Chapter 24: The Wait

5.3K 738 97
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

EIRA's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







EIRA's POV

"Kau yakin baju seperti ini yang harus kupakai untuk belajar bela diri? Apa tidak terlalu terbuka?" tanyaku ragu dengan tangan membentangkan sebuah bra karet dan memutar-mutarnya, aku belum pernah melihat bra berbentuk seperti ini.

Gisele memutar bola matanya untuk kesekian kalinya hari ini. "Harus kukatakan berapa kali kalau ini memang pakaian untuk itu, aku serius!" Gemas, ia merampas bra dari tanganku dan langsung meletakannya tepat di atas dadaku. Ia menggigit bibir bawahnya menilai penampilanku. "Well, kau tidak bisa pakai sport bra ini. Yang ini terlalu besar untukmu, mungkin aku bisa mencari milikku yang lebih lama lagi."

Gisele kembali sibuk mengacak-acak lemari pakaiannya. Ukuran dadaku memang sangat berbeda jauh dengan milik Gisele yang ranum dan menawan, jelas pakaian dalamnya tidak akan sesuai jika dikenakan olehku.

Sejak Raphael memintaku untuk berlatih bela diri, aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan tidak sabar untuk itu. Aku selalu merasa diriku terlalu lemah dibandingkan siapapun yang kukenal. Mungkin dengan menguasai seni bela diri—walau aku tidak yakin aku akan menjadi ahli—aku setidaknya bisa melindungi diriku sendiri dari ancaman orang-orang yang ingin berbuat jahat padaku.

"Dapat!" Gisele bersorak kemudian bangkit dari duduknya dan berlari ke arahku. Ia kembali menempelkan bra—ternyata namanya sport bra— itu ke dadaku lalu mengangguk puas. "Ya, yang ini harusnya cukup. Cobalah."

Siulan usil keluar dari mulut manis Gisele ketika aku keluar dari kamar mandi dengan sport bra dan legging hitam yang memeluk setiap lekukan tubuhku dengan sempurna. "Eira, aku jamin setiap pria akan tunduk melihatmu dalam balutan pakaian ini."

Pipiku memerah mendengarnya, "Kau berlebihan sekali, aku tidak ada apa-apanya dibanding kalian semua," ujarku seraya memeluk tubuhku sendiri.

Itu adalah fakta, semua wanita yang dipekerjakan di sini memiliki perawakan fisik sempurna dari atas hingga bawah. Aku pernah menanyakan hal ini pada Jocelyn dan ia menjelaskan bahwa Raphael menginginkan semuanya sempurna, karena di dunia ini wajah dan tubuh wanita adalah nilai jual mereka.

Snow White and The Mafia - Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang