BAB 9.4 : PANG SUMA

608 66 13
                                    

Markas Lokapala, 21.00 WITA

"Oka!" sapa Doktor Samad ketika mencapai markas Lokapala.

"Dok! Tumben ke sini?"

"Aku ada permintaan!"

"Resmi atau rahasia?"

"Rahasia!"

"Busyet! Doktor Samad! Jangan ajarin anak ini rahasia-rahasiaan yang nggak bener ah!" komentar Dokter Janggan

"Pak Janggan, Denny ada di luar sana tapi tak bisa dihubungi sementara Pusaka sedang libur. Kalau kita nurut prosedur, maka bisa jadi Kroda ini lepas. Kalau kita nggak nurut prosedur maka kita kena sanksi. Cara paling aman adalah langgar prosedur dan rahasiakan! Itu cara paling aman! Ya kan Oka?"

"Ya Dok!" jawab Oka sambil tersenyum-senyum sembari mematikan kamera pengawas yang mengawasi markas Lokapala, "Jadi apa yang bisa saya lakukan?"

"Dari antara Lokapala, siapa yang paling dekat dengan RS Tanjung Paser?" tanya Doktor Samad.

"Nara, baru sampai stasiun MRT T5. Satu kilometer dari sini. Bapak mau saya panggil Nara ke mana?"

"Suruh dia ke RS dan minta Usananya deteksi apa ada Kroda di sana. Terutama sekali orang ini!" Samad menyodorkan foto dari Takeda.

******

"Memeriksa orang itu Kroda atau bukan? Oke! Kirimin fotonya ya?" jawab Nara ketika dihubungi Oka soal permintaan Doktor Samad.

"Kamu sudah lihat fotonya Sarita?" tanya Nara pada Usana partnernya.

"Sudah, bawa saja motor ini ke tempat orang itu nanti biar aku periksa!"

Nara pun memutar balik motor yang ia kendarai lalu memacunya menuju RS Tanjung Paser. Ia memarkir motornya di sebuah taman umum dekat RS di mana saat itu suasananya sedang amat sepi lalu sosok Sarita dalam wujud macan dahan berkulit kuning-totol memisahkan diri dari Nara.

"Tunggu sebentar," ujar Sarita sembari berjalan ke arah RS.

"Hati-hati!"

"Kamu yang harus hati-hati, Nara! Tanpa aku bisa saja ada yang mau mencelakai kamu!"

"Aku bisa jaga diri kok," sanggah Nara.

"Dalam batas-batas tertentu, tapi tetap saja aku khawatir," ujar Sarita sembari melompat menembus tembok pembatas RS lalu membuat gerakan melompat memanjat tembok dan langsung masuk ke lantai dua di mana Takeda dirawat.

Selangkah demi selangkah macan dahan yang tak lain adalah Sarita itu beranjak mendekat ke kamar Takeda di sisi lain sosok Takeda tiba-tiba terbangun ketika merasakan kehadiran makhluk lain di sekitarnya dan makhluk itu jelas bukan perawat jaga malam yang biasanya. Jantung Takeda berdegup kencang, adrenalinnya memuncak, gairah prajuritnya membuncah, diambilnya tiang infus tak terpakai yang ada di ruang rawatnya dan dengan segera ia bawa ke arah pintu. Sarita sendiri saat ini sudah sampai di depan pintu kamar pasien dan dengan segera insting bertarungnya mencium bahaya.

Tuan akan mengabdi pada Tuan yang aku abdi.

Tuan saya memiliki musuh lain.

Musuh itu ada di antara Majang Desa bentukan Pang Suma.

Kalau Tuan mau mengalahkan mereka, maka Tuan akan dibebaskan pulang.

Baris-baris dialog yang diucapkan seorang Dayak misterius yang jadi sekutu Takeda saat masih aktif di Kempeitai dahulu menghambur ke dalam otaknya. Pegangannya pada tiang infus itu semakin kuat dan dalam sekejap saja Takeda langsung membanting pintu geser kamar perawatan pasien sembari mengayunkan tiang infus di tangannya ke 'musuh' yang ia cari selama ini.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang