Part 12

3K 431 13
                                    

Loveyna bohong tentang riset tugas sekolah di perpustakaan. Dia memaksakan diri memasang tampang datar saat Patricia memicingkan mata curiga. Ya mau bagaimana lagi? Loveyna terpaksa berbohong. Tidak mungkin Loveyna jujur bilang kegiatan Patricia keluar masuk cari gaun prom sangat membosankan.

Perpustakaan yang sepi versus kaki capek karena keliling tidak jelas bareng Patricia. Apalagi Fran ikut. Sudah jelas mana yang Loveyna pilih.

Jadi Loveyna berhasil kabur. Dia melambaikan tangan kecil pada Patricia dan Rahmi, yang diam-diam kelihatannya kepengin gabung dengan Loveyna.

Loveyna pergi ke perpustakaan. Ponselnya bergetar.

Dari Patricia.

Hei, enggak usah sungkan kalau mau titip sesuatu. Yang semangat ya bikin tugasnya.

Bersama pesan pendek itu, Patricia mengirim foto anak-anak yang lain tersenyum ke arah kamera.

"Aku kasihan dengan suamimu nanti." Loveyna menghela napas, merapikan poninya lalu mengambil posisi selfie. Jaraknya agak jauh agar meja dan rak-rak buku kelihatan. "Kamu punya bakat jadi orang obsesif, Pat."

Loveyna mengetik pesan singkat.

Huhuhu. Pengin ikutan tapi harus belajar.

Patricia tidak betul-betul pengin tahu keadaanku. Dia cuma jadi cewek posesif yang tidak pengin orang-orang kabur dari dia. Loveyna awalnya tidak sadar kenapa Patricia sering mengirimkan gambar kegiatannya meminta foto balasan. Loveyna mengira itu adalah gestur manis, tanda perhatian. Sampai ketika Patricia ngambek dan marah-marah pada pacarnya karena tidak mau mengirimkan foto balik.

Ceritanya, Patricia sedang makan siang bersama anak-anak. Dia meminta Loveyna, Rahmi, dan Fran berpose bersama sambil menunjukan piring makanan mereka.

"Buat apa, Pat?" Tanya Loveyna.

Patricia mengerjap-ngerjapkan mata centil. "Buat my bebe." Dengan ceria dia mengetik pesan di ponselnya.

Loveyna balik konsentrasi dengan makanan dan obrolan. Mereka tertawa-tawa saat Patricia membuka ponsel dan langsung mengomel.

"Kamu bohong kan sedang main dengan anak-anak?"

Obrolan berhenti. Semua fokus ke Patricia. Cewek itu sama sekali tidak peduli dengan pandangan orang-orang. Dari arah ponselnya terdengar jawaban samar-samar.

"Aku enggak bego. Kalau emang kamu sedang bareng mereka, foto sebentar lalu kirim enggak bakal makan waktu banyak. Bilang sama aku. Kamu ketemu cewek, kan?"

Segala langsung klik di kepala Loveyna. Perhatian Patricia selama ini adalah bentuk pengintaian terang-terangan. Loveyna langsung memasukan tabiat Patricia ini sebagai tanda bahaya.

"Mau selfie atau belajar, nih? Buat bahan di sosmed?"

Loveyna berhenti menunduk. "Wah, prejudice yang bahkan tidak ditutup-tutupi."

Jimi nyengir sambil menarik kursi di sebelah Loveyna. "Jadi mau belajar? Mau bikin PR? Mau nunjukin kalau kamu bukan sekadar anak populer?"

"Luar biasa. Prejudice yang lain." Loveyna tidak tersinggung sama sekali. Dia malah menikmati adu mulut Jimi. Yah, sedikit bias sebenarnya. "Kalau kamu sendiri?"

Cowok itu meletakan buku, membuka halaman. Dia menjentrek pensil lalu mengerling. "Hanya memenuhi ekspektasi orang-orang tentang cowok pintar."

Loveyna terkekeh. Dia memajukan badan untuk melihat buku Jimi. "Fisika." Nada Loveyna membuat Jimi tersenyum. "Ada apa sih antara kamu dengan Fisika? Tiap kali ketemu, kerjaannya cuma baca mata pelajaran itu saja."

Lo Dan Mo Dan Segala KemungkinanWhere stories live. Discover now