4.4

3.6K 548 24
                                    

BAB EMPAT PULUH EMPAT

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

BAB EMPAT PULUH EMPAT

"I meet people and they become chapters in my stories."

― Avijeet Das

-

Jakarta,

tujuh tahun sebelumnya


"Indra?"

Suara Gita menggema dalam ruangan. Wajah gadis itu dihiasi kerutan dalam, seolah-olah ia tengah mencoba menonjolkan rasa tidak sukanya yang sudah kelewat terang-terangan tersebut. Matanya memperhatikan Indra yang masih setia berdiri di dekat jendela kamar sembari sedikit menunduk.

Perlahan, Gita bangkit dari posisi berbaringnya untuk menatap Indra lebih jelas. Indra pun mendongakkan kepalanya, agar ia dapat membalas pandangan Gita. Keduanya saling bertatap-tatapan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Gita merasakan sebuah perasaan takut merayapi hatinya.

"Kamu masuk dari mana?" tanya Gita pelan, hampir tidak terdengar.

Indra tersenyum. Dimasukkannya kedua tangannya ke dalam saku celana, sementara tubuhnya sendiri ia sandarkan ke dinding terdekat. "Jendela."

"Ini lantai dua."

"Aku bisa memanjat."

Gita membuka mulutnya, kemudian menutupnya lagi. Dijilatnya bibir yang terasa kering. "Aku mau kamu keluar. Aku lagi nggak mau ketemu siapa-siapa."

"Termasuk aku?"

"Apalagi kamu," angguk Gita mantap.

Indra menaikkan sebelah alisnya. "Aku nggak akan ada di sini kalau kamu nggak manggil aku, Gita."

"Aku nggak manggil kamu!" pelotot Gita kesal. "Bisa keluar sekarang?"

"Kamu butuh teman. Aku bisa—"

"Keluar! Kamu bikin aku takut!" jerit Gita. Rasa marah, takut, dan juga bingung memenuhi kepalanya. Dengan cepat, ia melangkah menuju meja belajar. Diraihnya kotak berisi peralatan lukisnya, kemudian ia mengangkatnya di atas kepala. "Keluar atau aku lempar ini!"

Mata Indra terbelalak lebar. "Gita, jangan lempar itu!"

"Keluar!"

Indra melangkah mendekat. "Gita, tenang dulu. Aku cuma—"

Ternyata, Gita tidak main-main. Gadis itu betul-betul melemparkan kotak alat lukisnya ke arah Indra. Benda tersebut pecah berantakan setelah membentur bahu Indra dan menabrak dinding di sebelah anak laki-laki tersebut. Namun, Indra tidak berhenti berjalan. Begitu pula Gita — tangannya bersiap meraup apapun yang berada di sekitarnya.

Indra ke-6Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ