Part 4 - The Unplanned Meet

13.2K 817 1
                                    

Minggu malam. Aku, Sheila, dan Leyla sedang berada di apartemenku. Mereka berdua berencana untuk menginap. Ya, mereka sudah sering berkunjung ke apartemenku. Bahkan mereka juga tahu penampilan asliku, bukan nerd. Bahkan mereka juga tahu tentang Rosana.

Kami saat ini sedang berada di ruang tamu. Tempat ini sudah sangat berantakan. Seperti kapal pecah. Banyak bungkus makanan bersebaran. Piring-piring kotor menumpuk. Botol-botol kosong dimana-mana. Jangan berpikiran buruk dulu ya, kami tidak minum alcohol, hanya soda.

“Oh, iya Shel. Siapa yang duduk di ujung pada kelas kita. Ku lihat selalu saja kosong.” Tanyaku pada Sheila karena aku tiba-tiba penasaran.

Sheila dan Leyla saling tatap. “Memang ada apa dengan tempat duduk itu.” Tanya Sheila.

“Tidak ada, hanya penasaran saja. Maksudku kenapa dulu aku tidak disuruh duduk di tempat yang aku suka. Aku suka tempat duduk di ujung itu karena dekat jendela.”

“Itu tempat duduk kakakku, Ra. Dia memang jarang masuk, karena dia orang yang sangat sibuk.” Jelas Leyla.

“Lebih tepatnya ‘super duper sangat sibuk sekali’. Soalnya, dia—” Leyla langsung menutup mulut Sheila.

“Dia apa?” tanyaku bingung melihat tingkah mereka berdua.

“Ahaha, tidak apa-apa. Tapi yang dikatakan Sheila benar, dia sangat sangat sibuk.” Jelas Leyla setenang mungkin, sementara Sheila berusaha melepas bekapan Leyla karena dia mulai kesulitan bernafas.

Aku tidak mengerti maksud dari Leyla. Yah, mungkin dia punya perusahaan atau apalah yang membuatnya sibuk. Kami melanjutkan menonton film. Ya, sedari tadi kami asik menonton film dengan berbagai macam cemilan di tangan.

***

Pagi hari, pukul 5. Aku terbangun dari tidurku. Aku tertidur di sofa ruang tamu. Sheila terlihat tidur terlentang di lantai, sementara Leyla terlihat tidur sambil duduk di bawah sofa. Aku mulai bangkit, entah mengapa aku tidak merasa ngantuk meski tadi malam aku tidur paling akhir.

‘Rhe, hari ini aku sangat senang.’ Ujar Ruby.

‘Ya, Ruby. Dan kesenanganmu membuat kita bangun sepagi ini dan tidak dapat tidur lagi.’ Keluh Rosana.

‘Sudah lah, tidak apa-apa. Bahagia itu menyehatkan.’ Aku entah apa yang merasukiku kenapa aku berkata begitu.

Rasa senang Ruby sangat berpengaruh padaku. Aku memutuskan mindlink kami karena sedari tadi aku mendengar Ruby dan Rosa bertengkar. Aku mulai membereskan kekacauan di apartemenku.

1 jam kemudian, apartemenku sudah terlihat sangat bersih. Entah apa yang merasukiku kenapa aku mau berbuat seperti ini. Entahlah. Aku bahkan memindahkan Sheila dan Leyla ke kamarku. Setelah selesai aku pergi ke kamar mandi, berendam.

Aku berendam selama 1 jam. Sungguh lama bukan. Dan aku sedari tadi hanya kegirangan. Setelah memilih baju yang akan ku kenakan, aku pergi ke dapur. Aku memasak, emmm, steak. Ya karena aku ingin itu.

“Astaga Nadira, kenapa kau tidak membangunkanku?” suara Leyla mengangguku yang sedang memasak.

“Tidak apa-apa, Ley. Kalian terlihat masih mengantuk, aku tidak tega untuk membangunkan kalian.”

“Tidak bisa. Tunggu sebentar.” Leyla pergi ke kamar untuk membangunkan Sheila.

Terdengar gerutu Sheila yang enggan bangun dan pertengaran kecil di dalam sana. Aku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalaku. 5 menit kemudian Leyla sudah berada disampingku.

“Sini, biar ku bantu.”

“Tidak apa-apa, Ley. Lebih baik kau mandi dulu.”

“Sheila sedang mandi sekarang. Biar ku bantu kau. Kau sudah membersihkan apartemenmu sendirian. Kau pasti lelah, melihat kekacauan tadi malam. Lebih baik kau tunggu saja sambil menonton tv.”

“Itu namanya bukan membantu tapi mengambil alih, Leyla.”

“Sudahlah, sana pergi. Steak kan? Aku juga bisa.”

Leyla mengusirku. Aku pasrah deh. Meski aku bisa membantah tapi entah mengapa aku enggan. Aku duduk di sofa sembari menonton berita. Tiba-tiba..

“ASTAGA, SIAPA YANG SUDAH MEMBERSIHKAN INI SEMUA?”

Teriak Sheila menggema di seluruh apartemen. Sudah ku pastikan pagi ini akan menjadi pagi yang berat. Tapi biarlah. Yang penting aku saat ini sedang bahagia

***

Pagi ini ada pelajaran mata kuliah dari Pak Rudi. Hari senin memang hari biadab. Sheila terus mengamatiku penuh khawatir. Aku yang dilihat seperti itu lama-lama juga risih. Aku menipuk wajah Sheila dengan buku. Sheila mengaduh kecil.

“Sudah ku bilang Sheila, aku juga tidak tau. Sudah lupakan. Aku akan bersikap biasa.” Ucapku dan seketika aroma citrus dan hutan yang memabukkan menyeruak melalui indra penciumanku.

‘Mate! Mate! Mate!’ teriak Ruby yang membuat kepalaku pusing

‘Benarkah itu, Ruby? Rhe, cepat segera cari mate kita.’ Rosa mulai tertarik dengan hal ini.

Seketika aku mengedarkan pandanganku. Sampai ku lihat seorang pria berambut hitam dengan mata coklatya yang sangat indah berdiri di depan pintu kelas. Dia sangat tampan. Aku serasa ingin meleleh. Ku lihat dia juga membeku di sana.

“Mate” ucapku spontan dengan suara yang lirih.

Sheila langsung menoleh ke arahku. “Mate? Kau menemukan matemu?”

Tentu saja Sheila mendengarnya karena dia juga seorang werewolf yang pasti memiliki pendengaran yang tajam. Sheila mengikuti ke arah mataku memandang. Dia terkejut saat melihat seseorang di depan pintu yang menatap ke arah ku tajam.

Tbc.

***

Hola, gimana nii..
Baru sebentar dah bertemu mate..
Beruntung sekali kau Rheva, berterima kasihlah padaku..

Rheva : oke author, terima kasih 😒
Author : cih, tidak ikhlas nii..

Jangan lupa vote dan komen ya..
Gracias😁

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now