Bab 21 : Bunga Tidur

12.9K 1.3K 10
                                    

Sudah dua hari berlalu, tapi Nico masih belum sadarkan diri. Aku juga makin merasa cemas. Sepertinya belum ada efek dari lanjutan cerita yang aku tulis. Atau... ini memang enggak akan berhasil?

Hari ini aku juga datang ke rumah sakit untuk menjenguk Nico. Di depan rumah sakit masih ada beberapa wartawan yang datang untuk mencari tahu kabar tentang Nico. Berita kecelakaan mobil yang terjadi pada Nico cukup jadi berita besar di semua stasiun TV.

Aku sampai di kamar VIP di mana Nico dirawat. Dan seperti hari sebelumnya, Miranda masih dengan setia menemani Nico. Dia duduk di samping tempat tidur Nico dengan matanya yang hanya tertuju pada Nico.

"Hai, kamu datang." sapa Miranda ketika dia menyadari kehadiranku.

"Bukannya kamu ada jadwal pemotretan hari ini?" tanyaku.

"Iya, sebentar lagi. Kamu enggak capek habis pulang kerja langsung ke sini?" Miranda masih saja mengkhawatirkan aku, padahal dia sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya. Tapi dia selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk Nico.

"Enggak apa-apa kok."

"Oya, nanti Tia bakal datang ke sini sama mamahnya Nico. Jadi kamu bisa tunggu di sini sampai mereka datang kan."

"Iya."

"Kalau gitu aku pergi dulu ya." Miranda pun pamit pergi setelah mengambil tasnya di kursi.

Setelah Miranda pergi aku duduk di sebelah Nico. Menatapnya. Hanya menatapnya seperti hari sebelumnya. Perbannya masih menempel di kepala Nico. Beberapa gores luka juga masih terlihat di wajah dan tangannya.

Kenapa rencanaku enggak berhasil? Apa ada yang salah sama cerita yang aku buat itu? Aku kira dengan membuat Nico yang ada di dalam novel sadar, Nico yang di dunia nyata juga akan sadar.

Tapi ternyata, memang dunia khayalku itu, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata ini.

"Kenapa kamu enggak bangun, Nico? Aku tahu, aku mungkin bodoh dan gila karena berpikir bisa menyelamatkan kamu lewat novel yang aku buat. Tapi cuman ini yang bisa aku lakukan. Karena aku merasa semua ini adalah salah aku. Kamu kecelakaan... dan jadi seperti ini karena aku." aku menggenggam tangan Nico dengan erat. Suaraku pun rasanya mulai sulit dikeluarkan, seperti ada sesuatu yang menahan.

Lalu tiba-tiba aku terpikirkan sesuatu.

Apa jangan-jangan... Harus ada yang jadi Lova di dunia nyata ini? Aku kira yang menjadi Lova di kehidupan Nico di dunia nyata ini adalah aku. Kecelakaan mobil yang terjadi pada Nico di dalam novel melibatkan Lova, sedangkan kecelakaan mobil pada Nico kemarin melibatkan Miranda. Jadi supaya Nico bisa sadar, tidak penting siapapun itu, yang pasti kejadiannya harus sama seperti di dalam novel?

Aku pun berpikir untuk mencoba apa yang dilakukan Lova di dalam novel kepada Nico.

Aku mendekati Nico dan memperhatikan wajah Nico. Lalu berbisik.

"Aku enggak tahu apa ini akan berhasil atau enggak. Kita memang bukan sedang di negeri dongeng. Tapi sejujurnya aku sangat berharap ini akan berhasil. Karena ini cara terakhir yang aku punya." suaraku semakin serak karena menahan tangis, dan berat rasanya untuk mengeluarkan kata-kata ini.

"Nico... aku mencintai kamu." lalu aku pun mencium kening Nico dengan lembut. Air mata yang aku tahan akhirnya mengalir juga.

Aku memandang Nico dan melihat apa ada perubahan yang terjadi. Tapi enggak terjadi apapun. Dia tetap tidak bangun.

Maaf Nico... Aku mohon, tolong kamu bangun.

Aku hanya bisa tertunduk dan menangis sambil masih memegang erat tangan Nico dengan kedua tanganku.

SEMPURNA [END]Where stories live. Discover now