P R O L O G U E

53.8K 1.7K 134
                                    

Wanita itu menyesap tehnya perlahan, berharap secangkir teh hangat mampu menenangkan perasaannya yang gugup sekaligus tidak sabar. Sebentar lagi...sebentar lagi...seluruh harta suaminya akan menjadi miliknya, hanya miliknya. Ia sudah menunggu momen ini selama hampir 16 tahun. Mata hijaunya menatap penuh semangat kearah pengacara kepercayaan suaminya.

Pengacara itu tersenyum dan mengulurkan tangannya ramah. "Selamat pagi, Mrs. Alba. Senang bertemu dengan anda kembali.."

Senyum sejuta dollar kembali terbit di wajahnya, "Kita bisa mulai sekarang, pak." Ujar wanita itu tidak sabar.

Pengacara itu terlihat bingung dan matanya mencari-cari seseorang yang seharusnya juga berada di ruangan ini. "Dimana Miss Gwyneira Alba? Dia harusnya ada disini untuk mendengar langsung surat wasiat Mr. Alba"

"Oh..bapak tahu bukan sejak meninggalnya suami saya, saya mengirimnya pergi ke Belanda untuk sekolah supaya dia tidak berlama-lama larut dalam kesedihan. Saat ini dia benar-benar tidak bisa meninggalkan kuliahnya, karena itu dia hanya menitipkan permintaan maafnya pada saya."

Pengacara itu menatap Mrs. Alba ragu namun akhirnya menghembuskan nafasnya menyerah, "Baiklah kalau begitu," pengacara kepercayaan Mr. Alba membuka amplop tertutup dan mengambil kertas yang berisi nasib kehidupan Mrs. Alba kedepannya. Atmosfer ketegangan di ruangan begitu terasa. Pengacara itu berdeham lalu membacakan surat wasiat Mr. Alba.

"Saya, Anthony Alba, dengan kesadaran penuh dan pikiran jernih, mempublikasikan dan menyatakan surat wasiat berikut ini. Pertama, saya akan meninggalkan kepada istri saya, Bianca Alba, satu triliun rupiah dan kapal pesiar yang selalu dia inginkan." Bianca Alba tidak dapat menahan diri untuk membayangkan kemewahan abadi yang akan dia dapatkan sebentar lagi, "Kedua, saya akan meninggalkan manor utama keluarga Alba, rekening bank saya, Alba Enterprises, dan seluruh asset yang saya miliki kepada putri tunggal saya, Gwyneira Alba—"

"Jadi maksud anda suami saya memberikan seluruh hartanya pada Eira?!" teriak Bianca marah.

Pengacara itu hanya menaikkan alisnya santai. "Izinkan saya menyelesaikan pembaca surat wasiat ini, Mrs. Alba." Pengacara itu kembali berdeham sebelum melanjutkan, "Saya akan meninggalkan seluruhnya pada putri tunggal saya. Setelah Eira genap berumur 25 tahun, saya memberikan akses penuh terhadap Eira untuk menikmati warisan yang saya berikan padanya. Warisan Eira tidak akan pernah berpindah tangan kepada siapapun, terkecuali jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk istriku, jagalah Eira dengan baik dan terima kasih atas segalanya. Untuk putriku Eira, papa menyayangimu."

Bianca tertawa tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Merasa tak percaya akan kenyataan ini. Pria tua bangka sialan itu! Setelah menjadikannya simpanan selama bertahun-tahun dan "mengasuh" putrinya selama ini....

"Apa tidak ada surat wasiat lainnya? Dia hanya meninggalkanku satu triliun saja?"

Pengacaranya hanya menatap Bianca ikut prihatin, "Sayangnya, iya, Mrs. Alba."

Bianca menahan emosinya, memejamkan matanya, "Tadi disebutkan bahwa 'Warisan Eira tidak akan pernah berpindah tangan kepada siapapun, terkecuali jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan', apa yang dimaksud dengan hal-hal yang tidak diinginkan itu?"

"Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut adalah seperti penolakan Miss Eira untuk menerima warisan ini—yang berarti warisannya akan disumbangkan pada yang membutuhkan— atau kematian."

Ekspresi wajah Bianca berubah menakutkan, "Baiklah kalau begitu, terima kasih atas bantuan anda, Pak."

Setelah pengacara itu pergi, senyum di wajah Bianca luntur seketika. Gelas teh yang dipegangnya ia lempar begitu saja. Seolah tak cukup, wanita cantik itu melemparkan apapun yang bisa ia lempar, membuat suara pecahan berbagai keramik memenuhi ruangan dengan mengecam.

Snow White and The Mafia - Book IIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin