Bab 2 : Takdir?

34.5K 2.3K 23
                                    

Besok paginya. Aku langsung pergi menuju tempat Miranda, di mana dia akan melakukan pemotretan. Pagi-pagi aku sudah menghubungi manajer Miranda lebih dulu, dan mereka minta aku untuk langsung datang saja ke tempat pemotretan mereka itu. Sebelumnya aku juga sudah chat dengan mbak Lilian kalau aku enggak bakal ke kantor dulu tapi langsung menemui Miranda.

Tempat pemotretannya dilakukan di sebuah kafe. Begitu masuk nuansa klasik namun mewah langsung terasa. Ruangan dominan berwarna hitam memberi suasana terkesan mewah.

Suasana kafe masih sepi pengunjung, karena ini masih terlalu pagi juga. Aku pun berjalan semakin masuk ke dalam kafe, terdengar suara orang-orang sedang mengobrol dan tertawa. Di salah satu pojok kafe ternyata ada beberapa orang sedang asyik mengobrol di salah satu sofa. Dan yang buat aku kaget adalah, ada Dennis di situ.

Dia duduk di samping seorang wanita yang berpakaian cukup seksi, dan wanita itu bukan Karina, aku rasa dia juga bukan Miranda. Meskipun rambutnya sama-sama panjang dan berwarna agak kecoklatan, tapi dari wajahnya yang aku lihat sekilas, itu bukan Miranda. Tapi masalahnya, kenapa Dennis ada disini? Oh iya... Aku dengar dari Karina kalau Dennis kerja sebagai photographer. Mungkin itu alasannya kenapa dia ada disini.

"Permisi." akhirnya aku memutuskan untuk bersuara.

Dengan hanya satu kata ini suasana yang tadinya penuh tawa tiba-tiba jadi sunyi. Dan ketika Dennis melihat ke arahku, raut wajahnya langsung menjadi pucat, seperti orang yang tertangkap basah.

I got you!

"Cari siapa ya?" tanya salah seorang pria yang juga berada di kelompok itu.

"Saya dari majalah Ladies. Saya datang ke sini untuk mewawancarai mbak Miranda. Kebetulan saya sudah janji dengan beliau bertemu di sini."

"Oh, dia lagi di make up di dalam. Tunggu aja di sini, bentar lagi juga dia keluar. Silakan duduk dulu." ujar pria itu.

"Iya, terima kasih."

Aku melihat-lihat ke sekeliling mencari kursi kosong, ada satu kursi kosong yang posisinya berhadapan dengan Dennis. Malas banget kalau aku duduk di situ, selain harus berhadapan dengan Dennis, aku juga enggak nyaman duduk dengan orang-orang ini. Jadi aku memilih duduk di kursi lain yang membelakangi mereka.

Menunggu beberapa menit jadi terasa sangat lama saat kamu berada di saat dan tempat yang enggak nyaman. Selagi menunggu, aku cek handphone saja. Aku lihat foto profil di chat-nya Karina, foto dia dan Dennis tentunya.

Apa mereka enggak pergi bulan madu ya? Aku enggak sempat tanya-tanya ke Karina sih, apa mereka langsung pergi bulan madu setelah menikah. Tapi kalau Dennis ada disini, apa itu artinya mereka menunda bulan madu mereka?

Sementara aku memikirkan ini, orang yang bersangkutan malah asyik ketawa dan mengobrol sama perempuan seksi di sebelahnya. Well... Sebenarnya enggak masalah mau dia duduk di antara para wanita secantik dan seseksi apapun, tapi tadi aku lihat dengan jelas walaupun sebentar, kalau salah satu tangan Dennis merangkul bahu perempuan di sebelahnya itu. Dan waktu Dennis melihat kedatanganku tentu saja dia langsung melepas rangkulannya itu.

Dasar... Aku kira dia sudah berubah, setidaknya sedikit saja, dia ubah sikapnya yang ramah kepada semua orang itu, terutama para wanita. Dan kenapa juga harus aku yang menyaksikan ini?!

"Hai, kamu yang dari majalah Ladies itu kan?" tiba-tiba suara seorang wanita menyapaku. Dan ketika aku berdiri, ternyata orang itu adalah Miranda.

Dengan wajahnya yang sudah didandani dan rambut panjang coklat kemerahannya yang tergerai. Meski dia hanya memakai casual long dress berwarna abu-abu, tapi yang namanya model mau pakai baju sebiasa apapun pasti tetap terlihat stylist.

SEMPURNA [END]Where stories live. Discover now