BAB 1.2 : WARAK

1.2K 134 8
                                    

Di pinggir pantai, Oka masih berusaha menahan serangan-serangan dari Todak yang menjadi lawannya. Para prajurit garis depan yang tersisa telah mengambil amunisi mereka dari kotak yang terjatuh dan sekarang mereka berusaha sebaik mungkin untuk menghalau Todak-Todak lain yang terus bermunculan dari bibir pantai. Tangan-Tangan Tak Bertubuh dan beberapa Orang Bati pun terkadang ikut muncul dari balik kabut darah.

Todak ini besar namun lincah dan tangguh, berkali-kali Oka nyaris kena tusukan tanduknya. Letusan granat yang tadi sempat Oka lemparkan juga tidak banyak meninggalkan luka gores pada tubuh Si Todak. Tusukan pisau laser di kedua tangan Oka juga tak berdampak banyak. Pisau laser sedikit bisa menembus kulitnya namun tetap saja makhluk itu tetap binal, liar, dan ganas. Satu-satunya yang bisa Oka lakukan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar adalah dengan memancing makhluk itu keluar dari area yang jadi pusat pertahanan para prajurit.

Meski begitu, ternyata sekedar bertahan lima menit saja sudah sangat membuat Oka kepayahan. Meski dengan bantuan stimulus zirah Dwarapala, otot-ototnya yang baru saja sembuh kadang tidak mau menuruti manuver menghindar yang diprogram oleh zirah itu. Oka tahu dia sudah mencapai batas kemampuannya tapi mundur bukan pilihan yang mau dia ambil.

Sampai Kapten Pusaka meneriakinya melalui visornya. "Oka! Minggir dari sana!" kata Kapten Pusaka.

"Kenapa Kep?"

"Ada badak jatuh bebas dari angkasa!!!"

Kapten Pusaka biasanya jarang bercanda di medan tempur, jadi Oka langsung mematuhi perintah Kapten Pusaka dengan melemparkan bom asap untuk mengelabui pandangan Si Todak dan langsung lari menghindar dari jangkauan serangan Si Todak. Meski begitu Oka belum paham dengan maksud Kapten Pusaka yang bilang 'ada badak jatuh bebas dari angkasa'. Kepalanya ia angkat, instingnya langsung menerjemahkan kata 'badak' sebagai ancaman makhluk aneh tipe baru, dan itulah yang ia cari-cari di udara saat ini. Antara badak terbang atau monster badak yang mengalami masalah kelebihan berat badan, namun yang ia dapati malah sosok berzirah abu-abu dengan topeng cula.

Itu badaknya? Batin Oka bertanya-tanya.

*****

Di sisi lain, Panji baru saja menyadari satu hal yang tak pernah disadarinya selama ini : dia takut ketinggian! Selama ini simulasi penerjunan virtual terasa asyik-asyik saja bagi dirinya namun setelah mengalaminya sendiri, ternyata penerjunan itu benar-benar di luar bayangannya : benar-benar mengerikan!

Zirahnya memang mengirimkan stimulus yang memaksa supaya setiap serat ototnya berada di posisi yang benar sehingga ia nanti bisa mendarat dengan 'benar' namun tiba-tiba saja layar visornya memunculkan sesosok bayangan abstrak yang membentuk sosok mirip badak warna kelabu.

"Ada terlalu banyak 'kroda' di bawah sana. Kita harus hantam bumi supaya seluruh 'kroda' yang masih bersembunyi keluar dan gerbangnya mengecil, setelah itu kita akan babat mereka sampai habis!"

"Tapi di bawah sana juga ada sekutu kita, Warak!" kata Panji.

"Suruh mereka minggir!" dan sosok bayangan badak itu pun menghilang dari layar visor Panji.

Panji pun segera menghubungi Prof. Denny, "Prof, Warak mau bikin sedikit 'kerusakan' dan 'gempa bumi'. Tolong minta agar para tentara minggir."

"Dimengerti!" jawab Prof. Denny singkat.

Permukaan tanah sudah di depan mata, Panji sudah berhasil memposisikan diri pada posisi mendarat yang benar namun Warak segera mengambilalih kendali AI pada zirah itu dan membuat Panji merasakan tangan kanannya dialiri kekuatan yang amat besar.

"Ayo Cah Bagus! Kita bikin gempa!" kata Warak lagi.

*****

Begitu Panji mendarat di permukaan tanah, hanya selang sedetik, tangan kanannya telah ia hantamkan ke permukaan tanah pantai yang berpasir hitam tersebut. Getaran hebat pun terasa ke sepenjuru timur kota namun dengan segera Panji bisa menyaksikan kabut merah yang tadinya pekat kini perlahan memudar pasca gempa lokal itu usai. Todak-todak bermunculan di sepanjang garis pantai. Semuanya menatap nyalang ke arah sosok Panji yang berzirah badak hitam itu.

Panji sendiri sekarang merasa lebih tenang. Makhluk-makhluk ini kurang lebih sama dengan makhluk-makhluk yang ia lawan di simulasi. Panji hanya perlu melakukan satu hal untuk membereskan ini semua. "Pilih senjata!" katanya dan sejumlah opsi pilihan senjata muncul di layar visornya. Panji memilih opsi senjata bernama 'Sika Warak', sepasang pedang lengkung kembar bermotif cula badak. Begitu mulut Panji mengucapkan, "Sika Warak!", dari lengan zirah Panji, senjata itu perlahan terbentuk di kedua tangannya.

Todak-Todak beranjak maju, tak terkecuali Todak yang tadi menjadi lawan Oka. Semuanya menatap Panji dengan tatapan mata merah penuh kebencian lalu semuanya serempak melompat ke arah Panji, dengan tanduk pedang mengarah ke tubuh remaja berbalut zirah abu-abu tersebut.

Panji mencengkeram kedua pedang lengkung kembarnya. Ia langsung merunduk dan membiarkan sejumlah Todak saling tabrak dan tusuk di antara mereka sendiri. Sensor di visornya menyatakan bahwa jumlah Todak yang harus ia lawan ada sekitar 30 Todak. Yang terluka karena saling tabrak tadi ada lima. Yang masih segar nan bugar ada 25. Panji menatapi calon-calon lawannya lalu memilih salah satu Todak yang kelihatannya paling besar. Visor di helmnya menampilkan menu-menu bantu pembidikan target. Panji langsung berlari ke arah Todak yang paling besar itu namun sejumlah Todak lain langsung melompat ke hadapannya, menghalangi langkahnya.

Panji mengayunkan tangan kirinya, menebas kepala salah satu Todak hanya dengan sekali ayunan semata. Ia kemudian lanjutkan aksinya dengan ayunan tangan kanannya yang berhasil memotong tubuh seekor Todak menjadi dua bagian. Todak lain pun tak tinggal diam. Sejumlah Todak kini tak lagi mempedulikan berondongan tembakan dari penembak runduk yang berada di garis belakang pertahanan dan terus melaju ke arah Panji. Delapan Todak berhasil dilumpuhkan oleh para penembak runduk namun setidaknya tiga Todak masih melenting ke arah Panji.

"Awas di belakang!" suara Warak kembali terdengar di helm Panji.

Panji membalikkan badan dan melemparkan salah satu pedangnya ke arah tiga Todak tersebut. Pedang itu melayang lalu berputar-putar bak bumerang dan sukses menebas kepala ketiga Todak tersebut. Todak lainnya masih belum menyerah, tujuh Todak yang tersisa kini tampak membuat formasi melingkar, mengepung Lokapala berzirah hitam itu, tak terkecuali Todak yang berukuran lebih besar dari kawan-kawannya itu.

Panji menekuk lututnya, ia bersiap melakukan sabetan perlawanan habis-habisan jika para Todak itu nekat menyerangnya dalam kondisi seperti ini. Tapi tiba-tiba dari atas langit berjatuhan beberapa buah benda berwujud seperti granat merah. Benda-benda itu sukses meledakkan enam Todak yang tersisa namun ternyata tak dapat membunuh satu Todak yang tadi menjadi lawan Oka. Meski begitu ledakan-ledakan itu sukses membuat Todak raksasa itu mundur menjauh selama beberapa saat.

Panji mendongak ke langit. Sensor visornya menangkap sosok berzirah seperti dirinya namun berwarna merah. "Horas Abang Panji!" seru sosok itu melalui helm visornya. Layar di helm Panji menampakkan sosok anak remaja lelaki dengan rambut pendek kaku dan berwajah kekanakan yang tampak selalu ceria.

"Sitanggang! Kenapa kamu lama sekali sih datangnya?" kata Panji.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang