18. Cemburu dan Kemunculan sebuah 'Rahasia'

10.6K 732 57
                                    

Untuk pertama kalinya, semua orang yang ada di kediaman Kaisar Han melihat bagaimana sosok lain dari pria itu. Begitu lembut, begitu ramah dan hangat pada seorang gadis, Yakni Putri Xue Yue yang sejak kemarin telah berubah menjadi Selir Xue.

"Ya-- Yang Mulia..", Panggilnya pelan seraya melepaskan tangannya yang melingkar di belakang pinggang lebar dan kokoh milik Kaisar Han.

Pria itu bergumam, bertanya alasan gadis itu memanggil dirinya. Tanpa melepaskan pelukannya dari Putri Xue Yue sedikitpun, justru semakin mengerat. Sesekali dagunya akan mengosok puncak kepala gadis itu, tandanya pria itu gemas dan juga senang dengan apa yang dilakukannya pada saat ini juga.

"Sa-- saya ingin mandi..", Ujar Putri Xue Yue masih dengan pelan.

Nyaris tidak terdengar karna suaranya yang bervolume kecil, atau mungkin karna dirinya tengah berbicara kepada seorang Kaisar sehingga dengan sengaja dia mengecilkan suaranya demi menjaga rasa hormat kepada sang kaisar. "Lalu? Pergi saja, apa harus ku antar? Atau mau ku temani..?",

Selir Xue, Gadis itu merona malu. "Bu-- Bukan, Yang Mulia. Tapi anda harus melepaskan saya dulu, tangan anda terlalu erat memeluki saya..", Lirihnya dengan gelisah dan gugup takut kalau-kalau Kaisar Han akan marah padanya.

Tapi tidak, Kaisar Han justru meraih dan mengangkat tubuh Selir Xue. Mengendongnya dengan begitu gagah, "Aku tidak mau melepaskanmu, Xue Yue. Tidak mau..", Tukas Kaisar Han membalas sambil tersenyum. Sementara gadis dalam gendongannya hanya bisa terdiam, wajahnya masih setia memerah karna malu.

"Ta-- Tapi, tidakkah sebaiknya Yang Mulia menemui Permaisuri?", Xue Yue terlihat ingin mengalihkan perhatian Kaisar Han dari dirinya. "Maksudku, semalam anda dan Permaisuri..po--pokoknya anda seharusnya menemuinya..", kegugupannya terlihat jelas dari bagaimana caranya berbicara.

Kaisar Han menatapi wajah cantik Selir barunya itu, lagi-lagi tersenyum. "Jadi..kau ingin aku bagaimana Xue Yue..? Kau ingin aku menurunkanmu disini, kemudian pergi ke kediaman permaisuri? Menanyakan apa dia baik-baik saja, atau apa semalam menyenangkan, begitu?", Goda pria itu semakin membuat Xue Yue tersipu malu.

Kedua tangannya mengenggam hanfu bagian pundak Kaisar Han dengan erat, takut jika sampai dia akan terjatuh dari gendongan Kaisar. Tentu saja Kaisar Han sendiri menyadari hal itu, jadi dia sengaja mengendong gadis itu asal-asalan. Meski begitu dia bisa menjamin jika Xue Yue tidak akan terjatuh atau melorot dari atas gendongannya,

"Ka-- Kalau iya, apa Yang Mulia akan pergi dan menemui Permaisuri sekarang? Jika Yang Mulia bersedia, saya akan pergi mandi sekarang dan anda bisa menikmati waktu bersama Permaisuri..",

Kaisar Han perlahan menurunkan Putri Xue Yue, menghembuskan napasnya dengan sedikit kasar lewat lubang hidungnya. Tangan kekarnya terangkat sebelah dan mengusapi puncak kepala gadis itu, "Baiklah, jika itu maumu. Aku akan pergi menemui Permaisuri sekarang juga, kau pergilah mandi di kolam mandi istana..",

Xue Yue mengangguk-angguk mengerti, "Mintalah para dayang melayanimu..", ujar Kaisar Han lembut pada Putri Xue Yue, selir barunya yang dengan liciknya berhasil dijebak untuk menyetujui perjanjian itu. Xue Yue kembali mengangguk-angguk, memberi jawaban kepada Kaisar Han.

***

"Jing'er..kau-- kau sudah pulang. Syukurlah, kami sangat mengkhawatirkanmu..", Ratu Jing terlihat sangat lega melihat kepulangan putranya itu. Begitu juga dengan Raja Jing yang berdiri disamping sang istri sambil melipatkan tangannya di belakang pinggul,

Pangeran Jing Ke tersenyum tipis, tidak bertahan lama sebelum akhirnya di ganti dengan ekspresi datar dan juga sedih. "Ada apa, Jing'er..?", Tanya Ratu Jing melihat kesedihan putranya itu. Wanita paruh baya itu melihat-lihat ke belakang putranya, mencari-cari sesuatu yang tidak dilihatnya sejak dari tadi.

"Dimana adikmu, Jing'er..? Dimana Xue Yue, adikmu berada.?!", Ratu Jing panik. Sementara Raja Jing berusaha menenangkannya, putra mereka hanya diam. Dengan kedua tangan yang dikepalkan, menundukkan kepala,

Cerita panjang, menjadi pendek ketika Pangeran Jing ke menceritakan intinya pada kedua orang tuanya, yakni Raja Jing dan Ratu Jing. Keduanya terperanjat tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar, apalagi hal ini menyangkut putri mereka.

"Tidak!", Ratu Jing memekik keras. Matanya membelalak besar, Raja Jing sendiri mengelengkan kepalanya sambil menyanggakan tangannya pada meja kecil disamping tempatnya tengah duduk. "Itu benar Ibunda, adik mengatakannya sendiri di depanku, Pangeran Wei Jin dan Permaisuri Han. Tapi aku yakin.",

Pria itu mengepalkan tangan kanannya, "Adik, hanya melakukannya karna terpaksa. Aku mengenalnya dengan baik, kita semua..mengenalnya dengan baik. Dia tidak mungkin demi harta dan kekuasaan akan melakukan hal seperti itu, karna Xue Yue yang ku kenal tidak mencintai harta dan kekuasaan.",

Ratu Jing mengangguk, dengan raut wajah yang kusam dan sedih. "Benar, Suamiku. Apa yang dikatakan Jing'er benar, putri kita Xue Yue tidak akan melakukan hal seperti itu. Aku ingat, ketika dulu kita berdua pulang dari berkunjung ke istana kekaisaran dan membawa sebuah tusuk konde mewah untuknya..", wanita paruh baya itu berujar.

"Dan lalu apa kau tau apa yang dilakukannya dengan tusuk konde itu? Bukannya memakainya, dia justru dengan cepat berlari menuju dapur istana. Mencari sahabat kecilnya, Nana dan memberi tuduk konde itu padanya..",

Kali ini Raja Jing yang mengangguk, setuju dengan perkataan istrinya. "Benar, aku yakin. Xue Yue pasti ditekan untuk mengatakan hal itu, Yang Mulia pasti mengatakan sesuatu padanya hingga membuatnya terpaksa mengatakan hal yang paling tidak disukainya..",

"Lalu kenapa? Apa gunanya, Ayahanda..Ibunda..? Apa ada yang percaya dengan kita? Sekarang bahkan Pangeran Wei Jin membenciku, membenci Xue Yue. Gadis yang dicintainya, hanya karna perkataan adik waktu itu..", Putra mereka, Pangeran Jing Ke tertawa sinis dengan raut wajah sedih.

Baik Raja Jing maupun Ratu Jing sama-sama menunjukkan ekspresi tidak mempercayai kata-kata Putra mereka barusan, bagaimanapun juga mereka tau dengan jelas betapa Pangeran Wei Jin mencintai Xue Yue.

Dap..dap..dap..

Seorang prajurit terlihat berlari masuk dengan tergesa-gesa, kegelisahan dan kepanikan terlukis jelas di wajahnya. "Ada apa ini?!", Raja Jing memekik heran menatap tajam pada prajurit yang telah lancang memasuki ruangan pribadinya tanpa ijin.

"Ma-- Maafkan Hamba, Yang Mulia Raja. Tapi..tapi di luar pasukan istana Wei datang dan tanpa diketahui penyebabnya menyerang, dan menghancurkan gerbang utama istana..",

Raja Jing terkejut, Sementara sang istri terlalu syok hingga jatuh pingsan. "Sial! Pelayan, bawa Ibunda ke kamarnya untuk beristirahat, Kau ikut aku untuk memimpin pasukan. Ayahanda, apa kau akan ikut denganku atau menjaga Ibunda..?", Tanyanya pada sang ayah sekaligus memerintah para dayang untuk membawa Ratu Jing ke kamarnya.

Tentu saja, Raja Jing akan memilih ikut bersama putranya. Mengingat dia adalah seorang Raja, dan sudah sewajarnya dia memimpin pasukan bersama putranya, yakni Pangeran Jing Ke.

"Baiklah, Ayahanda. Kita sebaiknya cepat..", Ujar Pangeran Jing Ke berjalan cepat bersama prajurit tadi yang berjalan tepat di belakangnya. Raja Jing menyamakan posisinya dengan sang putra, dengan cepat bergegas ke tempat barak pasukan.

Pangeran Wei Jin, kau yang memulai ini semua..!!

Tbc.

[COMPLETE] Being Emperor MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang