BAB 8.2 : KIRLI

481 71 3
                                    

Si Tokek berukuran tak lazim itu masih merayap dan sesekali melompat lalu menempel entah di tiang listrik atau pepohonan. Perjalanan Si Tokek sedikit demi sedikit membawanya ke sisi barat kota yang sepi dan hanya punya sedikit penerangan. Si Tokek turun dari sebuah tiang sutet dan mendarat di jalanan yang masih penuh dengan kerikil serta batu. Jalan yang mengarah ke arah hutan di perbukitan sebelah barat kota. Tak ada seorangpun di sana malam itu, kecuali satu orang.

"Sehari Pu baru dapat dua, apa kami sudah salah menilaimu Pu Kirli?" ujar sosok itu.

"Beribu ampun Rake Tuhan Mapatih Dyah Halayudha, hamba ini masih tidak kenal tempat ini. Di sini semua serba terang meski tirai malam telah turun. Bagaimana hamba mampu membunuh sebanyak yang Tuan minta kalau hamba belum kenal betul medannya? Beri hamba tujuh kali kesempatan lagi maka hamba akan penuhi janji nyawa yang Tuan minta."

Halayudha alias Mahapati, sosok berkulit hitam arang berbalut kain jingga itu hanya bisa menyeringai mendengar perkataan Si Tokek, "Dan jika lewat tujuh malam kau tak bisa memenuhi janjimu?"

"Hamba akan penuhi janji hamba, dengan segala cara!"

"Meskipun itu mengorbankan murid tersayangmu?"

"Murid tersayang? Ha? Siapa? Toka maksud Tuanku? Toka bukanlah murid hamba. Ia dulu hanyalah pesuruh di tempat kepunyaan hamba."

"Lalu dia kau usir, tapi dia temukan harta, jadi kaya, kau datang kepadanya, kau ikuti petunjuknya dan jadilah kau binatang sial macam begini. Ya kan?"

Si Tokek itu memukul-mukulkan ekornya yang tebal ke jalanan aspal dengan gemas sementara lidahnya berdecak-decak menahan kegeraman karena diingatkan kembali dengan peristiwa terkutuk itu.

******

"Den! Denny! Bangun!" sosok Profesor Denny yang tengah terlelap di atas kasur lipat yang digelar di lantai kantornya di Unit Lima tiba-tiba digugah oleh sesosok burung hantu spektral seukuran akuarium berkapasitas 10 liter.

"Huh? Engh! Ada apa Manguni?" Denny melirik arlojinya yang masih menunjukkan pukul 12 malam. Masih jauh dari target bangunnya yakni pukul 2 pagi.

"Panji membawa makhluk lain masuk ke fasilitas ini," kata burung hantu raksasa itu.

"Kroda?" Denny langsung pasang muka waspada.

"Bukan, sepertinya Usana tapi .... ."

"Kenapa?"

"Kondisinya buruk. Ia merasuki tubuh orang tapi kondisi wadahnya buruk, dianya sendiri kondisinya juga tidak lebih baik."

Denny langsung bangkit dan menyambar jas laboratoriumnya lantas berjalan keluar kantornya menuju fasilitas penelitian Unit Lima.

*****

Mobil jeep yang Panji kendarai kali ini tidak mengarah ke basement markas Lokapala melainkan langsung ke fasilitas rahasia Unit Lima tepatnya Unit Medis dan Bagian Pemeliharaan. Laporan resminya sih dia membawa seorang anak yang terluka diserang Kroda. Jadi bisa dibayangkan betapa kagetnya para petugas medis Unit Lima ketika tahu yang dibawa Panji itu bukan sepenuhnya manusia. Lebih tepatnya manusia yang dirasuki 'sesuatu' yang menurut definisi Warak itu semacam Usana tapi pihak Unit Lima meragukannya.

"Kita tidak bisa membiarkan dia dirawat di sini. Kenapa tidak kau bawa ke IGD RS saja tadi?" ujar seorang paramedis yang bertugas jaga malam itu.

"IGD? Anak ini jelas-jelas tidak bisa ditolong di IGD karena ada Usana di dalam raganya. Cuma Unit Lima yang bisa tolong anak ini!" balas Panji.

"Kamu sinting?" debat seorang dokter wanita berkacamata biru yang juga ada di sana, "Untuk merawat makhluk semacam Usana kita butuh izin khusus dari Profesor Denny. Apa kamu sudah lapor Profesor? Atau kamu bawa dia kemari hanya karena Usana partnermu suruh kamu bawa dia kemari?!"

"Terima saja, Dok," tiba-tiba Denny yang sudah turun dari kantornya di lantai atas ke basement tempat terjadinya perdebatan itu menyela pembicaraan mereka.

"Prof?!" Panji terhenyak menyaksikan Sang Kepala Unit Lima tiba-tiba sudah datang sebelum dia sempat melapor tadi, "Saya mau menegaskan bahwa dia ini bukan musuh. Dia Usana sama seperti Warak dan yang lain."

"Benarkah?"

"Anda tak percaya pada saya, Profesor?" sosok Warak kini keluar dari dalam zirah Panji dan mewujudkan diri tempat itu sebagai badak spektral warna hitam.

"Saya percaya pada opinimu Warak. Tapi karena untuk menstabilkan Usana seperti kalian kita memerlukan tabung plasma yang juga dipakai untuk menyimpan zirah kalian, mau ditempatkan di mana temanmu ini Warak?"

"Profesor bisa memakai tempat saya untuk berdiamnya Si Toka."

"Toka? Itu nama bocah ini?"

"Ya!" Warak mengangguk.

"Tapi jika Toka berdiam di sana, maka untuk tujuh malam kau tak boleh keluar Panji. Bagaimana?"

"Tidak masalah bagi saya Prof," ujar Panji.

******

Apa sebenarnya Usana?

Banyak pihak yang telah mempertanyakan soal makhluk-makhluk itu kepada Denny terutama dari kalangan ilmuwan. Bagi Denny jawaban sesungguhnya sudah ada sejak lama. Dalam berbagai budaya di seluruh dunia mereka adalah 'roh baik' yang menghuni pohon-pohon, batu-batu, candi-candi, dan gugusan tempat suci yang telah dilupakan manusia modern. Dari mana asal mereka? Itu juga masih misteri bagi Denny. Usana tertua yang ia temui adalah Datu Merah yang menjadi partner Sitanggang dan dari Usana satu itu ia hanya dapat mengorek dua informasi. Usana awalnya bukan berasal dari dunia manusia, mereka datang dari dunia lain dan Usana yang Denny temui sekarang bukanlah generasi pertama. Apakah Usana sudah ada ketika manusia pertama menjejak bumi Nusantara? Entahlah, Datu Merah juga tidak tahu. Tapi yang jelas dari Datu Merah, Denny tahu bahwa Usana membutuhkan energi selayaknya makhluk hidup. Energi itu akan menjadi sumber kekuatan mereka dan energi itu jugalah yang akan menyembuhkan mereka kala mereka terluka.

Di alam liar energi yang mereka maksud dapat mereka tarik dengan mudah, tapi jika di kota yang penuh polusi, ribut, dan bising? Amat sulit katanya bagi mereka menarik energi alam ke dalam diri mereka. Maka dari itu Denny menghabiskan waktu bertahun-tahun meneliti energi yang dimaksud oleh para Usana itu dan mendapatkan solusi berupa sel energi yang secara umum mengisolasi suatu unsur 'X' yang belum bisa dinamai dan di alam liar sekalipun wujudnya tidak stabil. Unsur ini nyaris tak terlacak oleh instrumen-instrumen modern. Partikelnya hanya mewujud sesaat lalu menghilang setelah beberapa menit. Partikel-partikelnya sendiri memancarkan gelombang misterius yang mempengaruhi kerja otak manusia sehingga rentan mengalami halusinasi atau dalam kondisi tertentu mampu membuat fenomena yang tidak masuk akal seperti penurunan dan peningkatan suhu ekstrem.

Tapi mengisolasi partikel X juga bukan hal mudah. Butuh proses cukup lama dan rumit untuk mengisolasi partikel itu menjadi sel energi yang 'layak dikonsumsi' oleh para Usana. Satu sel energi biasanya mampu membuat tiap Usana beraktivitas selama dua minggu. Jadi jika ada tambahan satu Usana lagi maka satu Usana harus dikurangi jatahnya dan takkan berfungsi maksimal di lapangan selama setidaknya seminggu.

"Pisahkan Usana dari tubuh anak ini. Warak, minta Usana ini keluar," perintah Denny sembari meminta salah satu stafnya membawa tabung plasma penyimpan zirah Panji ke markas Unit Lima.

Tabung plasma itu tiba tak berapa lama kemudian dengan Oka dan Regina turut serta mengawal tabung plasma yang sedianya milik Panji itu. Proses perpindahan Usana itu ke dalam tabung itu juga tak makan waktu lama. Hanya lima detik setelah Warak meminta Sang Usana untuk keluar maka segera saja tabung plasma itu terisi sosok Toka yang berpakaian satin merah dan celana terompah berlilitkan kain gringsing sementara si anak lelaki yang menjadi wadahnya kini detak jantungnya makin melemah pasca dipisahkan dengan Sang Usana. Paramedis segera bertindak cepat dengan menyuntikkan jarum infus, memasang ventilator untuk membantu pernafasan anak itu dan juga menyiapkan pemeriksaan menyeluruh untuk si pasien.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang