KOP-07

160K 11.6K 527
                                    

BRAKK!!!

Suara debrakan meja mengagetkan pria paruhbaya itu. Tuannya sedang marah. Bukti yang Adexe lihat dan dengarkan dari Fabio pagi ini lantas membuat violinist itu menggeram marah. Adexe meremas foto yang ada di tangan kirinya. Foto sosok Damario saat bersama Allcia. Demi Tuhan! Adexe menganggap Damario sahabat yang paling baik, tetapi ternyata dugaannya salah.

"Aku terlalu mempercayainya," desis Adexe.

"Apa sebaiknya kita bereskan dia, Tuan?" tanya Fabio dengan hati-hati.

Adexe menatap tangan kanannya yang kosong.

"Dia sudah mengkhianatimu, Tuan," tambah Fabio.

"Tidak," jawab Adexe.

Fabio mengerutkan dahinya mendengar jawaban Adexe. Fabio diterjunkan Adexe untuk mengawasi Allcia, selama Adexe sibuk mengurusi urusannya yang lain. Fabio memberikan bukti-bukti yang sukses membuat Adexe marah besar.

"Tapi Tuan, Damario pria yang cukup berbahaya. Jika kau biarkan Damario begitu saja, Allcia bisa... jadi miliknya," kata Fabio.

Adexe yang berdiri di balkon kamarnya tersenyum miring, "Biarkan saja, terserah dia mau berbuat apa. Ku pastikan usahanya sia-sia saja. Allcia hanya milikku."

Ingatan Adexe beralih kejadian beberapa waktu lalu. Dia mungkin lebih baik dari Damario. Damario adalah predator wanita, sudah banyak wanita yang di sakitinya hanya untuk memuaskannya. Adexe ingat betul saat dimana ada seorang gadis datang marah-marah dan menangis di depan Damario.

"Kau pria brengsek! Hanya memanfaatkan tubuhku saja! Sudah mendapati tubuhku, lalu pergi begitu saja! Pria brengsek! Aku melihatmu kemarin bersama gadis lain!!! Kau pria paling brengsek!!!" Teriak gadis dengan histerisnya saat itu dan pergi meninggalkan Damario yang justru menertawainya.

Adexe tahu betul isi benak Damario hanyalah nafsu dan haus akan seks. Bisa dibilang Damario penjahat kelamin. Adexe takkan biarkan Damario berhasil kali ini. Adexe sudah mengklaim sejak awal bila Allcia Mackenzie adalah miliknya. Jangankan menyentuh Allcia, mendekati Allcia saja Adexe tak segan mencincang pria yang melakukan itu.

"Senjata Damario kepada wanita adalah rayuan manisnya dan kelembutan palsunya. Ku harap Allciaku tidak terjebak. Gadisku itu sebenarnya polos," gumam Adexe.

"Kau betul, Fabio. Damario orang yang cukup berbahaya, tapi tidak. Akulah yang lebih berbahaya untuknya. Dia tidak tahu kalau ajalnya sedang mendekat," tambah Adexe dengan tenang.

"Aku percaya, Tuan. Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Fabio.

Adexe tersenyum tipis, "Itu hal yang mudah. Sementara waktu kau awasi saja Allcia dan pastikan Damario tidak berbuat lebih padanya. Tidak lama lagi aku yang akan terjun sendiri untuk menjaga Allcia. Tetap kabari aku tentang pengintaianmu, Fabio."

Seandainya yang Tn. Adexe rasakan bukan obsesi, melainkan cinta. Fabio membatin.

Fabio membungkuk formal lalu melangkah pergi. Adexe meraih ponsel di atas meja, lalu menekan nomor seseorang dan menelfonnya.

"Aku punya tugas untukmu," ucap Adexe.

"Ketatkan keamanan di mansion-nya dan awasi dia, kemana pun dia pergi," kata Adexe.

"Konfirmasikan ini pada Allard," kata Adexe sebelum menutup telfonnya

Adexe menatap wallpaper ponselnya, ia memandang foto cantik Allcia. Gadis yang cantik, ramah dan murah senyum. Gadis yang menurutnya berbeda. Adexe baru menemukan wanita yang berhasil menarik perhatiannya.

King Of PsychopathWhere stories live. Discover now