4. Lamaran

13.1K 953 8
                                    

Setiap semenit sekali, Putri Xue Yue akan melirik keluar dari jendela tandunya ditemani sang kakak bersamanya. Pria yang berstatus sebagai penerus raja Jing selanjutnya itu mengeleng dan tersenyum geli melihat tingkah sang adik. "Kenapa lagi..? Masih saja kepikiran soal itu?", tanyanya pada Putri Xue Yue yang menutup kembali tirai jendelanya dan memposisikan diri untuk duduk dengan benar.

"Tidak..", Lirih Putri Xue Yue terlihat murung dan juga gelisah. Pangeran Jing Ke mengeleng pasrah,

"Meimei, Kakak tau kau masih berpikiran jika Pangeran Wei Jin tidak mau menerima lamaran kita, bukan begitu?", ujarnya menatap serius dan lurus pada sang adik yang memiringkan tubuhnya sedikit untuk menyesuaikan posisi kearah sang kakak yaitu Pangeran Jing Ke.

Gadis itu mendengus, "Ge, Sudahlah. Lagipula hanya sebuah ciuman saja, kenapa kalian begitu histeris..", dengusnya setengah menyindir ketiga anggota keluarganya, yakni Raja Jing, Ratu Jing dan Pangeran Jing Ke kakaknya sendiri.

Pria disampingnya itu memutar bola mata malas, kedua tangannya meraih dan mencubiti kedua sisi pipi Putri Xue Yue hingga membekas memerah juga membuat gadis itu merintih sekaligus meringis secara bersamaan. "Kakak jahat!", Pekiknya memalingkan wajah kearah jendela tidak mempedulikan Pangeran Jing Ke yang sejak tadi tersenyum lega melihat adiknya.

"Ya, Kakak memang jahat. Kakak sudah tidak mau adiknya lagi, jadi aku mau menjualnya pada Pria lain..", Ujar Pangeran Jing Ke mengoda Putri Xue Yue yang langsung membalikkan tubuhnya menghadap sang kakak dengan kedua bola mata yang melotot besar kearahnya.

Suara gebukan juga rintihan dari Pangeran Jing Ke sontak membuat semua rombongan yang mengiringi mereka diluar tandu ingin tertawa, namun mereka harus menahannya. Bagi mereka, melihat keakraban kakak beradik itu saja sudah cukup membahagiakan.

"Kak..", Panggil Putri Xue Yue yang kini tengah memeluk kakaknya dari arah depan dengan kedua tangan melingkar dileher Pangeran Jing Ke. Sang kakak yang dipeluk hanya bergumam untuk menjawab panggilan sang adik,

"Bagaimana jika Kak Wei Jin menerima lamaran kita nanti..?", Ujar Putri Xue Yue sedikit gelisah. Sementara Pangeran Jing Ke hanya tersenyum sambil mengusapi punggung sang adik, sambil sesekali memainkan rambut panjang Putri Xue Yue yang terurai setengah.

"Seharusnya kau senang, adik. Jika Pangeran Wei Jin menerima lamaran kita..", Balas Pangeran Jing Ke menjawab pertanyaan berupa kekhawatiran dari Putri Xue Yue. Gadis itu mengeratkan pelukannya, membenamkan seluruh wajahnya pada leher sang kakak.

Sesuatu yang basah dan hangat terasa menyentuh permukaan kulit leher Pangeran Jing Ke. Pria itu sadar jika sesuatu itu adalah sesuatu yang tentu saja sangat berharga, "Adik..? Kau menangis?", tanyanya seraya mengusap punggung Putri Xue Yue lebih lama lagi. Gadis itu mengeleng, kembali mengeratkan pelukannya pada sang kakak.

"Adik, Kakak tau kau menangis..", tukas Pangeran Jing Ke sedikit khawatir dengan adiknya. Tangannya mencoba mendorong tubuh sang adik agar melepaskan pelukannya sehingga dirinya bisa melihat wajah Putri Xue Yue, untuk memastikan apakah gadis itu tengah menangis atau tidak.

Suara isakan terdengar disela-sela perjuangan Pangeran Jing Ke untuk mengecek kondisi sang adik yaitu Putri Xue Yue,

"Ge..", lirih gadis itu tepat di dekat telinga Pangeran Jing Ke. "Jika aku benar-benar menikah dengan Kak Wei Jin, apa itu berarti aku dan kakak akan berpisah? Apa kita tidak bisa seperti dulu lagi? Bermain, bertengkar dan memperebutkan kasih sayang ayah juga ibu...", lanjutnya semakin terisak bahkan terang-terangan menangisi pakaian sang kakak.

Pangeran Jing Ke tersenyum geli, "Kau ini, bodoh sekali hm..", sindirnya halus pada sang adik. "Bukankah kau bisa datang ke istana Jing kapan saja? Atau kakak yang akan pergi kesana menemuimu, jadi jangan menangis. Jangan takut tidak bisa bertengkar dengan gege lagi..", sambungnya setengah meledeki Putri Xue Yue yang kini menangis disertai tawa yang tersendat-sendar mendengar sindiran sang kakak.

"Lagipula, Kau ini belum menikah saja sudah begini. Apa jangan-jangan satu hari sebelum pernikahan kau akan melarikan diri?", Cibir Pangeran Jing Ke menjentikkan jarinya pada kening Putri Xue Yue, hingga gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi keningnya dan sesekali mengusapinya.

"Kan hanya pengandaian saja, Kak..", Ketus Putri Xue Yue mendengus kemudian memalingkan wajahnya ke arah jendela dengan kedua tangan yang terlipat diatas dada. Pangeran Jing Ke terkekeh kecil melihat tingkah mengemaskan adik kecilnya yang telah beranjak dewasa sekarang.

***

"Kita sudah sampai..", Ujar Pangeran Jing Ke menengok keluar jendela dengan tangan yang menyibakkan tirai yang menutupi jendela kecil pada samping tandu. Putri Xue Yue mengikuti langkahnya dengan menengok keluar jendela. Mendapati gerbang masuk istana Wei ada didepan sana. Terlihat dua orang prajurit memeriksa setiap orang yang akan masuk, termasuk keluarga istana Jing sekalipun.

Setelah selesai, rombongan istana Jing diperbolehkan memasuki istana Wei. Dan sampai dihalaman utama istana Wei, "Em, Ayahanda, Ibunda, Kakak. Xue'er mau ke kamar kecil sebentar. Kalian duluan saja..", ujar Putri Xue Yue tiba-tiba harus pergi ke kamar kecil. Raja Jing dan Ratu Jing mengiyakan sementara Pangeran Jing Ke mengelengkan kepalanya pasrah dengan kelakuan sang adik.

Maka, Pergilah Putri Xue Yue sendirian mencari kamar kecil. Setelah bertanya pada dayang akhirnya dia sampai dikamar kecil umum yang ada disana.

'Huh! Aku tidak mengerti, kenapa Ayahanda dan Ibunda mencarikan calon permaisuri untukku ditempat seperti ini...'

'Lihat, semuanya hanyalah barang murahan. Bahkan tidak ada yang menarik sama sekali disini..'

'Benar-benar istana yang mengerikan, ini lebih bisa disebut gubuk daripada istana..'

Putri Xue Yue yang kesal karna istana dari pria yang disukainya dihina seperti itu tanpa berpikir panjang langsung menarik lengan pria yang berceloteh sendiri sejak tadi di depan kamar kecil umum itu.

"Kau tidak boleh mengatai istana kak Wei Jin seperti itu?!", Pekik Putri Xue Yue setengah melotot pada pria dalam balutan pakaian mewah dan sudah jelas terlihat mahal.

Pria itu menatap heran dan binggung kearah Putri Xue Yue, "Hei, Nona. Kau itu siapa? Kau pikir kau sedang berbicara dengan siapa hah?!", ketus pria itu tidak mau kalah pada Putri Xue Yue.

"Lagipula, yang kukatakan itu benar. Tempat ini sudah seperti kandang kuda ditempatku..", tukas pria itu lagi semakin menghina istana Wei tempat tinggal Pangeran Wei Jin yang sekitar seminggu yang lalu datang berkunjung ke istana Jing, rumah dari putri Xue Yue.

"Sudah, aku tidak mau berbicara dengan orang tidak jelas sepertimu. Sebaiknya aku cepat pergi atau ayahanda akan melemparkanku ke kandang singa miliknya..", ujar pria itu berjalan meninggalkan Putri Xue Yue begitu saja yang masih mengejarinya dengan langkah yang perlahan menjadi larian kecil hingga langkah mereka berdua terhenti dihalaman utama istana Wei.

"Berhenti!!", Pekik Putri Xue Yue disaat yang bersamaan terlihat ayahanda, Ibunda juga kakaknya tengah bersama dengan banyak orang.

"Xue'er??!",

Tbc.

😂 Ngebut aku ngetiknya,

[COMPLETE] Being Emperor MistressWhere stories live. Discover now