[INDONESIANA : CHAPTER 10]

557 53 4
                                    

Uhang Pandak Kaki Tabalik dan Hantu Tirau

Uhang Pandak Kaki Tabalik atau Orang Pendek Kaki Terbalik merupakan makhluk criptozooid yang ada di sekitar Gunung Kerinci dan hutan-hutan Jambi, orang-orang pendek ini hanya memiliki tinggi maksimal 124-130 cm dan lututnya terbalik (menghadap ke ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uhang Pandak Kaki Tabalik atau Orang Pendek Kaki Terbalik merupakan makhluk criptozooid yang ada di sekitar Gunung Kerinci dan hutan-hutan Jambi, orang-orang pendek ini hanya memiliki tinggi maksimal 124-130 cm dan lututnya terbalik (menghadap ke belakang bukan menghadap ke depan selayaknya primata atau manusia). Mereka memiliki bulu lebat seperti kera namun bisa berbicara bahasa manusia. Menurut legenda, kaum lelakinya disebut Uhang Pandak sementara kaum perempuannya disebut Hantu Pirau/Tirau. Khusus untuk Hantu Tirau, kelakuannya lebih buruk daripada Uhang Pandak. Apabila Uhang Pandak cenderung menghindar jika bertemu manusia, Hantu Tirau cenderung memaki dan mengumpat-umpat dahulu sebelum pergi menghindar. Selain itu Hantu Tirau juga dikenal suka menggoda anak-anak manusia sampai menangis. Konon sesosok Hantu Tirau pernah ditangkap oleh seorang Raja Jambi di masa lampau dan menganugerahkan kepada si Raja Jambi cincin ajaib bernama Cincin Pinto-Pinto yang dibawa pulang oleh Raja Jambi ke kota asalnya yang bernama Bambay di Keling (India), dan akhirnya berhasil menjadikan kota Bambay penuh berhiaskan mutiara, permata, dan intan dalam semalam saja.

Gadam, Pamunu, Pamodilan

Adalah tiga dari ragam sihir para Datu (Dukun) Batak. Pamunu atau Pembunuh Tanduk adalah sihir yang melumpuhkan sihir lawan, Gadam adalah sihir kutukan yang menjadikan korbannya sakit kusta sementara Pamodilan adalah sihir untuk menjatuhkan lawan (saya pribadi di cerita ini menerjemahkannya sebagai menjatuhkan lawan dengan tembakan energi).

Laklak

Pustaha Laklak adalah kitab kulit kayu yang berisikan sejumlah tabas (mantra) dan hadatuon (ilmu gaib) Suku Batak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pustaha Laklak adalah kitab kulit kayu yang berisikan sejumlah tabas (mantra) dan hadatuon (ilmu gaib) Suku Batak. Laklak biasa diwariskan seorang Datu kepada anak atau muridnya, namun saat ini sebagian besar Laklak disimpan di museum baik museum dalam negeri ataupun luar negeri. Laklak pertama konon berjudul 'Pustaha Agong', sebuah buku laklak (kulit kayu) yang berisikan secara lengkap ilmu hadatuon. Secara mitologis, buku tersebut diwariskan oleh si Raja Batak (Raja Orang Batak pertama) kepada anaknya Guru Tatea Bulan yang menjadi datu dan datu guru pertama. Guru Tatea Bulan kemudian mengajarkan ilmu hadatuon itu kepada anak-anaknya.

Gunung Kerinci

Gunung Kerinci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gunung Kerinci adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia dan juga merupakan gunung tertinggi di Sumatra yang terletak di jajaran Pegunungan Bukit Barisan, antara provinsi Jambi dan Sumatra Barat. Hutan Gunung Kerinci menurut mitos lokal merupakan rumah dari para Uhang Pandak Kaki Tabalik dan Hantu Tirau.

Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara

Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara atau terjemahan bebas judulnya adalah Pustaka Tentang Raja-raja Yang (Pernah) Berkuasa Di Bumi Nusantara adalah satu dari sekian puluh jilid naskah yang konon disusun oleh Pangeran Carbon (Cirebon) bernama Pang...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara atau terjemahan bebas judulnya adalah Pustaka Tentang Raja-raja Yang (Pernah) Berkuasa Di Bumi Nusantara adalah satu dari sekian puluh jilid naskah yang konon disusun oleh Pangeran Carbon (Cirebon) bernama Pangeran Wangsakerta pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Pustaka ini banyak memaparkan fakta sejarah yang cocok dengan penelitian-penelitian sejarawan Belanda sehingga menimbulkan kecurigaan sebagian sejarawan bahwa pustaka ini palsu. Namun selain memaparkan sejarah Sriwijaya dan Majapahit, pustaka ini juga memaparkan soal Salakanagra, kerajaan pendahulu Tarumanegara serta konflik antara Bhumijawa (Keling atau sekarang daerah Semarang-Kudus-Jepara) dan Sriwijaya sebelum Sriwijaya takluk pada raja Chola dan terakhir kali pada Majapahit. Pustaka ini juga memaparkan keberadaan Purusa, makhluk serupa manusia yang berjalan tegak namun berbulu lebat dan kurang beradab. Deskripsi Purusa dan sub-sub jenis Purusa dalam Pustaka ini amat mirip dengan deskripsi manusia purba seperti Homo erectus, Homo wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo floriensis.

Naskah Wangsakerta pertama kali ditemukan oleh Sejarawan bernama (Alm.) Atja yang kemudian diteliti bersama dengan peneliti senior (Alm.) Prof. Ayatrohaedi. Saat ini naskah kontroversial ini disimpan di Museum Sri Baduga.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang