aku memanggilnya 'Bibi'. Itu karena dia adalah cucu dari Nenek buyut Vanya. Orang tuanya meninggal saat peperangan seperti orang tuaku.

Meski umur kita sama, terkadang aku memanggilnya bibi untuk menggodanya. Alhasil aku menjadi sasaran sihirnya. Sudahlah. Bagaimana ini. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Kekuatan ini, aku juga merasa kekuatan ini semakin besar.

Ruby juga, dia lama sekali mencari Rheva. Rheva, kau dimana? Kenapa kau bisa hilang di dalam diriku.

Tiba-tiba, ada sepasang tangan yang kekar memeluk pingganggku. Ia menaruh kepalanya di ceruk leherku.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada. Aku hanya sedang memikirkan kejadian yang tadi."

"Hei, tidak usah dipikirkan. Semua akan baik-baik saja. Rheva, pasti dia akan ditemukan."

Aku terdiam. Mencoba meyakinkan diriku. Aku menatap kosong ke depan. Entah ke mana pikiranku saat ini. Hingga Rafael, tiba-tiba ia mencium pipiku sekilas. Aku langsung berdiri dan menatap Rafael tajam.

"Rafael" teriakku sembari memegang pipiku.

"Ya, sayang?" apa-apaan dia, dia tidak terlihat bersalah sama sekali. Pasti wajahku sudah memerah sekarang.

"A-apa yang kau lakukan barusan" tanyaku sedikit gugup. Bodohnya aku.

"Mencium pipimu. Apa lagi?" dasar orang ini. Ya aku tau dia mateku, tapi dia seperti mengambil kesempitan dalam kesempatan.

Rafael hanya tertawa kecil. Pasti dia menertawakanku. "Rosa, ada tamu yang ingin bertemu denganmu."

Tamu? Lagi? Kenapa banyak sekali yang ingin bertemu denganku. "Mom dan Dad?"

"Bukan, kau pasti akan senang melihatnya." Oke, aku tidak suka senyuman itu. Itu membuatku khawatir.

***

Aku dan Rafael turun ke ruang tamu. Aku melihat dua orang berdiri di depan pintu sedang mengobrol dengan Bruce, aku rasa. Maafkan aku yang belum begitu hafal dengan nama orang-orang di sini. Dan Bruce itu nama yang susah ku ingat. Mungkin kalau Rus baru mudah.

Kedua orang itu menoleh ke arahku. Tunggu dulu, mereka kan..

"Kakaaaak..." Ronny langsung berlari memelukku. Ya, mereka adalah adik kembarku.

Aku terkejut dengan kedatangan mereka. Bagaimana mereka tau aku ada di sini? Oh tunggu, aku tau. The Power of Alpha. Aku mendengar sedikit geraman marah dari Rafael. Oh ayolah, mereka adikku, kau tak bisa seenaknya marah begitu.

"Kakak, kenapa kau tak memberitau kami kau ada di sini?"

"Maafkan aku Ronny, bukan bermaksud untuk tidak memberitau kalian. Hanya saja, kakak belum sempat."

Ronny melepaskan pelukannya. Aku beralih menatap Rommy. Dia masih dingin. Tak berubah meski aku menghilang. Ya walaupun sejak dulu aku hanya melihat mereka dari dalam tubuh Rheva. Akhirnya aku dapat bertemu langsung dengan adik-adikku yang manis.

Rommy melangkah mendekatiku dan memelukku erat. Aku sedikit terkejut dengan tingkah laku Rommy yang Tak biasa ini.

"Maafkan kami, kak. Kami tidak bisa menjaga kakak dengan baik." Ucap Rommy berat.

"Hei, tidak apa-apa. Ini bukan salah kalian. Seharusnya aku yang melindungi kalian. Sudahlah" aku mengelus-elus punggung Rommy. Aku merasakan bahuku basah. Tunggu, basah? Apa Rommy menangis?

"Kami sudah mendengarnya semuanya dari Sheila.. Kak Rhe, maafkan aku. Maafkan aku." Suara Rommy entah mengapa menjadi kecil.

"Seharusnya waktu itu, kami tak usah melayani pria bajingan itu. Seharusnya waktu itu kami langsung berada di dekat kakak. Menenangkan kakak. Melindungi kakak. Sehingga kejadian seperti ini tidak-" aku memotong perkataan Rommy setelah memahami arah perkataannya.

"Shhh. Tidak apa-apa. Rheva pasti baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas. Sekarang bangkitlah. Kau harus menjadi Rommy adikku yang kuat. Dan mampu menerima segala kesalahannya. Oke?" aku masih mengelus-elus punggung Rommy. Badannya terasa bergetar sedari tadi.

Rommy melepaskan pelukannya. Ia mengusap matanya kasar. Dan dengan segera, wajahnya kembali dingin. Yah, aku kira ia akan tersenyum. Namun ia kembali datar. Aku tersenyum kearah kedua adikku.

"Kyaaa, Kak Rosa sangat menyayangi kalian." Aku langsung memeluk kedua adikku. Tentu saja mereka sepontan terkejut. Pasalnya Rheva tidak pernah, ya jarang, melakukan hal ini.

"Lihat lah adik-adikku ini. Kalian sangat menggemaskan." Aku mencupit masing-masing sebelah pipinya dan melepasnya kasar. alhasil timbul warna kemerahan di pipi mereka.

Rommy dan Ronny memegang pipi mereka. Mata mereka terbelalak seperti melihat hantu. Kyaaa, aku semakin gemas dengan mereka. Dapat ku lihat wajah mereka memucat. Dengan segera mereka berlari entah kemana.

"Rommy, Ronny. Kalian mau kemana? Percuma kalian bersembunyi. Kalian akan dengan dapat ku temukan. Memang dari dulu siapa yang selalu menemukan kalian?" tanyaku berteriak ke arah mansión.

Tbc.

***

Hola, I'm back again..
Gitu mulu dah, gak ada rencana ganti gitu?
Gak!

Gerald : Mate? Apakah itu kau?
Rheva : Tentu saja ini aku, mate.
(Peluk Rheva)
Gerald : Oh mate, maafkan aku. Kembalilah padaku.
Rheva : Aku di sini, mate. Aku kembali.
Gerald : Kau akan kembali padakukan?
(Tiba-tiba bangun)
Gerald : Mate?
Guling : ...
Gerald : Jadi, semua itu hanya mimpi?😞
Guling : ...
Gerald : Oh mate, maafkan aku. Kembalilah padaku. Tidak taukah kau aku jadi gila tanpamu😔

Siapa yang rindu ama Gerald??
Gak Ada??
Gerald, yang sabar ya..

Oke, Silahkan baca spoiler part berikutnya..
Jeng jeng..

Part 18
"Raf, dimana Rosa?"
"Di kamar" jawabku singkat.
Sheila dan Leyla langsung berlari ke arah kamar mateku, maksudku, kamarku. Belum sempat aku membicarakan sesuatu lagi, terlihat Cristal berlari dengan tergesa-gesa.
"Rafael, dimana Rosa?"
"Dia dikamar, kenapa kau mencarinya?"

Wah, Rosana dicari-cari..
Ada apa ya??
Jangan-jangan ia kenapa-kenapa

Jangan lupa vote dan komen😉

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now