Prolog

16.4K 1.6K 769
                                    

"Gue gak pernah suka denger kata-kata itu keluar dari mulut lo."

Semburat senja sore ini muncul dengan malunya menjadi saksi bisu atas ketegangan dua insan manusia. Gurat wajah yang jauh dari kata ramah membuktikan, bahwa tidak ada nada bercanda dari mulut masing-masing.

"Ya ampun, berapa kali gue bilang kalo gue nerima lo cuman karena kasian, hubungan kayak gini gak akan pernah bisa bikin kita bahagia."

"Gue bahagi–"

"Lo bahagia, guenya nggak. Udah, kita putus aja."

"Gue gak akan pernah nerima fakta kalo hubungan kita selesai."

Gadis yang tadi diajak bicara semakin mengeraskan rahangnya, menahan emosi yang sudah menyelubungi relung hati. Lelaki di hadapannya ini benar-benar keras kepala.

"Gue gak peduli, intinya kita berhenti di sini, thanks." Gadis itu langsung berlalu begitu saja usai menyelesaikan kalimatnya, lelaki yang berada di belakang berusaha mengejar gadis yang kini berlari ke arah mobil merah.

Dengan sekali gerakan, gadis tadi masuk ke dalam mobil tersebut dan menutup hingga mengunci pintu mobil tersebut. Kaca mobil menjadi penghalang sehingga suara teriakan lelaki itu tidak terlalu menusuk telinga gadis tadi.

"Minggir!" teriaknya dari dalam mobil tatkala netranya mendapati kekasihnya, ah, ralat, tatkala melihat mantan kekasihnya itu berdiri di depan mobilnya, menghalangi jalan untuk si merah bergerak.

Lelaki itu tetap bergeming, nampak sekali bahwa hatinya benar-benar tidak dapat menerima pernyataan putusnya hubungan di antara mereka. Lelaki itu sudah terlalu jatuh pada pesona gadis di dalam mobil itu.

"Oke, kalo itu mau lo." Gadis itu dengan sekali hentakan menginjak pedal gas lalu menabrak mantan kekasihnya hingga langsung terkapar tak berdaya di tempat.

Tak berhenti sampai di situ, gadis tadi melindas tubuh tak berdaya milik mantan kekasihnya, semakin membuat lelaki itu benar-benar tak memiliki harapan untuk hidup.

Mobil merah itu pergi merayap dengan sedikit noda merah pada bagian depan, sang pengendara seolah menuli dengan teriakan para warga di belakang sana.

Satu yang tak gadis itu sadari, ada satu arwah yang menatap nyalang ke arahnya. Sorot mata penuh dengan warna kedendaman, hati penuh dengan sumpah serapah. Dia, hantu lelaki tadi yang kini dalam hatinya membatin, "Gue akan jadi salah satu faktor di balik penyebab kematian lo."

Sampai mayat lelaki itu dibawa pergi dari jalanan penuh cerita dendam itu pun juga tak ada yang menyadari, bahwa satu kesalahan yang gadis tadi lakukan membuka pintu untuk banyaknya cerita penuh darah di kemudian hari.





TBC

A.N
Hai pengguna aplikasi oren!
Ini cerita pertamaku yang menggunakan genre horor!

Aku masih belajar tentang dunia kepenulisan, siapa pun yang hendak memberikan kritik dan sarannya, akan aku terima dengan tangan terbuka. Silakan ketik di kolom komentar atau bisa langsung DM aku, ya. ^^

Anyway, beberapa part awal mungkin akan sedikit membosankan, tetapi aku akan sangat berterima kasih kalau kalian mau baca sampai habis:)

Btw, Ide cerita ini udah ada di tahun 2018 kalo ga salah, gatau kenapa selalu ga pd buat ngembangin+publish, tapi sekarang akhirnya berani, minta dukungannya, ya!:)

-Tanda Bulan.

Selesai direvisi secara keseluruhan pada 21 November 2021

"MEREKA" ADA ✔️Where stories live. Discover now