Part 22 - The Lost Soul

12.2K 770 27
                                    

Rafael’s POV

“Kita akan bertemu lagi, mate.” Ucap Rosa yang disertai cahaya biru keluar dari tubuhnya.

Aku menahan tubuhnya. Ada apa ini? apa yang terjadi? Ku lihat Rosa menutup matanya. Oh tidak, jangan tinggalkan aku, mate. Bahkan Lobo sudah panik di dalam sana. Seketika, rambut biru milik mateku berubah menjadi pirang gelap. Cahaya yang keluar dari tubuhnya juga meredup.

“Mate, bangun mate. Apa yang terjadi padamu?” aku menepuk-nepuk pipi mateku. Ia tak mau bangun.

Dengan cepat aku membawanya ke kamar. Di kamar aku melihat Sheila terduduk di sofa. Apa yang dia lakukan di sini.

“Rosa, berani-beraninya kau menyihi—” ucapan Sheila terhenti saat melihat mateku pingsan.

“Astaga. Nadira. Apa yang terjadi Raf?” Sheila menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Aku tak tau. Panggilkan Cristal, Shel. Dia pasti tau sesuatu.” Sheila mengangguk dan langsung pergi meninggalkanku.

Aku membaringkan mateku ke atas kasur. Aku mengelus-elus rambut pirangnya. Nadira? Itu berarti ia bukan Rosa lagi. Aku mengamatinya lembut. Ia juga sangat cantik. Mate, cepatlah buka matamu. Tiba-tiba, Cristal datang menginterupsiku.

“Rafael. Apa yang terjadi.” Ucap Cristal langsung mendekati mateku.

“Tadi Rosa memintaku untuk menandainya. Setelah itu, ini yang terjadi.”

Cristal terkejut mendengar perkataanku. Ada apa? Apa yang salah?

“Kau telah menandainya? Itu berarti kau telah membuka segel yang ada pada diri Rheva.”

“Segel apa?”

Cristal menjelaskan secara singkat. Aku memahami intinya. Ditambah cerita dari Dad tempo hari, itu membuatku sedikit mengerti. Tapi yang tak kuketahui sekarang, kenapa mateku tak sadarkan diri? Dan juga ia kembali menjadi Nadira.

Tiba-tiba, Nadira membuka matanya. Mata kami saling tatap. Oh lihatlah, mata hijau menawannya. Aku tersenyum hangat padanya. Namun seketika semuanya berubah. Hatiku tiba-tiba langsung sakit seketika.

“Siapa kau?”

***

Rheva’s POV

Aku sedang berada di kamar mandi. Menatap tubuhku yang terasa sangat sakit di semua tempat. Hanya satu fokusku pada cermin besar di depanku. Yaitu tanda yang dibuat oleh Rafael, mate keduaku.

Rosa dan Ruby sudah menjelaskan semuanya padaku. Mereka sudah bisa menerima Rafael. Hanya tinggal aku. Semua ini mengingatkankan pada mimpi yang kualami saat aku tak sadarkan diri.

Aku bermimpi bertemu dengan Moon Goddess. Ia mengatakan bahwa akan ada mate baru untukku. Mate yang akan membuka segelku. Mate yang akan memberiku kebahagiaan. Mate yang akan selalu mencintaiku setiap saat.

Aku menghela nafas berat. Jika Rosa dan Ruby bisa menerimanya, aku juga harus bisa menerimanya. Aku kembali memakai bajuku, kemudian aku keluar dari kamar mandi. Kosong. Kamar ini kosong. Kemana semua orang?

Aku berlajan keluar kamar. Aroma memabukkan ini membuatku tenang. Aku mengikutinya sampai pada sebuah ruangan besar. Pasti ruang kerjanya. Aku langsung membuka pintu tanpa mengetukknya. Ku lihat Rafael sedang berbicara dengan, siapa tadi? Oh ya, Bruce.

Bruce menoleh ke arahku, seketika ia langsung menunduk hormat. Aku hanya tersenyum canggung. Tak kusangka aku juga akan mendapat perlakuan seperti ini lagi di sini.

“Apa apa, sayang?” tanya Rafael tiba-tiba.

“Ti-tidak ada. A-aku hanya— merindukanmu?” Jawabku dengan lirih pada kata merindukanmu. Apa yang ku lakukan. Sudah dipastikan pipiku merah saat ini. Bahkan Rosa dan Ruby tertawa terbahak-bahak di dalam sana. Ku lihat wajah mateku sedikit terkejut dan senang secara bersamaan.

“Hahaha, kau baru saja ku tinggal 30 menit dan sudah merindukanku? Ke sini lah, Nadira.”

“Rheva. Keluargaku memanggilku dengan Rheva.” Rafael tersenyum lembut ke arahku.

“Baiklah, Rheva. Kemarilah.” Aku menurut dan mendekatinya.

Dengan cepat Bruce mengambilkan kursi dan meletakkannya di samping Rafael. Ok ini sedikit berlebihan, mungkin.

“Kami sedang membicarakan pertemuan para Alpha yang akan di selenggarakan di sini besok malam.” Aku hanya ber-oh ria. Pembicaraan ini tentang persiapan yang akan dilakukan besok. Aku hanya menyimak, sesekali memberi saran. Tidak banyak yang ku lakukan sore itu.

***

Pertemuan para Alpha. Entah kenapa hatiku gundah sekali. Pasti dia datang. Tidak, tidak, tidak. Aku harus melupakan pikiran itu. Seharian penuh aku sudah berkeliling mansion ini. Dan ya, aku sudah hafal seluruh tempat ini. Hebatkan aku.

Aku sedang berada di kamar. Memilih baju yang cocok. Setelah merasa sudah siap aku memoleh wajahku dengan make up natural. Tak lupa rambutku ku gerai begitu saja. Ok siap. Aku melangkah keluar, tiba-tiba ada sepasang tangan memelukku possessive.

“Kau sangat cantik hari ini, mate.” Ucap pria itu yang tak lain adalah Rafael.

“Kau juga sangat tampan.” Aku mencium pipinya sekilas.

“Hmm, kenapa hanya Cuma pipi yang dapat jatah?” Rafael tersenyum nakal. Sudah ku duga hal ini akan terjadi.

Dengan cepat, Rafael mencium bibirku. Dia memperpendek jarak yang ada. Tubuhku membentur dada bidang kokoh milik Rafael. Aku serasa terhipnotis oleh ciumannya. Seolah memaksaku untuk mengikuti permainannya. Kami melepaskan ciuman kami.

“Kau bergabunglah dengan pada Luna di ruang tamu, mate.” Aku mengangguk patuh.

Setelah itu Rafael pergi meninggalkanku. Aku keluar kamar kemudian aku berlajan ke arah ruang tamu. Tiba-tiba aku menabrak seseorang. Duh bodohnya aku, apa yang ku lakukan. Tiba-tiba orang tersebut memelukku. Tunggu dulu aroma ini, aroma citrus. Ini aroma Gerald, meski tak sememabukkan seperti dulu

“Mate” ucap Gerald lirih.

Aku langsung melepas pelukannya kasar. Gerald terlihat mengaitkan keningnya. Seketika tatapanku berubah tajam. Aku berharap tidak akan bertemu dengannya saat ini.

Tbc.

***

Hola..
I'm back again..
Karena kemarin Jum'at libur, kubutas buat cerita deh..
Kebut kilat..

Author : Baiklah para hadirin, bagaimana menurut pendapat kalian tentang pertemuan Alpha kali ini?
Rafael : Merepotkan sekali..
Rheva : Kacau..
Sheila : (tidak peduli)
Gerald : Penting ya..
Rommy : 😒
Ronny : Sepertinya asik bertemu Kak Rheva.
Cristal : Aku merasa akan ada sesuatu yang besar datang.
Layla : Aku gak pernah muncul lagi sih.
Author : Stop. Sudah terlalu banyak. Nanti mini dialog terlalu panjang. Oke, berikutnya, silahkan membaca spoiler part 23.

Part 23
Kami sedang membahas masalah diplomasi, kemudian suara pecahan kaca menginterupsi pertemuan. Suara teriakan saling susul menyusul. Seketika aku khawatir. Tidak hanya aku, tapi para Alpha yang lain juga.

Hokya..
Ada apa ya??

Jangan lupa vote dan komen ya..

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now