21. Jalani saja

8.3K 621 68
                                    

Pangeran Jing Ke tertatih-tatih memapah ayahnya memasuki istana Jing, pria paruh baya itu terluka parah dan nyaris tidak sadarkan diri lagi jika saja Pangeran Jing Ke dengan sengaja mencubiti lengan sang ayah dengan hati yang terpaksa melakukannya. "Ayah..jangan pejamkan matamu. Aku mohon, demi kami ayah!", Seru pria itu masih memapah Raja Jing memasukki istana dengan terburu-buru.

Dengan cepat, para pelayan yang jumlahnya tidak seberapa membantu dengan membukakan pintu kamar milik Raja Jing, membenarkan ranjangnya agar nyaman di tiduri oleh pria paruh baya itu. Napas Pangeran Jing Ke terengah-engah ketika mendudukkan diri di tepian ranjang milik sang ayah,

"Ayah, Maafkan aku. Tapi demi keselamatan semua orang di istana Jing, aku harus melakukan ini. Jika ayah marah, pukul saja aku sepuas mungkin, namun ini tidak bisa mencegahku untuk mengambil stempel istana Jing ini..", Pria itu mengambil sebuah batangan dari giok yang berukiran burung phoenix.

Segera setelah mendapatkan yang di butuhkannya, pria itu berlari ke ruangan kerja sang ayah. Meraih sebuah kain berwarna merah, kemudian meraih kuas, mencelupkannya kedalam tinta hitam.

Langkah kakinya sangat cepat, dengan tangan kiri yang memegangi gulungan kain merah yang telah di tulisinya dengan kuas dan tinta hitam tadi. Langkahnya terhenti ketika dua orang prajurit wei menghentikan langkahnya. "Katakan pada Pangeran Wei Jin, aku datang membawa yang di inginkannya..",

Kedua prajurit itu saling melempar pandang, sebelum akhirnya salah seorang dari mereka berjalan menuju ke sebuah tenda. Memasukkinya dengan tergesa-gesa, "Pa-- Pangeran..", Salah seorang prajurit itu masuk dan berlutut di depan pria yang terlihat setengah mabuk akibat meminum terlalu banyak arak.

"Ada apa?", Tanyanya dengan tegas masih dipengaruhi oleh arak. Prajurit itu memberi penghormatan, "Pangeran Jing Ke telah datang membawakan dekrit yang anda inginkan..", lanjut prajurit itu menjelaskan alasannya menemui pria di depannya, yakni Pangeran Wei Jin.

Pangeran Wei Jin tersenyum menyeringai,

"Bawa dia masuk..", titahnya dan langsung di turuti oleh prajurit tadi.

Ini akibatnya jika bermain-main denganku, Pangeran Jing Ke. Dan kau! Xue Yue!

Dengan kasar, Kedua prajurit tadi menyeret dan mendorong Pangeran Jing Ke hingga jatuh tersungkur ke atas tanah. Gulungan kain merah di tangannya mengelinding dari pegangan tangannya, "Ambilkan, Pangeran Jing Ke..", Seru Pangeran Wei Jin dengan nada arogan.

Hina, sangat hina. Bagaimana bisa, Pangeran Wei Jin memperlakukan seseorang seperti ini. Bagaimanapun juga, Pangeran Jing Ke cukup di hormati karna kebijakkan dan kewibawaannya sebagai calon penerus istana Jing ke depannya. Namun sepertinya hal itu hanya akan menjadi harapan belaka,

"Kenapa diam saja, Pangeran Jing Ke? Apa terlalu jauh? Atau terlalu susah untukmu mengambilnya?", Cibir Pangeran Wei Jin dengan seringai jahat di wajah tampannya.

Sangat di sayangkan, sungguh. Terlambat sedikit saja, mungkin Xue Yue akan berada di tangan pria bengis ini. Entah apa yang akan di lakukannya pada sang adik kelak jika mereka resmi menjadi suami istri, mungkin adiknya akan di lemparkan ke kandang singa? Atau di buang ke sebuah ruangan kotor dan dingin.

Jika seperti ini, Pangeran Jing Ke bahkan bisa menilai. Jika, Kaisar Han bahkan lebih baik dari pada dia. Paling tidak, pria itu tidak akan menghinanya seperti yang di lakukan pria di depannya saat ini. Sungguh memalukan!!

"Bagus..", Seru Pangeran Wei Jin meraih gulungan kain merah itu. Membukanya perlahan dan membaca dengan teliti, tawanya mengelegar ke seluruh sudut tenda. Tersirat sedikit kepuasan setelah mendapatkan apa yang di inginkannya, "Oh, jangan khawatir. Aku akan memberimu hadiah kecil, Pangeran Jing Ke. Atau haruskah ku panggil, penjaga kandang kuda..?",

[COMPLETE] Being Emperor MistressWhere stories live. Discover now