KOP-39

88.7K 8.2K 505
                                    

      Adexe berdehem, Harsha lantas menoleh ke arah suara diikuti Allard. Harsha melepas pelukannya dari Allard dan Allard berdiri, menatap Adexe dengan tajam.

"Akhirnya kalian datang juga," gumam Adexe. "Selamat datang di mansionku, Mr and Mrs. Mackenzie!"

"Tidak bisakah kau tidak mengganggu dan menyakiti putri kami?" tanya Allard tanpa basa-basi.

Adexe tersenyum, "Aku tahu aku salah. Maafkan aku."

"Setiap kau melakukan kesalahan pasti kau sendiri yang mengatakannya pada kami. Apa kau ingin membuat kami terkesan padamu? Berpikir kau gentleman?" ucap Allard dengan dingin.

Pikiran Adexe melayang pada saat ia menemui Allard dan Harsha di Jakarta hanya untuk mengatakan kalau ia merampas ciuman pertama Allcia tanpa permisi. Kemudian Adexe juga memberitahu mereka tentang penculikan yang ia lakukan terhadap Allcia.

Adexe menggeleng, "Bukan. Maksudku mengatakannya sendiri, karena tidak semua orang dapat dipercaya. Siapapun bisa membuat kondisi yang ada menjadi peluang. Barangkali ada yang memberitahumu, tapi tidak dengan yang sebenarnya."

Allard diam.

"Aku melakukan itu juga mencoba untuk membuat kalian memahamiku. Aku benar-benar menginginkan putri kalian," gumam Adexe.

"Ya, kau sudah menunjukannya pada kami. Tapi aku tidak terima kau sampai menculiknya dan membuatnya terluka," balas Allard seraya mengepalkan tangannya.

Harsha berdiri dan mencoba menenangkan Allard, "Tenanglah, suamiku. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan menambah masalah baru."

"Aku hanya tidak mau putriku diperlakukan secara tidak hormat, Harsha. Apalagi sampai membuatnya terluka. Kau lihat sendiri kan tadi kepalanya diperban?" kata Allard.

Harsha mengangguk, "Ya aku mengerti, suamiku. Aku juga begitu. Sekarang kan Adexe sudah ada bersama kita, ayo kita bicarakan ini baik-baik. Masalah akan cepat selesai jika kita mau menyelesaikannya secara sehat. Tahan emosi, kita cari jalan keluarnya."

Allard menghela nafas pelan. Kini mereka bertiga duduk satu ruangan. Adexe duduk berhadapan dengan Allard. Harsha melirik Allard dan Adexe bergantian, belum ada yang membuka suara, dua pria itu hanya saling melempar tatapan dingin.

"Maafkan aku," ucap Adexe yang memecah keheningan.

Sungguh, selama ini Adexe tidak pernah meminta maaf setiap melakukan kesalahan.

"Setelah mendapat maaf dari kami, apa kau akan mengulangi perbuatanmu lagi?" tanya Allard.

Harsha menyambung, "Sudah tiga kali kau membuat kami kecewa. Pertama mencium putri kami tanpa permisi, kedua berencana memperkosanya di Roma dan ketiga menculiknya, mengurungnya disini. Sebelumnya kami memaafkanmu saat kejadian di Roma waktu itu karena kau menyelamatkan Allcia. Tapi lagi-lagi kau menyakitinya."

"Aku tidak biasa tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku selicik ini karena terlalu menginginkan Allcia. Dia sangat berpengaruh untukku," ucap Adexe.

"Bagus kalau pada akhirnya kau mendapatkannya, bagaimana jika justru hanya akan merugikan?Memang setiap usaha pasti ada hasilnya, tapi takdir sudah ada yang mengatur. Tidak semua yang kita inginkan harus terwujud," balas Harsha.

Adexe tercenung.

"Kau sungguh mencintai Allcia?" Allard menatap Adexe dengan serius.

"Ya, aku mencintainya," balas Adexe dengan cepat.

"Cinta memang dapat membutakan seseorang. Mungkin karena kau terlalu menginginkannya, kau sampai tidak bisa melihat fakta bila dia tidak menginginkanmu," kata Allard.

King Of PsychopathWhere stories live. Discover now