Part 22

2K 294 2
                                    

Loveyna berjalan pelan di koridor sekolah. Bukan sekali dua kali Loveyna ditinggal teman. Ada saja teman berubah jadi musuh. Fran salah satunya. Loveyna kira Bimo akan berbeda. Ternyata dia sama saja seperti orang lain.

Tidak apa-apa. Loveyna sudah biasa kecewa. Paling dia sedih sebentar, lalu orang lain mengisi tempatnya. Loveyna tidak mengira yang terjadi keluar dari skenario. Keberadaan Bimo begitu besar. Loveyna jadi gamang.

"Daripada bengong, lebih baik kamu membantuku."

Loveyna tersentak. "Jimi."

"Ada apa Love? Tampangmu seperti ingin membunuh orang." Jimi menyorongkan dagunya ke tumpukan tinggi di kedua tangannya.

"Bukan apa-apa." Loveyna menghela napas. Dia mengambil sebagian, seberat yang sanggup Loveyna angkut.

"Kepikiran Bimo?" Jimi mengerling.

"Ih. Sok tahu." Loveyna terkesiap. Sialan kamu, Mo! Kenapa malah kepikiran Bimo? Jimi ada di sebelah Loveyna. Jimi-orang yang Loveyna idam-idamkan. Dia melirik sosok di sebelahnya. Harusnya Loveyna terkikik memesona bukannya murung seperti ini.

Jimi menggumam tidak jelas.

"Serius. Aku enggak kepikiran Bimo." Loveyna jadi sebal sendiri. "Ganti topik, deh. Atau aku berantakin." Ancam Loveyna, mengangkat sedikit buku-buku di tangannya.

"Oke-oke. Ganti topik yang lain." Jimi tertawa pelan.

Rusak semuanya.

Pikiran Loveyna keruh tidak bisa fokus. Kupu-kupu yang biasanya berkepak di perut Loveyna terbang entah ke mana. Loveyna tidak bisa merasakan sensasi geli yang pernah dia alami dulu di bangku olahraga.

Ini gara-gara Bimo.

"Love, kalau kamu butuh bantuan bilang saja." Jimi sedikit rikuh. Mungkin dia tidak biasa menawarkan bantuan terang-terangan. Dalam keadaan normal, Loveyna pasti menganggapnya imut. Sekarang, dia malah membanding-bandingkan ekspresi Jimi dengan Bimo. "Jangan sungkan. Selama aku bisa, aku pasti bantu." Lanjut Jimi.

Bisa tidak kamu menghilangkan Mo selamanya, membuang Fran jauh-jauh ke laut lalu kamu kembali untuk jadi pacarku? Loveyna tersenyum. "Terima kasih. Ini gara-gara... anggap saja aku sedang menjalani hari sial."

Loveyna dan Jimi sampai di depan ruang guru. Dia menyerahkan tumpukan itu kepada Jimi.

"Tunggu di sini." Jimi masuk, lalu tak lama keluar dari ruang guru.

"Apa lagi yang bisa aku bantu?" Sengaja Loveyna melakukan curtsey. "Hambamu ini siap melayani."

Jimi tertawa. "Ayo. Kutraktir softdrink udah mau bantu ngangkut."

Mereka berjalan ke vending machine. Jimi memasukan lembaran uang, memencet tombol lalu meyorongkan sekaleng pada Loveyna. Topik ringan mengalir. Mereka berjalan beriringan. Kelas Loveyna dan kelas Jimi ada di arah yang sama. Jimi melontarkan lelucon garing, Loveyna tertawa sopan menanggapi. Loveyna tahu Jimi berusaha membuat suasana hatinya lebih baik.

"Jim. Menurutmu apa boleh sahabat pacaran?" Kait kaleng dibuka. Terdengar bunyi desis soda.

"Itu masalahmu?" Mata Jimi berkilat-kilat geli. "Cinta-cintaan?"

Sial. Loveyna keceplosan. "B-bukan. Maksudku... aku punya teman yang mengalami masalah itu. Dia minta pendapatku tapi aku bingung menjawabnya." Buru-buru, Loveyna menenggak minumannya.

"Betul?"

Loveyna cemberut lagi.

"Aku kira kamu sedang punya masalah keluarga," kata Jimi. "Ternyata, masalah pacaran."

Lo Dan Mo Dan Segala KemungkinanWhere stories live. Discover now