Part 6 - The Repeat View

13.2K 792 9
                                    

Rheva's POV

Sesampainya aku di apartemen, aku langsung berendam. Lama. Lama sekali aku berendam. Aku terus memikirkan apa yang sudah terjadi. Tiba-tiba, setetes air mata mengalir di pipiku. Oh, Moon Goddess, kenapa kau memberiku takdir yang berat ini.

Aku bangkit dari berendam. Aku mengenakan pakaian kering sembarang. Aku melihat jendela kamar apartemen. Sore. Ternyata aku berendam terlalu lama. Baru saja aku akan merebahkan tubuh ke kasurku, pintu apartemenku dibuka dengan keras.

"Kakaaaak." Suara Ronny langsung menggema ke seluruh apartemen.

Aku mengeluh malas, kenapa di saat moodku sedang buruk seperti ini justru adikku datang. Ku harap Sheila dan Leyla tidak mampir ke sini. Akan repot menjelaskannya. Aku pun berjalan ke ruang tamu.

Aku melihat Ronny datang bersama Rommy dan Jon. Pantas saja dia bisa membuka apartemenku. Ronny dengan segera berlari memelukku. Sementara Rommy, dia hanya memutar bola matanya malas.

"Aku merindukanmu, Kak Rhe." Ucap Ronny manja.

"Hei, aku baru saja pergi satu minggu, dan kau sudah seperti ini?" Ronny tertawa kecil mendengar jawabanku.

Rommy dengan cepat menjelaskan maksud kedatangan mereka ke sini. Aku menganggukkan kepala mengerti. Setelah itu, Rommy dan Ronny langsung pergi keluar. Namun Jon tidak ingin ikut.

"Maafkan saya, Alpha. Saya tidak bisa ikut. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan Rheva. Dan itu adalah sesuatu yang penting." Ucap Jon dengan menatapku tajam.

Aku menelan saliva ku dengan susah payah. Tatapan Jon, itu bukan tatapan biasa. Seketika aku menjadi khawatir. Rommy menganggukan kepala dan pergi menyusul Ronny. Di sinilah aku. Berdua dengan Jon di ruang tamu apartemenku.

"Ada apa denganmu, Rhe?" tanya Jon to the point.

"Apa apa? Aku tidak apa-apa. Kenapa kau tanya seperti itu?" Jawabku setenang mungkin.

"Jangan berbohong, Rhe. Aku tau kau meminta Rosana untuk menghilangkan sembab di matamu. Kau tidak bisa membohongiku."

Itu benar. Ketika aku tau yang datang adalah Rommy dan Ronny, aku meminta Rosa untuk menghilangkan sembab di mataku. Air mataku kembali jatuh membasahi pipiku. Aku menangis sejadinya. Dengan cepat, Jon memelukku. Hanya Jon tempatku bisa mengungkapkan semua isi hatiku setelah perginya Ayah dan Ibu.

Aku berhenti menangis. Kami berdua duduk di sofa. Aku menceriakan semua yang terjadi. Ceritaku mengalir begitu saja. Bahkan Jon, ia tidak mau menyela ceritaku. Meski begitu, aku masih bisa mendengar suara goresan gigi dan geraman marah dari mulutnya di sela-sela ceritaku.

"Aku sarankan agar kau bisa lebih bersabar. Aku yakin Moon Goddess punya rencana sendiri. Dan saran dariku, kau harus bisa membela dirimu sendiri. Aku tau kau kuat. Jadilah dirimu sendiri." ucap Jon terlihat menahan emosi setelah beberapa menit.

Aku hanya mengangguk. Aku tak tau harus berbuat apa lagi. Tapi Jon benar. Aku harus kuat menghadapi takdirku.

***

Pagi hari, aku bangun dan menuntaskan rutinitas pagiku. Setelah selesai, aku langsung menata penampilanku, menjadi nerd tentunya. Aku keluar kamar dan menuju ke dapur.

"Ahhhhh. Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" teriak Ronny membuat semua orang bangun. Ya, Rommy, Ronny, dan Jon menginap di apartemenku.

"Ini aku, Kakakmu." Jawabku malas sambil memutar bola mataku.

"Kau bohong. Kakakku tidak jel-" Aku langsung menjewer telinga Ronny yang akan mengataiku jelek.

"Aduh aduh aduh, sakit kak, sakit. Iya iya maafkan aku, maafkan aku." Aku melepas jeweranku. Lihatlah, telinga Ronny langsung merah.

Rommy tertawa melihat kejadian tadi. Sudah lama aku tidak melihatnya tertawa. Namun seketika wajahnya kembali datar. Dan Jon, sepertinya dia tertawa dengan hal lain. Menertawakanku.

"Kau sih, Ron. Sudah tau Kak Rhe kejam, masih saja berani mengatainya."

"Ya kakak sih. Ngapain coba berpenampilan seperti ini." Ucap Ronny dengan cemberut menyalahkanku.

"Ra-ha-si-a." Ucapku sambil mengedipkan sebelah mataku.

Aku langsung mengambil roti dan pergi berangkat kuliah. Hari ini kuliah ku memang sangat pagi. Maka dari itu, mereka semua ku tinggal. Haha.

"Kunci pintu kalau kalian pulang ya. Kakak ada kuliah pagi. Bye adik-adik ku sayang." Ucapku pergi sambil melambaikan tangan

***

Aku sudah berada di kampus. Kampus masih sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang berlalu lalang. Aku sudah memutuskan, aku akan menjadi kuat. Saat aku hendak masuk ke kelas, aku melihat pemandangan yang membuat hatiku sakit. Ya, itu lagi.

Kali ini aku melihat Gerald dan gadis itu, entah siapa namanya aku tidak peduli, sedang berciuman. Bahkan kali ini lebih ganas dari yang kemarin. Entah apa yang merasukiku, aku justru tidak pergi dari pemandangan menyakitkan itu.

Aku mendengar gadis itu berdecih. Dengan segera Gerald menatapku tajam. Aku hanya diam saja. Menatapnya dengan tatapan sendu. Gerald, dia justru menyeringai menakutkan. Setelah itu aku pergi meninggalkan kelas.

Aku duduk ditaman. Menatap kosong ke depan. Mengingat kejadian barusan. Tidak tidak tidak. Aku tidak boleh mengingatnya. Aku yakin mateku bisa menerimaku.

'Bagaimana kau bisa seyakin itu dengannya? Lihat tingkahnya saja membuatku muak.' Rosa bertanya seolah dia sudah muak.

'Dia itu mate kita. Aku yakin pada takdir Moon Goddess.' Kataku meyakinkan Rosana.

'Ngomong-ngomong, di mana Ruby?'

'Dia sedang bersembunyi di dalam sini.'

'Maafkan aku, Ruby. Ini salahku kau menjadi seperti ini.'

'Apa maksudmu Rhe? Kita ini satu tubuh. Ini bukan salahmu. Ini salah pria bodoh itu yang tidak bisa melihat kecantikanmu.'

'Hihihi, kecantikan kita maksudmu. Terima kasih Rosa.'

Aku memutuskan mindlinkku karena kampus mulai ramai. Sebaiknya aku harus kembali ke kelas.

Tbc.

***

Hola, I'm back..

Rosana : Bagaimana kau tega membuat kami menderita seperti ini, Thor.
Rheva : ...
Ruby : ...
Rosana : Akh, ku sihir kau jadi kodok kau author..
Author : Ahhh, tunggu tungg--
(Ribbit)

Ribbit Ribbit Ribbit Ribbit Ribbit Ribbit
(Jangan lupa vote dan komen yaa)
😭🐸

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now